JAKARTA,KHATULISTIWAONLINE.COM –
Pemerintah Amerika Serikat menghentikan sementara bantuan militer ke Mali setelah sekelompok perwira militer pemberontak merebut kekuasaan dan menahan presiden negara Afrika Barat itu.
Tidak akan ada “pelatihan atau dukungan lebih lanjut pada angkatan bersenjata Mali – kami telah menghentikan semuanya sampai kami dapat memperjelas situasinya,” kata utusan khusus AS untuk Sahel, J. Peter Pham, kepada wartawan.
“Tidak jelas pasukan mana yang terlibat dalam pemberontakan itu, siapa yang terlibat secara khusus, di mana letak loyalitas,” katanya seperti dilansir kantor berita AFP, Sabtu (22/8/2020).
Sebelumnya, pada hari Selasa (18/8), pasukan pemberontak menangkap presiden berusia 75 tahun yang terpilih tetapi tidak populer di negara itu, Ibrahim Boubacar Keita.
Mereka memaksanya untuk mengumumkan pengunduran dirinya dan membentuk junta yang akan berkuasa sampai “presiden transisi” mengambil alih.
Pham mengatakan pemerintah AS, yang sangat prihatin dengan para pemberontak di negara itu, telah melakukan kontak dengan junta, yang menyebut dirinya Komite Nasional untuk Penyelamatan Rakyat.
“Mereka tidak menyiratkan pengakuan tetapi mengakui bahwa orang-orang ini pada tingkat tertentu mengendalikan hal-hal tertentu,” ujar Pham.
Pengambilalihan – Pham menghindari istilah “kudeta” – “tentu saja tidak akan membantu,” katanya, karena Amerika Serikat dan negara-negara lain bekerja sama dengan militer Mali untuk memerangi Al Qaeda dan kelompok terkait ISIS yang melakukan serangan-serangan di wilayah tersebut.
Pham mengulangi permintaan AS agar Keita dibebaskan, dengan memperhatikan usia dan kesehatannya yang buruk.
“Dia adalah kepala negara yang dipilih secara sah,” kata Pham.(RIF)
Vatican City –
Pemimpin umat Katolik sedunia, Paus Fransiskus, memperingatkan bahwa orang-orang kaya tidak bisa mendapatkan prioritas untuk mengakses vaksin virus Corona (COVID-19) terlebih dulu. Paus Fransiskus menyatakan bahwa orang-orang miskin lebih membutuhkan bantuan.
Seperti dilansir Associated Press, Rabu (19/8/2020), hal tersebut disampaikan Paus Fransiskus dalam pernyataannya saat audiensi publik mingguan di Vatican City.
“Pandemi adalah krisis. Anda tidak bisa keluar dari situ dengan cara yang sama — baik lebih baik maupun lebih buruk,” ucap Paus Fransiskus dalam pernyataan yang diimprovisasi dari naskah pidatonya. “Kita harus keluar lebih baik (dari pandemi Corona),” imbuhnya.
Setelah pandemi Corona, sebut Paus Fransiskus, dunia tidak akan bisa kembali normal jika normal berarti ketidakadilan sosial dan degradasi lingkungan alam.
“Betapa menyedihkan jika prioritas vaksin COVID-19 diberikan kepada yang terkaya,” ucap Paus Fransiskus.
Paus Fransiskus juga menyebut bahwa akan menjadi skandal jika seluruh bantuan ekonomi yang diupayakan — sebagian besar dari dana publik — berakhir menghidupkan kembali industri-industri yang tidak membantu orang miskin atau lingkungan.
“Pandemi telah mengungkap situasi sulit orang miskin dan ketidaksenjangan besar yang menguasai dunia,” sebutnya.
“Dan virus ini, meskipun tidak memicu pengecualian pada orang-orang, telah menemukan jalurnya, menghancurkan, memicu ketidaksetaraan dan diskriminasi besar,” cetus Paus Fransiskus. “Dan virus itu meningkatkannya,” imbuhnya.
