Kuala Lumpur –
Otoritas Malaysia memperpanjang penerapan lockdown yang dinilai membantu mengurangi penyebaran virus Corona (COVID-19) hingga 28 April mendatang. Pada Jumat (10/4) waktu setempat, otoritas Malaysia melaporkan jumlah pasien sembuh dalam sehari melampaui jumlah kasus baru.
Seperti dilansir Channel News Asia, Sabtu (11/4/2020), Kementerian Kesehatan Malaysia mengumumkan adanya 118 kasus baru dalam sehari, sehingga total kasus virus Corona di negara ini mencapai 4.346 kasus.
Dalam laporannya, Kementerian Kesehatan Malaysia juga mengumumkan 222 pasien virus Corona dipulangkan dalam sehari, setelah dinyatakan sembuh. Jumlah total pasien virus Corona yang dinyatakan sembuh di Malaysia bertambah menjadi 1.830 orang.
“Ini merupakan hari ketiga, secara berturut-turut, saat jumlah pasien yang dipulangkan melebihi jumlah kasus baru COVID-19,” sebut Kementerian Kesehatan Malaysia dalam pernyataannya.
Diumumkan juga oleh Kementerian Kesehatan Malaysia bahwa jumlah korban meninggal kini mencapai 70 orang, dengan adanya tiga kematian baru. Ketiga korban meninggal itu semuanya pasien lanjut usia dengan penyakit bawaan.
Direktur Jenderal Kesehatan pada Kementerian Kesehatan Malaysia, Dr Noor Hisham Abdullah, menyebut angka kesembuhan di Malaysia mencapai 42,11 persen dari total kasus positif. Sedangkan angka kematian akibat virus Corona di Malaysia kini mencapai angka 1,61 persen.
Dalam pernyataan yang disiarkan langsung televisi setempat, Perdana Menteri (PM) Muhyiddin Yassin, mengumumkan perpanjangan lockdown atau perintah pengendalian pergerakan (MCO) selama 14 hari atau hingga 28 April mendatang.(RIF)
Vatikan –
Perayaan Paskah pada tahun ini terasa berbeda lantaran wabah virus Corona (COVID-19) yang mengancam dunia. Paus Fransiskus memimpin 1,3 miliar umat Katolik dalam perayaan hari Minggu Paskah via live streaming.
Seperti dilansir AFP, Minggu (10/4/2020) Vatikan ditutup lantaran wabah Corona yang masih terus menyebar. Oleh karena itu, tradisi suci seperti pesan Paus kepada umat Katolik di Lapangan Santo Petrus digantikan oleh doa live streaming yang dipimpin oleh Paus Fransiskus dari perpustakaan pribadinya.
Vatikan telah ditutup untuk pengunjung selama sebulan, tanggapan terhadap virus Corona yang masih mewabah. Sementara itu, Paus Frasiskus sendiri sempat mengeluh merasa ‘dikurung’ karena kondisi ini. Namun, dia mengingatkan bahwa ada opsi untuk tetap kreatif di situasi seperti ini.
“Kami harus menanggapi pengurungan kami dengan semua kreativitas kami,” kata Francis dalam sebuah wawancara yang diterbitkan oleh beberapa surat kabar Katolik minggu ini.
“Kita bisa menjadi depresi dan terasing … atau kita bisa menjadi kreatif,” ungkapnya.
Ada sekitar 1,3 miliar umat Katolik dalam perayaan hari Minggu Paskah ini. Mereka tak bisa pergi ke gereja seperti biasa karena gereja-gereja ditutup lantaran wabah Corona.
Doa-doa Paus yang disiarkan secara live streaming hanyalah contoh lain dari improvisasi keagamaan di tengah situasi social distancing untuk mencegah penularan virus Corona.
