Ankara –
Tiga orang dilaporkan tewas akibat ledakan bom mobil di dekat perbatasan Turki dan Suriah. Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, menduga ledakan ini berkaitan dengan aksi terorisme.
Seperti dilansir AFP, Sabtu (6/7/2019), ledakan bom mobil ini terjadi di kota Reyhanli, yang terletak dekat dengan perbatasan Suriah, pada Jumat (5/7) waktu setempat.
Menteri Dalam Negeri Turki, Suleyman Soylu, dalam pernyataannya menyebut dua warga Suriah tewas seketika akibat ledakan itu. Satu orang lainnya dilarikan ke rumah sakit dengan mengalami luka serius. Laporan kantor berita Turki, Anadolu Agency, menyebut warga Suriah yang luka-luka itu meninggal dunia di rumah sakit.
Erdogan dalam pernyataannya menyebut temuan awal menunjukkan ‘mungkin ada lebih banyak keterkaitan dengan teror’.
“Sudah jelas bahwa mobil itu dipasangi bom,” ucap Erdogan dalam pernyataan yang disiarkan televisi setempat.
“Temuan saat ini mengindikasikan ledakan itu … terkait terorisme,” imbuhnya. “Kolega-kolega kita sedang mencari tahu siapa di balik (ledakan) ini,” ujar Erdogan.
Erdogan, seperti dikutip Anadolu Agency, memastikan bahwa tiga orang yang tewas akibat ledakan ini semuanya warga negara Suriah.
Secara terpisah, Soylu menyatakan keyakinan otoritas Turki bahwa ada sebuah bom rakitan di dalam mobil yang meledak. “Bisa saja itu berupa bom dengan pengatur waktu (timer),” sebutnya.
Warga-warga Suriah yang tewas dalam ledakan ini, sebut Soylu, tinggal secara legal di wilayah Turki di bawah perlindungan sementara. Identitas ketiga tidak disebut lebih lanjut. Mobil yang meledak diketahui milik seorang warga Suriah.
Ledakan ini disebut terjadi di lokasi yang berjarak kurang dari 1 kilometer dari kantor Gubernur Distrik Reyhanli. Otoritas provinsi Hatay, yang menjadi lokasi Reyhanli, menyatakan tidak ada korban jiwa maupun korban luka lainnya. “Tidak ada kerusakan pada lingkungan sekitar,” sebut otoritas provinsi Hatay.
Diketahui bahwa wilayah Reyhanli pernah dilanda dua ledakan bom mobil pada Mei 2013 lalu. Ledakan kembar itu menewaskan lebih dari 50 orang.(DAB)
Addis Ababa –
Keluarga korban tragedi Ethiopian Airlines mengkritik keras rencana Boeing untuk mendonasikan dana sebesar US$ 100 juta (Rp 1,4 triliun) untuk korban dua kecelakaan Boeing 737 MAX. Pihak keluarga korban menyebut rencana Boeing itu terlalu samar.
Seperti dilansir Reuters dan Channel News Asia, Jumat (5/7/2019), keluarga korban juga mengeluhkan bahwa mereka tidak diajak konsultasi terlebih dulu sebelum Boeing mengumumkan rencana donasi itu pekan ini.
Dalam pengumumannya pada Rabu (3/7) waktu setempat, Boeing menyatakan dana sebesar US$ 100 juta akan disalurkan untuk keluarga korban tragedi jatuhnya Lion Air JT 610 dan Ethiopian Airlines ET 302. Kedua kecelakaan yang sama-sama melibatkan Boeing 737 MAX itu menewaskan total 346 orang.
Boeing dalam pernyataannya menyebut dana sebesar itu akan digunakan untuk mendukung program pendidikan, biaya hidup dan kegiatan komunitas keluarga korban. Dana sebesar itu, sebut Boeing, akan disalurkan secara bertahap dalam beberapa tahun ke depan.
