JAKARTA,KHATULISTIWAONLINE.COM
Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, mengumumkan keadaan darurat nasional virus Corona pada Jumat (13/3). Dia mengeluarkan dana sebesar USD 50 miliar untuk meningkatkan kapasitas pengawasan dalam melawan pandemik virus Corona.
“Untuk melepaskan kekuatan penuh dari pemerintah federal, saya secara resmi mendeklarasikan darurat nasional,” kata Trump, seperti dilansir AFP, Sabtu (14/3/2020).
“Delapan minggu ke depan sangat penting, kita bisa belajar dan kita akan mengubah arah virus ini,” katanya.
Trump meminta semua negara bagian di Amerika Serikat untuk mendirikan pusat operasi darurat untuk meningkatkan kemampuan untuk menguji virus ini di tengah kritik tentang kurangnya alat uji nasional untuk seluruh negara.
“Saya juga meminta setiap rumah sakit di negara ini untuk mengaktifkan rencana kesiapsiagaan darurat untuk memenuhi kebutuhan orang Amerika di mana saja,” kata Trump.
Dia menyebut darurat nasional juga akan memberikan wewenang baru pada sekretaris kesehatan Amerika Serikat untuk mengesampingkan serangkaian peraturan. Termasuk tentang pelayanan kesehatan jarak jauh atau memungkinkan rumah sakit untuk membawa staf tambahan.(RIF)
Jenewa –
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan Eropa saat ini menjadi ‘pusat’ dari pandemi virus Corona secara global. Diperingatkan WHO bahwa sulit untuk diketahui kapan wabah ini secara global akan mencapai puncaknya.
Seperti dilansir AFP, Sabtu (14/3/2020), hal ini disampaikan Direktur Jenderal (Dirjen) WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus, dalam konferensi pers yang digelar secara teleconference untuk menghindari potensi penyebaran virus di kalangan wartawan.
“Eropa sekarang telah menjadi pusat pandemi (virus Corona-red), dengan lebih banyak kasus dan kematian dilaporkan dibandingkan negara-negara lainnya di seluruh dunia, terlepas dari China,” sebut Tedros.
“Lebih banyak kasus sekarang dilaporkan setiap harinya daripada (kasus) yang dilaporkan di China pada puncak wabah ini,” imbuhnya.
Data terbaru dari WHO, seperti dilansir CNN, menyebutkan jumlah korban meninggal akibat virus Corona secara global telah melampaui 5 ribu orang. Tedros menyebutnya sebagai ‘tonggak sejarah yang tragis’.
Jumlah total kasus virus Corona, menurut WHO, kini melebihi 136 ribu kasus di sedikitnya 123 negara dan wilayah. Dari jumlah tersebut, nyaris 81 ribu kasus ada di wilayah China daratan. Italia yang merupakan negara Eropa yang terdampak virus Corona terparah, kini tercatat memiliki lebih dari 15 ribu kasus.
Empat negara Eropa lainnya, yakni Spanyol, Jerman, Prancis dan Swiss, telah melaporkan masing-masing lebih dari 1.000 kasus virus Corona di wilayahnya.
Secara terpisah, Kepala Unit Kemunculan Penyakit Baru pada WHO, Maria Van Kerkhove, memperingatkan bahwa ‘tidak mungkin bagi kita untuk mengatakan kapan (wabah virus Corona) ini akan mencapai puncak secara global’. “Kita berharap lebih cepat daripada nanti-nanti,” ucapnya.
Pernyataan WHO ini disampaikan saat negara-negara di kawasan Eropa dan sekitarnya mengambil langkah-langkah dramatis dalam upaya menghentikan penyebaran virus Corona, termasuk meliburkan sekolah-sekolah dan membatasi acara-acara publik.(NOV)
Roma –
Jumlah korban meninggal akibat wabah virus Corona di Italia telah melampaui 1.000 orang. Dengan lebih dari 15 ribu orang di negara itu kini terkonfirmasi positif virus Corona.
Seperti dilansir Reuters dan Channel News Asia, Jumat (13/3/2020), otoritas Italia telah mengambil sejumlah langkah tegas, termasuk memberlakukan lockdown secara nasional, untuk mengendalikan penyebaran virus Corona. Seluruh restoran, bar dan toko — kecuali apotek dan toko makanan — ditutup secara nasional.