Sementara itu, Uskup Agung Panama memberkati negaranya yang kecil di Amerika Tengah dari udara. Yakni dengan menaiki helikopter. Sedangkan umat Kristiani di Spanyol menyanyikan lagu religius dari balkon mereka selama Pekan Suci. Gereja Katolik di Filipina mendesak umatnya untuk tidak mencium salib, mengingat virus Corona bisa menempel pada benda.(DON)
Guayaquil, Ekuador –
Ada momen dramatis ketika warga di Guayaquil, Ekuador menunggu berita keluarganya yang meninggal karena COVID-19. Beberapa warga merasa lega ketika diperbolehkan untuk membawa jenazah keluarganya yang meninggal karena Corona.
Seperti dilansir AFP, Minggu (10/4/2020) ada adegan emosional ketika para warga menantikan berita kematian keluarganya karena COVID-19. Bau busuk menguar, ketika seorang pejabat berpakaian lengkap dengan alat perlindungan virus melangkah keluar dari pintu ke rumah sakit Los Ceibos di Guayaquil, Ekuador.
Sang pejabat membaca nama-nama mereka yang telah meninggal akibat Corona di hadapan beberapa orang. Beberapa tangis pecah. Mereka menangis karena akhirnya, setelah beberapa hari, mereka mendapatkan kepastian bahwa jenazah keluarga mereka akan dibebaskan oleh rumah sakit.
Namun bagi Isabel Hernandez, ibu tiga anak berusia 43 tahun, penantian ini belum berakhir. Suaminya meninggal pada Minggu pagi karena penyakit COVID-19.
“Saya terakhir melihatnya ketika dia memakai tabung, yang merupakan hari Jumat minggu lalu,” katanya.
Hernandez membutuhkan waktu dua hari untuk mendapatkan dokumentasi yang dia butuhkan untuk membebaskan jenazah suaminya dari rumah sakit. Selain itu, sertifikat kematian karena wabah Corona, sekarang dapat diunduh dari internet.
Dia takut mayat itu akan dibawa ke lubang-lubang yang disediakan pemerintah, yang dia anggap sebagai kuburan massal COVID-19.
Selama berminggu-minggu, mayat-mayat dikumpulkan di rumah-rumah usai runtuhnya sistem kamar mayat di rumah sakit.
Perlakuan RS terhadap orang mati telah menyebabkan banyak warga Ekuador kehilangan kepercayaan pada pemerintah. Pemerintah sebelumnya sudah membentuk pasukan khusus untuk mengurus mayat-mayat yang dikumpulkan di rumah.
Untuk diketahui, meskipun Ekuador merupakan negara kecil dengan penduduk 17,5 juta orang, negara ini adalah yang paling parah terkena dampak virus Corona di Amerika Latin. Total jumlah kasus Corona hampir 5.000 kasus dan 272 kematian. Wabah ini berpusat di kota terbesar Ekuador, Guayaquil.
Sebelumnya pemandangan menyeramkan terlihat di berbagai sudut kota gara-gara pandemi COVID-19.
Jenazah terlihat tergeletak di pojok Kota Guayaquil, Ekuador. Jenazah ini hanyalah satu dari banyak korban tewas COVID-19.
Dialnsir BBC, sejumlah gelandangan meninggal di jalan-jalan. Ini bak novel karya Joseph Conrad, The Heart of Darkness: horor, horor. Bedanya, horor ini terlalu nyata.
Pemakaman umum di kota ini ambruk di tengah pandemi. Seorang perempuan di sini bahkan melaporkan ayahnya meninggal di pangkuannya sesudah 24 jam di rumah. Mundur sedikit ke ujung Maret, 300 mayat diangkut polisi dari rumah-rumah warga.
Sayangnya, tak ada pula yang bersedia menguburkan. Akhirnya mayat-mayat sekadar ditaruh di pinggir jalan, terjerang matahari, bau busuknya tercium ke mana-mana.