Dana yang disebut Boeing sebagai ‘investasi awal’ ini, akan disalurkan melalui pemerintah setempat dan organisasi non-profit yang tidak disebut lebih namanya oleh Boeing. Dana ini terpisah dari tuntutan hukum yang diajukan keluarga korban terkait dua tragedi Boeing 737 MAX.
Beberapa keluarga korban mengeluhkan bahwa pengumuman Boeing itu memicu panggilan-panggilan telepon tak diharapkan dari para kerabat dan kenalan yang meyakini mereka baru saja menerima kompensasi.
“Ini tidak bisa diterima. Mereka (Boeing-red) tidak berkonsultasi dengan kami, kami baru mengetahuinya pagi ini,” tutur Quindos Karanja, pria asal Kenya yang kehilangan istri, putri dan tiga cucunya dalam tragedi Ethiopian Airlines pada 10 Maret lalu. “Ini bukan dengan niat baik,” sebut Karanja yang pensiunan guru ini.
Keluarga korban menyayangkan sikap Boeing yang sama sekali tidak memberikan informasi awal kepada mereka soal rencana donasi tersebut. “Ini seperti menabur garam ke luka … Mereka tidak berkonsultasi dengan keluarga manapun,” ucap seorang pengacara asal Kenya, Kabau-Wanyoike, yang adiknya ada di dalam pesawat nahas tersebut. Keluarga Kabau telah mengajukan gugatan hukum secara terpisah terhadap Boeing.
“Orang tua saya sudah diganggu orang-orang yang menelepon untuk bertanya ‘Uangnya sudah datang?’,” imbuhnya.
Keluarga korban lainnya yang berasal dari Kenya, menyebut keluarganya khawatir soal keamanan di negara yang marak penculikan untuk uang tebusan.
“Boeing juga ingin menunjukkan bahwa mereka punya nama baik, tapi mereka bisa menempatkan korban dalam bahaya,” ucapnya, sembari menambahkan dirinya tidak menentang dukungan finansial Boeing, namun mengharapkan hal itu bisa dilakukan lebih hati-hati.
Nomi Husain, seorang pengacara Amerika Serikat (AS) yang mewakili tujuh keluarga korban termasuk keluarga Kabau, menyatakan semua kliennya memberi reaksi negatif terhadap pengumuman Boeing itu.
“Mereka mengatakan: ‘Jika mereka (Boeing-red) ingin membantu kami, bukankah mereka tahu siapa kami? Bukannya mereka punya nama kami?’,” ujarnya. “Mereka tidak bisa mengubah jalan cerita bahwa mereka mengutamakan profit di atas keselamatan,” tegas Husain.(MAD)
Teheran –
Iran menuntut agar Inggris segera membebaskan kapal tanker minyak yang ditahan di Gibraltar. Iran mengancam akan balik menyita kapal tanker Inggris jika tuntutannya tidak dipenuhi.
“Jika Inggris tidak melepaskan tanker minyak Iran, otoritas terkait akan berkewajiban untuk mengambil tindakan timbal balik dan menyita tanker minyak Inggris,” kata Sekretaris Dewan Iran Mohsen Rezai seperti dilansir AFP, Sabtu (6/7/2019).
Sementara itu, pejabat senior Kementerian Luar Negeri Iran menyebut tindakan Inggris tidak dapat diterima. Iran juga telah bertemu dengan Dubes Iran di Teheran, Rob Macaire.
Marinir Inggris sebelumnya membantu pihak berwenang di Gibraltar menyita kapal tersebut beserta kargonya pada Kamis (4/7) karena menemukan bukti kapal itu tengah menuju Suriah sehingga melanggar rangkaian sanksi Uni Eropa. Pelaksana tugas Menteri Luar Negeri Spanyol menyebut penyitaan kapal bernama Grace 1 itu dilakukan atas permintaan Amerika Serikat.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Abbas Mousavi, telah memanggil Dubes Inggris di Teheran, Robert Macaire, dipanggil terkait “penyitaan ilegal” kapal tanker. Mousavi menjelaskan penyitaan itu merupakan “bentuk pembajakan” yang tidak punya dasar hukum dan dalil internasional. Dia menyerukan agar kapal tanker itu segera dilepaskan guna melanjutkan pelayaran.(ARF)
JAKARTA,KHATULISTIWAONLINE.COM
Gempa bermagnitudo 6,4 terjadi di California Selatan, Amerika Serikat (AS). Gempa ini disebut sebagai gempa terbesar yang mengguncang California Selatan dalam dua dekade.