Sebagian besar warga Italia tabah dalam menghadapi situasi yang belum pernah terjadi ini. “Pemerintah sedang melakukan yang terbaik, kita sedang dalam perang melawan musuh tak terlihat,” ucap salah satu pemilik toko makanan di Roma, Roberto Castroni.
Semakin menyoroti tantangan yang dihadapi Italia, yang merupakan negara dengan jumlah kasus virus Corona terbanyak di Eropa, jumlah kematian baru dalam sehari dilaporkan mencapai 189 orang. Ini berarti, total 1.016 orang meninggal dunia akibat virus Corona di wilayah Italia.
Jumlah kasus virus Corona yang terkonfirmasi di Italia juga mengalami lonjakan. Dari yang tadinya 12.462 kasus, kini bertambah menjadi 15.113 kasus.
Dalam upaya turut mencegah penyebaran virus Corona, gereja-gereja Katolik di Roma diperintahkan untuk tutup sejak Kamis (12/3) waktu setempat. Langkah ini belum pernah terjadi sebelumnya dan akan berdampak pada lebih dari 900 gereja paroki dan gereja bersejarah di Roma.
Jalanan utama kota-kota di Italia cenderung kosong pada Kamis (12/3) waktu setempat, dengan sebagian besar warga mematuhi seruan Perdana Menteri (PM) Italia, Giuseppe Conte, yang mengimbau warga tetap tinggal di dalam rumah masing-masing.
Di bawah dekrit darurat pemerintah Italia, seluruh perjalanan yang dianggap tidak penting, dilarang untuk dilakukan dan orang-orang harus membawa formulir khusus untuk membuktikan alasan mereka beraktivitas di luar rumah.(DON)
Teheran –
Musim wisata di Iran memasuki puncaknya seputar perayaan Tahun Baru Nowruz yang jatuh pada tanggal 20 Maret. Namun ketika jutaan warga bersiap menyambut masa libur selama dua pekan, seorang pakar medis memprediksi hingga 40% populasi ibukota Teheran akan tertular penyakit Covid-19.
Masoud Mardani, Direktur Pusat Penelitian Penyakit Menular, menerbitkan prediksi muram tersebut pada pekan lalu. Menurut perhitungannya, sekitar 2,5 hingga 3,5 juta penduduk Teheran akan menjadi korban virus Corona, dengan jumlah korban jiwa sebesar 50.000 hingga 70.000 orang sesuai estimasi tingkat kematian Corona yang sebesar 2%.
Namun hanya beberapa hari berselang Mardani mencabut pernyataannya tersebut. Sebaliknya dia mengaku jendela waktu penyebaran virus tidak terbatas pada perayaan Nowruz dan juga tidak terfokus hanya pada kota Teheran.
Bukan kali pertama publik Iran dibuat bingung oleh simpang siur informasi yang dikeluarkan pemerintah. Saat ini media-media nasional menerbitkan wawancara beragam dengan pakar medis dengan pesan yang saling bertentangan.
Celakanya, tokoh agama dan politik Iran mendesak pemerintah untuk hanya melaporkan “kabar positif” tentang wabah Corona. Hal ini mengakibatkan angka korban yang dikeluarkan pemerintah acap tidak sesuai dengan beragam informasi yang bocor ke media.
Minggu (08/03) pemerintah mengumumkan jumlah infeksi menjadi 194 kasus. Namun di provinsi Gilan saja sebanyak 200 warga dikabarkan telah meninggal dunia akibat Covid-19, menurut Menteri Kesehatan Provinsi, Mohammad Gorbani.
Gorbani awalnya menyebutkan angka tersebut dalam sebuah wawancara dengan situs berita lokal. Namun hasil wawancara tersebut dicabut hanya beberapa saat setelah diterbitkan. Saat diwawancara dengan kantor berita pemerintah, Fars, dia kemudian mengubah pernyataannya.
Kepada Fars Gorbani mengaku angka tersebut berdasarkan data kematian pasien “gangguan pernafasan” selama 16 hari terakhir, bukan serta merta akibat Covid-19. Namun dia tidak menjelaskan kenapa beberapa kota di provinsi Gilan memberlakukan status darurat dan memblokir akses jalan dari dan keluar kota.
Tak cukup simpang siur informasi, publik Iran juga disuguhkan oleh beragam teori konspirasi yang muncul di media.