Rumah sakit kewalahan menampung pasien maupun jenazah. Kota ini benar-benar suram dirundung makhluk superkecil. Wali Kota Guayaquil, Cyntia Viteri, berhadap-hadapan dengan pemerintah nasional.(RIF)
Kopenhagen, Denmark –
Pemerintah Denmark membantu sejumlah perusahaan terdampak virus Corona (COVID-19) untuk membayar gaji karyawannya. Langkah ini diambil untuk menekan angka pengangguran di Denmark selama wabah Corona.
Seperti dilansir AFP, Kamis (9/4/2020) Denmark adalah salah satu negara di Eropa yang membantu perusahaan terdampak Corona untuk membayar upah karyawannya. Perdana Menteri Denmark, Mette Frederiksen meminta perusahaan-perusahaan terdampak Corona tak memecat karyawannya.
“Penting bagi saya di sini hari ini untuk mengirim sinyal kepada perusahaan: Tetap pertahankan karyawan Anda,” Perdana Menteri Mette Frederiksen kepada wartawan.
“Serikat buruh dan pemerintah telah sepakat untuk memperkuat sistem kompensasi upah sementara. Bersama-sama, kita akan mendukung pekerja Denmark,” lanjutnya.
Untuk mendorong perusahaan agar tidak melepaskan karyawannya, pemerintah memberi kompensasi kepada perusahaan untuk 75 persen upah. Nilainya mencapai 4.000 euro per bulan ($ 4.347).
Bagi mereka yang terikat kontrak sementara, negara akan membayar 90 persen. Salah satu bisnis yang telah menerima tawaran pemerintah Denmark ini adalah perusahaan jasa pertukangan listrik Hornbaek El-forretning, di kota Randers di Denmark barat.
“Kami ingin memastikan bahwa kami akan mempertahankan semua karyawan kami, karena mereka semua dibutuhkan,” kata pengelola Hornbaek El-forretning, Lene Tind.
Hornbaek El-forretning, seperti banyak perusahaan lain, akan membayar sisa gaji karyawannya sehingga mereka tidak kehilangan penghasilan.(RIF)
New Delhi –
Ratusan ekor monyet menguasai jalanan sekitar Istana Kepresidenan India saat lockdown untuk membatasi penyebaran virus Corona (COVID-19) masih berlangsung. Di wilayah lainnya, sejumlah hewan mulai dari anjing liar, sapi hingga merak dan gajah sempat berkeliaran bebas di jalanan.
Seperti dilansir AFP, Kamis (9/4/2020), dengan absennya puluhan ribu mobil di negara dengan 1.3 miliar jiwa penduduk ini, hewan-hewan peliharaan yang telantar dan satwa liar mendatangi habitat manusia. Di kota Mumbai, beberapa ekor merak tampak bertengger di atas mobil-mobil yang terparkir.
Di ibu kota New Delhi, sejumlah besar monyet dengan santai memasuki kompleks Istana Kepresidenan Rashtrapati Bhawan. Beberapa ekor tampak berlari cepat melewati penjaga militer dan masuk ke dalam kompleks kementerian serta gedung-gedung pemerintahan.
“Mereka mencuri lebih banyak lagi, tapi belum mengancam manusia,” tutur salah satu petugas yang berjaga di gerbang Istana Kepresidenan.
Tapi monyet Rhesus — yang kerap mencuri makanan dari tas-tas manusia — telah sejak lama memicu persoalan di New Delhi. Ada sejumlah laporan yang menyebut beberapa ekor monyet Rhesus masuk ke dalam gedung perkantoran selama lockdown berlangsung.
Pemberlakuan lockdown yang melarang warga India keluar rumah, kecuali untuk membeli makanan atau kebutuhan pokok, membuat beberapa ekor hewan liat mendekati habitat manusia. Pekan lalu, seekor beruang hitam Himayala terpantau berkeliaran di Gangtok, ibu kota wilayah Sikkim. Beruang itu dilaporkan sempat masuk ke sebuah kantor telekomunikasi dan melukai seorang teknisi di sana.
Sejumlah petugas Dinas Kehutanan India juga membagikan beberapa video di media sosial yang menunjukkan gajah-gajah liar berjalan di jalanan sepi dan melewati pertokoan setempat.