Dilansir dari AFP, Jumat (5/7/2019) gempa yang terjadi menyebabkan kerusakan substansial pada fasilitas militer. Gempa ini juga mengakibatkan warga yang tinggal di daerah jarang penduduk mengalami luka ringan.
Gempa ini dikabarkan terasa hingga 160 mil yaitu hingga di Los Angeles. Selain itu gempa juga disebut menyebabkan ketakutan dalam masyarakat, hal ini dikarenakan getaran sepanjang patahan San Andreas dapat menghancurkan kota-kota besar di California Selatan.
Seismolog Institut Teknologi California, Lucy Jones mengatakan akan terjadi beberapa gempa susulan. Menurutnya, kekuatan gempa ini dapat mencapai 5 magnitudo.
“Daerah akan terus mengalami banyak gempa susulan, beberapa mungkin sekuat lima,” kata Lucy Jones.
Menurut The Los Angeles Times, Gempa yang terjadi disebut sebagai gempa yang terbesar di California Selatan, sejak 1999. Dimana gempa pada 1999 ini terjadi dengan berkekuatan 7,1 melanda pangkalan Korps Twentynine Palms.
Jones mengatakan, terdapat kemungkinan bahwa gempa ini merupakan pendahuluan. Dimana nantinya dapat terjadi gempa yang lebih besar.
“Ada sekitar satu dalam 20 peluang bahwa lokasi ini akan mengalami gempa bumi yang lebih besar dalam beberapa hari ke depan, bahwa kita belum melihat gempa bumi terbesar dari urutannya,” katanya.
“Ada ratusan gempa bumi hari ini,” sambungnya.(ADI)
Riyadh –
Kelompok pemberontak Houthi di Yaman kembali melancarkan serangan drone (pesawat nirawak) ke wilayah Arab Saudi. Otoritas Saudi mengklaim berhasil menghalau sejumlah drone yang menargetkan sebuah bandara sipil di Saudi bagian selatan itu.
Disebutkan koalisi militer pimpinan Saudi dalam pernyataannya, seperti dilansir AFP, Jumat (5/7/2019), bahwa serangan drone itu menargetkan Bandara Jizan pada Kamis (4/7) waktu setempat.
Dalam pernyataan yang dirilis via Saudi Press Agency (SPA), koalisi militer pimpinan Saudi tidak menyebut lebih lanjut soal kerusakan atau jatuhnya korban jiwa akibat serangan drone tersebut.
Pemberontak Houthi, dalam pernyataan terpisah yang dirilis Al-Masirah TV, sebelumnya mengklaim telah melancarkan serangan drone ke bandara-bandara yang ada di wilayah Jizan dan Abha, ibu kota Provinsi Asir. Koalisi pimpinan Saudi sama sekali tidak menyebut soal serangan ke Abha.
Diketahui bahwa pemberontak Houthi di Yaman terus meningkatkan serangan rudal dan drone lintas perbatasan ke wilayah Saudi dalam beberapa pekan terakhir. Sejak Maret 2015, Houthi menghadapi gempuran sengit dari koalisi pimpinan Saudi di Yaman.
Pada Selasa (2/7) lalu, serangan drone dari Houthi yang menargetkan Bandara Abha melukai sembilan warga sipil. Pada 12 Juni lalu, serangan rudal yang juga dari Houthi dan ditargetkan ke Abha melukai 26 warga sipil.