Hamad Jalali Kashani, aktivis dan sutradara film dokumenter, misalnya membuat klaim spektakuler bahwa wabah Corona diciptakan untuk membuat gentar penduduk agar tidak ikut serta dalam pemilihan umum legislatif, Februari silam. Ironisnya Kashani ikut tertular dan kini berada dalam kondisi kritis di rumah sakit.
Adapun Hossein Salami, Kepala Garda Revolusi Iran, menuding Amerika Serikat berada di balik epidemi Covid-19 di Iran. “Kita akan menang melawan virus, yang mungkin merupakan produk invasi senjata biologis milik Amerika Serikat, yang menyebar ke Cina, lalu Iran dan akhirnya di seluruh dunia,” kata dia Kamis pekan lalu tanpa menyediakan bukti.
Menurut laporan-laporan media, setidaknya 23 anggota parlemen Iran telah mengidap Covid-19. Pemerintah membekukan aktivitas di parlemen sejak pekan lalu menyusul kekhawatiran merebaknya wabah Corona di kalangan elit penguasa.
Iran sendiri acap mendulang kritik lantaran diyakini menutupi situasi wabah Corona di dalam negeri. Kota Qom yang menjadi pusat pendidikan Islam dan menjadi tujuan ziarah umat Syiah misalnya tidak ditempatkan di dalam karantina, meski kasus infeksi yang berlipat ganda dan rumah sakit yang membeludak oleh pasien.
Yayasan Robert Koch Institute di Jerman meyakini Qom sebagai salah satu episentrum penyebaran Corona di luar Cina.
Saat ini hanya pejabat tinggi pemerintah atau parlemen yang dibebastugaskan menyusul gelombang penularan virus. Sebaliknya jutaan pegawai negeri masih diwajibkan bekerja meski terancam oleh infeksi Corona.(DAB)
Beijing –
Korban tewas ambruknya sebuah hotel yang menjadi fasilitas karantina untuk virus Corona di China bertambah menjadi 20 orang. Sekitar 10 orang lainnya dikhawatirkan masih terjebak reruntuhan gedung.
Seperti dilansir AFP, Selasa (10/3/2020), Kementerian Penanggulangan Darurat China dalam konferensi pers menyebut 41 orang mengalami luka-luka setelah berhasil dievakuasi dari reruntuhan hotel yang ambruk.
Diketahui bahwa hotel yang ada di kota tepi pantai Quanzhou itu dialihfungsikan menjadi fasilitas karantina untuk orang-orang yang baru kembali dari wilayah yang terdampak virus Corona paling parah. Kota Quanzhou sejauh ini mengonfirmasi 47 kasus virus Corona di wilayahnya.
Hotel itu tiba-tiba ambruk pada Sabtu (7/3) malam waktu setempat. Pemilik hotel itu telah dipanggil polisi untuk diinterogasi lebih lanjut.
Diketahui bahwa renovasi dilakukan pada lantai pertama hotel itu sejak sebelum liburan Tahun Baru Imlek. Otoritas setempat menyebut para pekerja konstruksi menghubungi si pemilik hotel untuk melaporkan sebuah pilar yang tidak sempurna, beberapa menit sebelum hotel itu ambruk.
Para penyidik setempat tengah mencari tahu apakah renovasi itu atau struktur asli hotel tersebut yang memicu insiden ini.
Media lokal Quanzhou Evening News melaporkan pada Minggu (8/3) waktu setempat bahwa semua orang yang dikarantina di hotel itu telah dinyatakan negatif virus Corona. Tidak disebut total orang yang dikarantina di hotel tersebut.(MAD)
Washington DC –
Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump enggan menjawab saat ditanya apakah dirinya telah menjalani pemeriksaan virus Corona usai diketahui sempat melakukan kontak dekat dengan dua politikus yang terpapar virus Corona atau Covid-19.
Seperti dilansir CNN, Selasa (10/3/2020), baru saja terungkap bahwa Trump sempat berinteraksi dengan dua politikus Partai Republik yang sebelumnya pernah melakukan kontak dekat dengan seseorang yang belakangan dinyatakan positif virus Corona.
Doug Collins, anggota parlemen AS dari Georgia dan Matt Gaetz, anggota parlemen AS dari Florida, baru saja mengumumkan bahwa mereka menjalani karantina sendiri (self-quarantine) usai menyadari sempat melakukan kontak dekat dengan seseorang yang positif virus Corona saat menghadiri Konferensi Tindakan Politik Konservatif (CPAC) akhir bulan lalu.