Selama pandemi Corona, banyak orang miskin yang seringkali memiliki pekerjaan yang tidak bisa dilakukan dari rumah, mendapati diri mereka tidak mampu mendapatkan perlindungan dari potensi penularan. Akses pada layanan kesehatan yang layak bagi orang miskin juga seringkali sulit ditegakkan di banyak negara.
Lebih lanjut, Paus Fransiskus menyatakan bahwa respons terhadap pandemi Corona haruslah dua kali lipat. Di satu sisi, sebutnya, ‘sangat diperlukan untuk menemukan obat untuk virus yang kecil tapi luar biasa, yang membuat dunia bertekuk lutut’.
Di sisi lain, sebut Paus Fransiskus, ‘kita harus mengatasi virus besar, yakni ketidakadilan sosial, kesenjangan peluang, terpinggirkan dan kurangnya perlindungan bagi mereka yang paling lemah’.(DON)
Bamako –
Presiden Mali mengatakan ia mundur dari jabatannya untuk menghindari “pertumpahan darah”. Pernyataan ini ia sampaikan beberapa jam setelah penangkapannya oleh pasukan dalam kudeta tiba-tiba yang terjadi menyusul krisis politik selama berbulan-bulan di negara Afrika Barat itu.
Seperti dilansir dari AFP, Rabu (19/8/2020), tentara pemberontak menahan Presiden Mali Ibrahim Boubacar Keita dan Perdana Menteri Boubou Cisse pada Selasa (18/8) sore. Mereka membawa keduanya ke pangkalan militer di kota Kati, dekat ibu kota Bamako, yang mereka rebut pagi itu.
Kerumunan massa di pusat kota, berkumpul untuk menuntut pengunduran diri Keita. Mereka menyemangati para pemberontak saat mereka menuju kediaman resmi pria berusia 75 tahun itu.
Keita tampak tenang ketika dia muncul di siaran televisi pemerintah setelah tengah malam waktu setempat, untuk menyatakan pembubaran pemerintah dan majelis nasional, dan mengatakan dia tidak punya pilihan selain mengundurkan diri dengan segera.
“Jika menyenangkan elemen tertentu dari militer kita untuk memutuskan ini harus diakhiri dengan intervensi mereka, apakah saya benar-benar punya pilihan?” kata Keita tentang peristiwa hari itu.
“(Saya harus) tunduk pada itu, karena saya tidak ingin ada pertumpahan darah,” sambungnya.
Tidak jelas apakah Keita masih ditahan di pangkalan Kati, yang juga merupakan lokasi kudeta tahun 2012, yang membawanya ke tampuk kekuasaan.
Negara-negara tetangga, Prancis dan Uni Eropa memperingatkan soal setiap transfer kekuasaan yang tidak konstitusional saat kudeta terjadi pada hari Selasa (18/8).
Sementara itu, Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres menuntut “pembebasan segera dan tanpa syarat” Keita dan Cisse karena para diplomat di New York mengatakan Dewan Keamanan akan mengadakan pembicaraan darurat pada hari Rabu (19/8).
Komunitas Ekonomi untuk Negara-negara Afrika Barat (ECOWAS) mengutuk kudeta tersebut dalam sebuah pernyataannya. ECOWAS berjanji untuk menutup perbatasan darat dan udara ke Mali dan mendorong sanksi terhadap “semua pemberontak dan mitra serta kolaborator mereka”.
Blok yang beranggotakan 15 negara itu – termasuk Mali – juga mengatakan akan menangguhkan negara itu dari badan pembuat keputusan internalnya.(MAD)
JAKARTA,KHATULISTIWAONLINE.COM –
Turis Arab menyukai alam dan suasana di negara bagian Bayern di selatan Jerman. Selama bertahun-tahun, pengunjung berdompet tebal dari kawasan Teluk datang ke Jerman untuk menghindari musim panas yang tak tertahankan di negara mereka, dan disambut hangat di daerah tujuan.