Kemudian pada 23 Juni lalu, serangan Houthi lainnya di Bandara Abha menewaskan satu warga Suriah dan melukai 21 warga sipil lainnya.
Serangan-serangan Houthi ini dilancarkan ke Saudi di tengah memanasnya ketegangan di kawasan Timur Tengah, usai Amerika Serikat (AS) menuduh Iran menembak jatuh drone militer AS yang mengudara di atas perairan internasional. Iran juga dituduh mendalangi serangan-serangan terhadap sejumlah kapal tanker di Teluk Oman.
Otoritas Saudi sendiri berulang kali menuduh Iran menyuplai persenjataan canggih kepada Houthi. Tuduhan itu telah dibantah oleh Iran.(NOV)
Seoul –
Seorang jenderal militer Korea Selatan (Korsel) dipecat setelah militer negara itu gagal mendeteksi kapal nelayan Korea Utara (Korut). Keamanan perbatasan Korsel dianggap kecolongan karena sebuah kapal nelayan Korut berlayar masuk ke area perbatasan yang diawasi secara intens dan berlabuh tanpa terdeteksi.
Seperti dilansir AFP, Kamis (4/7/2019), militer Korsel gagal mengidentifikasi sebuah kapal kayu berukuran kecil yang membawa empat warga Korut, hingga seorang warga sipil melapor kepada polisi setempat. Kapal nelayan Korut itu tiba di sebuah dermaga yang berjarak 257 kilometer sebelah timur Seoul pada 15 Juni lalu.
Dua warga Korut yang ada di dalam kapal nelayan itu memutuskan membelot ke Korsel, sedangkan dua orang lainnya memilih kembali ke Korut.
Jenderal Lee Jin-Sung dari militer Korut dipecat setelah penyelidikan menemukan fakta bahwa militer gagal mendeteksi kapal Korut itu. Tindakan tegas terhadap Jenderal Lee diumumkan oleh Menteri Pertahanan (Menhan) Korsel, Jeong Kyeong-Doo, dalam konferensi pers terbaru.
“Karena kegagalan dalam operasi keamanan adalah kesalahan serius yang tidak bisa diterima dalam situasi apapun, kami memutuskan untuk memberi tindakan tegas terhadap pihak-pihak yang terlibat,” ucap Jeong dalam pernyataannya.
“Saya ingin menyampaikan permohonan maaf sebagai Menteri Pertahanan. Dalam situasi apapun, kegagalan pengawasan militer tidak bisa diterima,” tegasnya.
Pemecatan Jenderal Lee dikonfirmasi oleh Kementerian Pertahanan Korsel dalam pernyataan terpisah, yang menyebut pemerintah Jepang akan ‘mencopot komandan korps militer ke-8’ terkait kesalahan tersebut.
Oposisi terbesar Korut, Partai Kebebasan Korea, menuntut dilakukannya penyelidikan parlementer terhadap insiden ini. Oposisi menuduh militer Korsel berupaya menutup-nutupi insiden tersebut. Menhan Jeong telah membantah tuduhan itu.
Pada Rabu (4/7) kemarin, kantor kepresidenan Korsel atau Blue House menyebut Kim You-Geun selaku pejabat senior pada Kantor Keamanan Nasional Korsel menerima ‘peringatan keras’ dari Presiden Moon Jae-In terkait insiden itu.(ARF)
Beijing –
Sedikitnya enam orang tewas akibat tornado yang mencabik wilayah Liaoning, China bagian timur laut. Lebih dari 190 orang lainnya mengalami luka-luka.
Seperti dilansir AFP dan Reuters, Kamis (4/7/2019), tornado ini tepatnya menerjang wilayah Kaiyuan di Provinsi Liaoning pada Rabu (3/7) sore. Tornado ini menumbangkan pohon dan tiang listrik, merusak kaca jendela pada gedung-gedung apartemen setempat, bahkan hingga merobohkan tembok di beberapa lokasi.