Collins diketahui sempat berjabat tangan dengan Trump saat bertemu di kantor Pusat Pengendalian Penyakit AS (CDC) di Atlanta, Georgia, pada Jumat (6/3) lalu. Sedangkan Gaetz sempat naik limusin kepresidenan dan pergi bersama Trump dengan pesawat kepresidenan Air Force One pada Senin (9/3) waktu setempat.
Trump ikut menghadiri briefing soal penanganan virus Corona yang dipimpin Wakil Presiden AS Mike Pence pada Senin (9/3) malam waktu setempat.
Saat hendak meninggalkan briefing, Trump dihujani pertanyaan oleh wartawan soal apakah dia telah menjalani pemeriksaan virus Corona. Trump sama sekali tidak menjawab, dia malah mengerutkan kening dan berjalan menjauhi wartawan.
Pence yang juga ditanyai wartawan menyatakan dirinya tidak tahu apakah Trump sudah diperiksa. Lebih lanjut, Pence mengakui dirinya sendiri belum menjalani pemeriksaan virus Corona dan menyatakan ‘tidak ada rekomendasi’ dari tim dokter kepresidenan bahwa dirinya harus diperiksa.
Dalam pernyataan terpisah, Gedung Putih memberikan penegasan bahwa Trump belum diperiksa terkait virus Corona, meskipun diketahui sempat melakukan kontak dekat dengan sejumlah anggota parlemen AS yang kini mengkarantina diri sendiri (self-quarantine).
“Presiden belum menjalani pemeriksaan Covid-19 karena dia tidak melakukan kontak dekat dalam waktu lama dengan pasien Covid-19 yang terkonfirmasi, atau tidak mengalami gejala apapun,” tegas Sekretaris Pers Gedung Putih, Stephanie Grisham.
“Presiden Trump tetap dalam kesehatan yang sangat baik, dan dokternya akan terus memantau secara saksama,” imbuh Grisham.
“Per pedoman CDC saat ini, profesional medis harus mendasarkan keputusan pemeriksaan terhadap pasien dengan gejala dan riwayat paparan,” ujarnya.(NOV)
Beijing –
Lebih dari 100 ribu orang di sedikitnya 107 negara dan wilayah dinyatakan positif terinfeksi virus Corona. Jumlah korban meninggal secara global sejauh ini melampaui 3.800 orang.
Seperti dilansir Channel News Asia dan kantor berita China, Xinhua News Agency, Senin (9/3/2020), jumlah total kasus virus Corona secara global dilaporkan mencapai 109.129 kasus hingga Senin (9/3) waktu setempat.
Dari jumlah itu, sebanyak 80.735 kasus di antaranya ada di wilayah China daratan. Otoritas China melaporkan 40 kasus baru yang muncul sepanjang Minggu (8/3) waktu setempat.
Sisanya, sebanyak 28.394 kasus lainnya tersebar di lebih dari 100 negara. Korea Selatan (Korsel) — 7.382 kasus, Italia — 7.375 kasus dan Iran — 6.566 kasus — masih menjadi negara-negara dengan kasus virus Corona paling banyak di luar China daratan.
Jumlah total korban tewas akibat virus Corona sejauh ini mencapai 3.815 orang. Dengan 3.119 orang di antaranya meninggal di wilayah China daratan. Otoritas China melaporkan 22 kematian baru di wilayahnya pada Minggu (8/3) waktu setempat.
Sekitar 696 orang lainnya dilaporkan meninggal dunia di sedikitnya 19 negara dan wilayah lain di luar China daratan. Italia menjadi negara dengan jumlah korban meninggal terbanyak setelah China, dengan sejauh ini 366 orang meninggal dunia.
Iran dan Korsel ada di bawah Italia dengan masing-masing 194 korban meninggal dan 51 korban meninggal.
Sementara itu, seperti dilansir Xinhua News Agency, otoritas China melaporkan sedikitnya 1.535 pasien virus Corona dipulangkan dari rumah sakit usai dinyatakan sembuh pada Minggu (8/3) waktu setempat. Secara total, sudah 58.600 pasien virus Corona di wilayah China daratan yang dinyatakan sembuh.(NOV)
Pyongyang –
Korea Utara (Korut) kembali menembakkan sejumlah proyektil tak teridentifikasi yang diduga kuat rudal balistik pada Senin (9/3) pagi waktu setempat. Aktivitas balistik Korut semacam ini merupakan yang kedua kali dalam sepekan terakhir.