Di sisi lain, lockdown telah memberikan situasi mematikan bagi beberapa hewan. Para aktivis pencinta hewan menyebut empat ekor kuda yang biasanya membawa para turis di kawasan Kolkata, mati kelaparan dalam beberapa hari terakhir. Pemilik kuda-kuda itu tidak mendapat penghasilan selama lockdown sehingga tidak bisa memberi makan kuda-kuda itu.
Sejumlah besar sapi dan anjing yang kelaparan juga terpantau memenuhi jalanan dan bahkan mengais-ngais sampah demi mencari makanan.(NOV)
New York –
Sebuah katedral besar di New York, Amerika Serikat dialihkan untuk dijadikan rumah sakit darurat selama pandemi virus corona. Langkah ini dilakukan seiring negara bagian tersebut berjuang keras menghadapi krisis yang telah menewaskan ribuan orang.
Gereja Katedral St. John the Divine di Manhattan akan menampung sembilan tenda medis. Demikian disampaikan pejabat tinggi gereja, Clifton Daniel seperti diberitakan New York Times dan dilansir AFP, Selasa (7/4/2020).
Tenda-tenda medis di gereja yang disebut sebagai katedral Gothic terbesar di dunia tersebut, akan bisa menampung setidaknya 200 pasien.
“Pada abad-abad sebelumnya, katedral selalu digunakan dengan cara ini, saat terjadi wabah. Jadi ini bukan di luar pengalaman katedral, ini cuma baru bagi kita,” tutur Daniel.
Para pejabat katedral mengatakan bahwa para pasien COVID-19 bisa mulai dikirimkan ke gereja tersebut dalam waktu seminggu.
Sebelumnya, Gubernur New York, Andrew Cuomo mengatakan pada Minggu (5/4) waktu setempat, jumlah kematian karena virus corona di negara bagian tersebut tercatat sebanyak 4.159, naik dari 3.565 sehari sebelumnya. Ini berarti sebanyak 594 kematian dilaporkan dalam sehari.
Cuomo mengatakan, puncak pandemi di New York mungkin terjadi pada pekan depan. Namun dia mengatakan masih harus menunggu beberapa hari ke depan agar angkanya menjadi lebih jelas.
New York telah melaporkan sedikitnya 122.031 kasus positif COVId-19, dengan New York City mencatat jumlah kasus yang tertinggi, yakni sebanyak 67.551 kasus.(DON)
Hanoi –
Otoritas Vietnam melaporkan tidak ada kasus baru virus Corona (COVID-19) hingga Selasa (7/4) pagi waktu setempat. Sejauh ini, total 245 orang positif terinfeksi virus Corona di Vietnam dan tanpa ada laporan kematian.
Seperti dilansir Vietnam News dan The Star, Selasa (7/4/2020), otoritas Vietnam sebelumnya juga melaporkan tidak ada kasus baru pada Minggu (5/4) waktu setempat. Namun pada Senin (6/4) malam, ada laporan empat kasus baru di negara itu. Total kasus virus Corona di Vietnam saat ini mencapai 245 kasus.
Dari total kasus itu, sebanyak 153 kasus atau sekitar 62,5 persen merupakan warga negara Vietnam yang baru kembali dari luar negeri. Sekitar 62 kasus lainnya berkaitan dengan sebuah cluster penularan di Rumah Sakit Bach Mai di Hanoi.
Sedangkan sebanyak 95 pasien telah dinyatakan sembuh dan dipulangkan dari rumah sakit. Laporan media lokal VN Express menyebut sekitar 18 pasien lainnya akan dipulangkan dari rumah sakit pada Selasa (7/4) waktu setempat.
Hingga kini, otoritas Vietnam masih melaporkan nol kematian akibat virus Corona di wilayahnya. Atau dengan kata lain, belum ada korban meninggal akibat virus Corona di negara ini.