Biro Keamanan Publik Kaiyuan dalam pernyataannya menyebut lebih dari 190 orang mengalami luka-luka, dengan 43 orang di antaranya dirawat di rumah sakit.
Laporan televisi nasional China, China Central Television atau CCTV, menyebut tornado ini memicu kerusakan pada nyaris 3.600 rumah warga di wilayah Kaiyuan. Lebih dari 9.900 warga Kaiyuan terkena dampaknya.
Tayangan yang diunggah CCTV pada akun Weibo resmi miliknya menunjukkan puluhan bangunan di zona pembangunan ekonomi Kaiyuan dalam kondisi ambruk.
Surat kabar terkemuka China, Global Times menyebut tornado sangat jarang terjadi di kawasan Liaoning.
Otoritas setempat menyebut tornado ini sebagai bagian dari serentetan peristiwa cuaca ekstrem yang berkaitan dengan perubahan iklim. Dalam pernyataan terpisah, Biro Prakiraan Cuaca China menyebut perubahan iklim telah memicu peristiwa-peristiwa cuaca ekstrem seperti banjir, kekeringan dan suhu panas ekstrem di beberapa wilayah sepanjang tahun ini.
Disebutkan bahwa curah hujan di beberapa area memecahkan rekor dan sekitar 40 pusat prakiraan cuaca melaporkan suhu udara terpanas sepanjang tahun ini.
Provinsi Hebei di China bagian utara telah merilis ‘red alert’ untuk cuaca panas ekstrem pada Kamis (4/7) waktu setempat. Suhu udara di wilayah tersebut dilaporkan mencapai 40 derajat Celsius dan berpotensi mengancam panen jagung.
Pemerintah provinsi Hebei menyatakan dalam situs resminya bahwa kota-kota seperti Baoding, Shijuazhuang, Hengshui, Cangzhou, Xintai dan Handan diperkirakan akan dilanda suhu udara di atas 40 derajat Celsius pada Kamis (4/7) waktu setempat.(ADI)
Chicago –
Perusahan pesawat Boeing akan memberikan bantuan USD 100 juta bagi keluarga korban kecelakaan pesawat di Indonesia dan Ethiopia. Dana bantuan itu untuk pendidikan hingga biaya hidup.
Dilansir Reuters, Kamis (4/7/2019), Boeing akan bekerja sama dengan pemerintah di kedua negara dan organisasi LSM untuk menyalurkan bantuan keluarga korban. Tapi Boeing tidak menyebutkan otoritas atau organisasi mana yang akan menerima uang itu.
Bantuan itu merupakan langkah perbaikan citra pembuat pesawat jenis 737 Max 8. Kini Boeing sedang mengalami keterpurukan.
Boeing juga sedang menghadapi gugatan keluarga korban di Amerika Serikat. Mereka menuntut investigasi atas insiden kecelakaan pesawat itu.
Pada Oktober 2018, penerbangan Lion Air JT 610 jatuh sekitar 12 menit setelah lepas landas dan menewaskan seluruh 189 orang di dalam pesawat. Sementara pada Maret tahun ini, penerbangan Ethiopian Airlines ET 302 jatuh sekitar 6 menit setelah lepas landas, menewaskan 157 orang.
Usai dua kecelakaan itu, seluruh pesawat Boeing 737 MAX di-grounded secara global.
Boeing menyatakan pembaruan (update) software kendali penerbangan pada Boeing 737 MAX telah siap dan tinggal menunggu sertifikasi Otoritas Penerbangan Federal AS atau FAA.(MAD)
London –
Putra penguasa wilayah Sharjah di Uni Emirat Arab (UAE) telah meninggal dunia di London, Inggris. Khalid Al Qasimi atau juga dikenal sebagai Sheikh Khalid bin Sultan Al Qasimi yang merupakan desainer dan pemilik label mode Qasimi, meninggal pada usia 39 tahun.
Seperti dilansir BBC, Rabu (3/7/2019), acara pemakaman telah digelar di UAE pada Rabu (3/7) pagi waktu setempat. Masa berkabung selama tiga hari pun diumumkan pemerintah UAE.