Seperti dilansir AFP, Senin (9/3/2020), kantor Kepala Staf Gabungan Korea Selatan (JCS) dalam pernyataannya menyebut beberapa proyektil tak teridentifikasi itu ditembakkan ke arah timur laut Korut, dari area Sondok yang ada di wilayah Provinsi Hamgyong Selatan.
JCS awalnya menyebut tiga proyektil ditembakkan Korut, namun kemudian meralatnya menjadi ‘sejumlah’ proyektil.
“Korut tampaknya telah melakukan latihan tembak gabungan yang melibatkan beberapa tipe peluncur roket multipel,” demikian pernyataan JCS, sembari menyatakan ‘penyesalan kuat’ terhadap aktivitas terbaru Korut.
“Militer sedang memantau peluncuran tambahan dan mempertahankan kesiapan,” imbuh pernyataan JCS.
Pernyataan JCS menyebut sejumlah proyektil itu mengudara sejauh 200 kilometer dengan ketinggian maksimum 50 kilometer, sebelum jatuh ke lautan sebelah timur laut wilayah Korut.
Peluncuran proyektil terbaru yang dilakukan Korut ini jauh lebih pendek jaraknya, namun lebih tinggi jika dibandingkan aktivitas peluncuran pekan lalu. Diketahui bahwa pada Senin (2/3) lalu, Korut menembakkan dua rudal balistik jarak pendek dari wilayahnya.
Media nasional Korut mengklaim bahwa pemimpin mereka, Kim Jong-Un, mengawasi latihan ‘artileri jarak jauh’ pekan lalu. Media nasional Korut juga menyertakan gambar sistem peluncur roket dan sejumlah roket kaliber besar yang diklaim telah ditembakkan ke area hutan setempat.
Menanggapi aktivitas balistik terbaru Korut, Kementerian Pertahanan Jepang melontarkan dugaan bahwa Korut menembakkan ‘sejumlah rudal balistik’ yang dilarang di bawah resolusi Dewan Keamanan PBB.
“Peluncuran berulang objek-objek seperti rudal-rudal balistik telah menjadi isu serius bagi komunitas internasional, termasuk negara kita,” sebut Perdana Menteri (PM) Jepang, Shinzo Abe, di hadapan parlemen.(MAD)
Texas –
Dua anggota Kongres Amerika Serikat (AS), Senator Ted Cruz dan anggota parlemen Paul Gosar, melakukan karantina terhadap diri mereka sendiri (self-quarantine) setelah menyadari pernah melakukan kontak dengan seorang pria positif virus Corona dalam sebuah konferensi politik setempat.
Seperti dilansir Associated Press, Senin (9/3/2020), Senator Ted Cruz dari negara bagian Texas mengakui dirinya sempat melakukan kontak singkat dengan seorang pria, yang belakangan dinyatakan positif virus Corona. Cruz mengakui sempat bersalaman dengan pria itu dalam Konferensi Aksi Politik Konservatif (CPAC) dua pekan lalu.
Dituturkan Cruz yang merupakan Senator Republikan ini, bahwa dirinya akan melakukan self-quarantine di rumahnya di Texas selama 14 hari sejak kontak itu terjadi.
Dalam pernyataan lebih lanjut, Cruz menuturkan dirinya sempat melakukan kontak dengan pria positif Corona itu saat menghadiri CPAC di Oxon Hill, Maryland, sekitar 10 hari lalu. Cruz mengakui dirinya kini tidak mengalami gejala apapun, merasa baik-baik saja dan telah diberitahu bahwa kemungkinan penularan sangatlah rendah.
Namun sebagai antisipasi, Cruz memutuskan untuk mengkarantina dirinya sendiri (self-quarantine) di rumahnya di Texas selama beberapa hari ke depan, hingga selang waktu 14 hari terpenuhi sejak interaksinya dengan pria positif virus corona itu. Disebutkan Cruz bahwa otoritas medis setempat memberitahunya jika orang-orang yang berinteraksi dengan pria positif virus corona itu 10 hari lalu, tidak seharusnya khawatir tertular.