Menurut Komisi Nasional Pencegahan dan Pengendalian COVID-19, saat ini ada tiga pasien dalam kondisi serius di rumah sakit, dengan dua pasien di antaranya harus memakai ventilator dan menjalani dialisis.
Berbagai upaya dilakukan pemerintah Vietnam untuk membatasi penyebaran virus Corona di wilayahnya. Negara ini diketahui tengah dalam masa kampanye social distancing secara nasional, yang diberlakukan selama 15 hari. Setiap warga diminta tidak keluar rumah dan dilarang berkumpul lebih dari dua orang.
Tidak hanya itu, pemerintah Vietnam juga menghentikan sementara seluruh penerbangan internasional dan menangguhkan layanan transportasi publik hingga 15 April, demi membatasi pergerakan warga di negara berpenduduk 94 juta jiwa ini.(RIF)
Manila –
Presiden Filipina, Rodrigo Duterte, memperpanjang pemberlakuan lockdown untuk membatasi penyebaran virus Corona (COVID-19) hingga akhir April. Ini berarti jutaan warga Filipina, khususnya di Pulau Luzon yang paling padat penduduk, masih harus tetap tinggal di rumah hingga akhir bulan ini.
Seperti dilansir Reuters dan media lokal Filipina, ABS-CBN News, Selasa (7/4/2020), Sekretaris Kabinet Karlo Nograles — yang juga juru bicara Satuan Tugas Antar-Lembaga — mengumumkan bahwa pada Senin (6/4) malam, Duterte menyetujui rekomendasi untuk memperpanjang Karantina Masyarakat Luas hingga 30 April mendatang.
Lockdown dan perintah karantina itu seharusnya berakhir pada 12 April mendatang. Ini berarti lockdown diperpanjang lebih dari setengah bulan oleh Duterte.
Dengan perpanjangan lockdown ini, sebut Nograles, orang-orang diwajibkan tetap di rumah untuk menghindari penularan virus Corona secara luas.
Filipina berada dalam masa darurat kesehatan publik akibat pandemi virus Corona. Kebijakan membatasi pergerakan dan perkumpulan warga diberlakukan di dan sekitar ibu kota Manila sejak sebulan lalu. Langkah ini diberlakukan setelah dilaporkan kasus pertama untuk penularan lokal.
Sejauh ini, lebih dari 3.600 kasus virus Corona yang terkonfirmasi di Filipina, dengan 163 orang meninggal dunia
Dalam pernyataan via televisi, Duterte menyatakan bahwa pemerintahannya tengah mencari lebih banyak dana untuk disalurkan sebagai bantuan tunai dan bantuan makanan demi mencegah warga miskin mati kelaparan saat lockdown berlangsung. Disebutkan Duterte bahwa muncul juga permintaan agar keluarga menengah ke bawah juga diberi bantuan darurat.
“Jika tidak ada apa-apa untuk dimakan, seorang manusia bisa menjadi kasar, khususnya jika dia melihat anak-anaknya tanpa makanan,” ucap Duterte seperti dilansir Associated Press.
Duterte mengakui dirinya telah memerintahkan Menteri Keuangan untuk ‘mencuri, meminjam, saya tidak peduli’ demi bisa memberikan lebih banyak dana darurat.
Pemerintah Filipina menargetkan agar 18 juta keluarga berpendapatan rendah mendapatkan bantuan ekonomi darurat selama lockdown, dengan anggaran 275 miliar Peso dalam dua pekan ke depan. Wakil Menteri Dalam Negeri, Jonathan Malaya, menyebut sudah 16,3 miliar Peso yang dibagikan sejauh ini. Duterte menginginkan agar bantuan diberikan lebih cepat di tengah keluhan soal penundaan dan kebingungan soal siapa yang harus menerimanya.(NOV)
New South Wales –
Para dokter dan petugas medis di Australia yang menangani pasien virus Corona (COVID-19), banyak menerima surat ucapan terima kasih dan dikirimi makanan. Namun mereka menekankan kebutuhan utama saat ini adalah masker yang layak untuk mengganti pelindung wajah yang rusak dan buatan sendiri.