Ayah Sheikh Khalid, Sheikh Sultan bin Mohammed Al Qasimi telah memerintah Sharjah sejak tahun 1972. Dalam postingan Instagram, dia mengungkapkan kesedihannya atas kematian putranya pada Senin (1/7) waktu setempat. Dia menuliskan bahwa putranya itu “dalam perlindungan Tuhan”.
Presiden UAE dan penguasa Abu Dhabi, Sheikh Khalifa bin Zayed Al Nahyan, telah menyampaikan ucapan belasungkawa kepada Sheikh Sultan dan keluarganya.
Dalam sebuah statemen, pihak label mode Qasimi menyebut bahwa Sheikh Khalid yang merupakan putra mahkota Sharjah itu meninggal “secara tak terduga” namun tidak disebutkan lebih detail.
Kepolisian London mengatakan kematiannya diperlakukan sebagai kasus yang tidak dapat dijelaskan. Kepolisian London menyatakan bahwa mereka menerima laporan “kematian mendadak seorang penghuni properti di Knightsbridge”. Pemeriksaan post-mortem telah dilakukan pada Selasa (2/7) namun hasilnya tidak meyakinkan. Polisi pun masih menunggu hasil tes lebih lanjut.
Menurut label mode Qasimi, Sheikh Khalid mengambil studi busana di Central Saint Martins di London dan merilis koleksi busana pertamanya pada tahun 2008.
Keluarga Qasimi adalah salah satu dari enam keluarga yang berkuasa di UEA, dan memerintah wilayah Sharjah dan Ras Al Khaimah. (ARF)
Washington –
Jajak pendapat terbaru menunjukkan bahwa mayoritas warga Amerika Serikat menentang konflik militer dengan Iran. Mereka mendukung keputusan Presiden Donald Trump bulan lalu yang membatalkan serangan militer terhadap Iran.
Hasil polling Harvard CAPS/Harris yang dirilis di surat kabar The Hill, Rabu (3/7/2019), menunjukkan bahwa 78 persen responden meyakini keputusan Trump membatalkan serangan militer terhadap Iran sebagai langkah yang tepat.
Hasil survei tersebut juga menunjukkan bahwa 57 persen responden menentang konfrontasi militer dengan Iran jika AS tidak diserang langsung oleh negara tersebut.
Polling Harvard CAPS/Harris ini dilakukan secara online di antara 2.182 pemilih terdaftar antara 26 Juni dan 29 Juni lalu. Polling tersebut juga menunjukkan bahwa sebanyak 55 persen pemilih AS menyatakan tidak setuju dengan cara pemerintah AS menangani hubungan dengan Iran.
Pekan lalu, sebuah polling menunjukkan bahwa hanya lima persen warga Amerika yang ingin AS mengumumkan perang dengan Iran, di tengah ketegangan antara Teheran dan Washington.
Ketegangan antara kedua negara telah meningkat sejak pemerintahan Trump pada Mei 2018 lalu mengumumkan mundur dari perjanjian nuklir Iran tahun 2015 dan menerapkan kembali sanksi-sanksi terhadap Teheran.
AS juga telah mengerahkan kapal-kapal perang, jet-jet tempur dan pasukan tambahan ke wilayah Timur Tengah menyusul serangan-serangan terhadap kapal-kapal tanker minyak di Laut Oman. Pemerintah AS menuding Iran mendalangi serangan-serangan tersebut. Teheran telah membantah tudingan itu.
Ketegangan pun memuncak setelah Iran menembak jatuh sebuah drone militer AS pada 20 Juni lalu. Trump sempat memerintahkan serangan militer terhadap Iran sebagai balasan atas penembakan jatuh drone tersebut. Namun di menit-menit akhir, Trump membatalkan serangan itu setelah diberitahu bahwa serangan militer AS bisa menewaskan sekitar 150 warga Iran.(ADI)