Anggota parlemen Paul Gosar dari Arizona, yang juga dari Partai Republik, secara terpisah juga mengakui dirinya sempat melakukan kontak dengan pria yang sama saat menghadiri CPAC. Kini, Gosar bersama tiga staf seniornya sedang melakukan self-quarantine. Kantor Gosar di Gedung Capitol ditutup sepanjang pekan ini.
“Saya saat ini tidak merasakan gejala apapun, demikian juga para staf saya. Namun, demi mencegah potensi penularan, saya akan tetap tinggal di rumah saya di Arizona hingga berakhirnya periode 14 hari usai interaksi saya dengan individu ini,” tutur Gosar dalam pernyataannya seperti dilansir CNN.
Gosar menyatakan bahwa dirinya sempat bersama-sama dengan pria yang positif virus Corona itu ‘untuk periode waktu cukup lama’ dan keduanya sempat beberapa kali berjabat tangan. Ditambahkan Gosar bahwa dirinya tengah berkomunikasi dan berkonsultasi dengan dokter Gedung Putih.
Diketahui bahwa pihak Serikat Konservatif Amerika (ACU) pada Sabtu (7/3) waktu setempat mengumumkan satu orang yang hadir dalam CPAC di Maryland pekan lalu telah dinyatakan positif virus Corona. Satu orang yang tidak disebut identitasnya itu diketahui positif Corona usai menghadiri CPAC dan kini tengah dirawat.
Sementara itu, diketahui bahwa Presiden AS Donald Trump dan Wakil Presiden AS Mike Pence sempat berbicara dalam forum CPAC. Gedung Putih menegaskan bahwa tidak ada indikasi bahwa Trump dan Pence bertemu atau berada dalam ‘jarak dekat’ dengan pria yang positif virus Corona saat menghadiri forum itu.
“Untuk saat ini, tidak ada indikasi bahwa baik Presiden Trump atau Wakil Presiden Pence bertemu dengan atau berada dalam jarak dekat dengan peserta (positif virus Corona) itu. Dokter kepresidenan dan Secret Service Amerika Serikat bekerja secara saksama dengan staf Gedung Putih dan berbagai lembaga untuk memastikan setiap langkah pencegahan diambil untuk menjaga anggota keluarga Presiden dan seluruh kompleks Gedung Putih tetap aman dan sehat,” tegas Gedung Putih.
Sejauh ini, jumlah kasus virus corona di wilayah AS kembali bertambah menjadi 564 kasus, yang menyebar di sedikitnya 34 negara bagian. Jumlah korban meninggal mencapai 21 orang, dengan sebagian besar berasal dari sebuah panti jompo di negara bagian Washington yang menjadi pusat penyebaran wabah ini.(RIF)
Los Angeles –
Aksi panik belanja (panic buying) terjadi di Los Angeles, Amerika Serikat setelah lonjakan kasus baru coronavirus terjadi di wilayah itu.
Dua hari setelah California mengumumkan keadaan darurat negara bagian, sejumlah toko grosir pada Jumat (6/3) waktu setempat kehabisan barang-barang seperti tisu toilet dan air mineral setelah diborong para pembeli.
“Ini kekacauan — angka penjualan kami dua kali lipat dari biasanya,” kata Rene, pegawai di supermarket Costco di Burbank, Los Angeles.
“Hari ini di luar kendali. Itu sebabnya kami kehabisan tisu toilet, kehabisan air, pembersih tangan,” imbuhnya seperti dilansir kantor berita AFP, Sabtu (7/3/2020).
Di supermarket itu, masing-masing pembeli hanya dibolehkan membeli maksimal dua kerat air mineral, turun dari batasan empat kerat sehari sebelumnya.
Di hari yang sama, Jumat (6/3) waktu setempat, kepolisian di San Bernardino County, dekat Los Angeles, dipanggil ke sebuah toko setelah para pelanggan marah karena kehabisan barang-barang.
Hingga Jumat (6/3) waktu setempat, California melaporkan 69 kasus virus corona dengan satu kematian. Angka tersebut adalah yang tertinggi kedua di AS setelah negara bagian Washington. Menurut data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), hingga kini sebanyak 338 kasus corona telah dilaporkan di AS, dengan 16 kematian. Adapun pasien yang telah sembuh adalah 8 orang.
Para pejabat California telah menyerukan warganya untuk tidak panik. Namun warga California tetap melakukan aksi panik belanja, situasi yang juga terjadi di sejumlah negara Asia dan wilayah lainnya.(DAB)