Seperti dilansir Reuters, Senin (6/4/2020), sementara para dokter dan perawat di beberapa rumah sakit kesulitan mendapatkan masker N95, sejumlah warga Australia yang masih berkeliaran di tempat-tempat umum tampak memakainya.
“Setiap hari, kami mendapatkan banyak surat berisi ucapan terima kasih, beberapa orang membawakan pizza untuk kami, dan sebagainya,” tutur salah satu dokter senior pada unit gawat darurat di New South Wales (NSW), yang enggan disebut namanya, kepada Reuters.
“Tapi saya ingin pergi ke sana dan mengatakan ‘Hei, kami tidak lapar. Kami butuh masker.’ Jika Anda pergi ke masyarakat, Anda melihat masker N95 di banyak wajah orang-orang, padahal itu tidak cukup di rumah sakit,” ungkapnya.
Sejauh ini, lebih dari 5.700 kasus virus Corona terkonfirmasi di wilayah Australia, dengan 39 orang meninggal dunia.
Serikat dokter dan petugas medis di Australia menyatakan pihaknya telah mendapat jaminan dari otoritas setempat bahwa pasokan alat pelindung diri (APD) dan aktivitas produksi semakin ditingkatkan. Namun staf di sejumlah rumah sakit di NSW menghadapi pembatasan ketat untuk penggunaan masker jenis N95. Mereka pun bergantung pada pelindung wajah dari plastik dan karet dari toko perkakas, untuk tetap aman saat menangani pasien virus Corona.
“Beberapa bahkan memakai perlengkapan scuba diving,” tutur Presiden Asosiasi Medis Australia untuk cabang Australia Barat, Andrew Miller. “Kita mendapati dokter dan perawat yang diberi sanksi disiplin karena berupaya memakai masker saat bekerja. Situasinya penuh konflik dan kebingungan,” imbuhnya.(NOV)
New Delhi –
India menghentikan layanan kereta api untuk pertama kali dalam 167 tahun karena pandemi virus Corona (COVID-19). Untuk mengakomodasi para pasien virus Corona, otoritas India mengubah gerbong-gerbong kereta menjadi ruang isolasi darurat.
Seperti dilansir CNN, Senin (6/4/2020), setelah lockdown diberlakukan oleh Perdana Menteri (PM) Narendra Modi sejak 25 Maret lalu, otoritas perkeretaapian India mengambil langkah yang belum pernah ada sebelumnya, yakni menghentikan sementara operasional kereta api hingga 14 April mendatang.
Jaringan kereta api India merupakan jaringan kereta tertua di Asia. Penghentian sementara operasional ini menjadi momen pertama dalam 167 tahun terakhir.
Tak hanya itu, otoritas perkeretaapian India juga mengubah 20 ribu gerbong kereta yang sudah tua menjadi ruang isolasi khusus bagi pasien-pasien virus Corona. Otoritas perkeretaapian India — operator kereta terbesar keempat di dunia dan pencipta lapangan pekerjaan terbesar di India — telah mengoperasikan 125 rumah sakit di seluruh wilayah India, sehingga mereka memiliki kemampuan untuk menciptakan rumah sakit bergerak dengan memanfaatkan gerbong kereta.
Data terbaru dari Coronavirus Resource Center pada Johns Hopkins University (JHU) melaporkan total 4.288 kasus virus Corona terkonfirmasi di India, dengan 117 orang meninggal dunia. Jumlah total kasus dan korban meninggal relatif sedikit bagi sebuah negara dengan 1,3 miliar jiwa penduduk.
Sementara sistem rumah sakit di India saat ini belum mengalami kewalahan dalam menangani pasien virus Corona, keberadaan rumah sakit bergerak dari gerbong-gerbong kereta api ini bisa membantu mengurangi tekanan pada rumah sakit biasa jika jumlah pasiennya semakin bertambah nantinya.(MAD)