Para pelaku bisnis perhotelan Jerman tidak sungkan mengeluarkan biaya apa pun untuk membuat klien kaya mereka merasa seperti di rumah sendiri: Staf berbahasa Arab dipekerjakan, menu makanan disesuaikan dengan selera dan tradisi makan Arab, program TV di hotel memasukkan saluran-saluran televisi Arab. Di kamar hotel dipasang panah yang mengarah ke Mekah untuk memudahkan para tamu melakukan salat.
Namun krisis Covid-19 sekarang menghentikan arus turis dari negara-negara Arab, Jerman sendiri masih melarang kunjungan wisata dari luar negeri. Ini pukulan berat bagi kota Mnchen, ibukota negara bagian Bayern. Sejauh ini, Mnchen merupakan tujuan paling populer di Jerman bagi turis Arab. Hampir 530.000 turis dari Kawasan Teluk menginap di Munchen tahun 2019.
“Mereka memainkan peran yang sangat penting bagi kami,” kata Robert Leckel, Direktur Pemasaran Wisata Mnchen. “Sebagai tamu yang gemar berbelanja, mereka adalah faktor penting, bahkan sudah menjadi bagian dari masyarakat kota Mnchen selama musim panas,” tambahnya.
Iklim pegunungan Alpen yang menyegarkan
Para tamu dari jazirah Arab terutama senang datang ke Bayern karena iklimnya yang relatif sejuk. Wilayah Alpen sangat populer sebagai kontras dengan lanskap gurun pasir di negara mereka. Warna hijau terbentang di kawasan hutan dan lembah, banyak danau-danau indah menawarkan kelegaan dan tentu saja suasana pegunungan salju yang sangat menarik.
Tetapi, kegiatan favorit para turis Arab adalah berbelanja, kata Robert Leckel. Dan Mnchen adalah kota yang ideal untuk melakukannya. “Di sini tempat belanja sangat bagus, pusat kota sangat teratur, semuanya bisa dicapai dengan nyaman dengan berjalan kaki. Itu sangat penting bagi para tamu Arab,” jelasnya.
Alasan penting lainnya bagi banyak turis Arab datang berbelanja di Jerman adalah karena situasinya aman. Mereka bisa bergerak bebas di sini dan – yang terpenting – berpakaian sesuai keinginan mereka. Apalagi, berbeda dengan di Prancis atau Belanda, di Jerman tidak ada larangan mengenakan burqa.
Lebih sedikit turis medis
Di masa lalu, alasan banyak orang Arab melakukan perjalanan ke Jerman lain, mereka datang untuk berobat. Karena negara-negara Teluk memang kaya, tetapi sistem kesehatannya relatif terbelakang.
Bagi banyak rumah sakit di Jerman, datangnya para pasien dari Arab merupakan keuntungan besar. Namun dalam beberapa tahun terakhir, semakin sedikit tamu yang datang untuk perawatan medis. “Permintaannya menurun dalam beberapa tahun terakhir,” kata Robert Leckel.
Krisis keuangan juga menghantui negara-negara Teluk. Mereka memotong subsidi untuk perawatan rumah sakit di luar negeri dan mencoba membangun sistem perawatan yang lebih baik di negara mereka sendiri. Dengan menyebarnya pandemi corona, arus turis medis ke Jerman akhirnya benar-benar terhenti.
Dewan Pariwisata Jerman, GNTB, sebelumnya sempat memprediksi peningkatan turis Arab sampai tahun 2030. Jumlah kunjungan dari Timur Tengah diperkirakan akan tumbuh paling cepat dan naik sampai 300 persen. Tapi itu perhitungan sebelum corona. Untuk saat ini, sektor pariwisata harus berjuang ekstra keras, bahkan hanya untuk mencapai situasi pasar sebelum wabah corona melanda.(RIF)
Seoul –
Ribuan demonstran antipemerintah menggelar aksi protes di jalanan Seoul, Korea Selatan (Korsel). Unjuk rasa tetap digelar dengan mengabaikan peringatan pemerintah agar warga tetap berada di rumah saat terjadi lonjakan kasus virus Corona (COVID-19) beberapa waktu terakhir.
Seperti dilansir Associated Press, Sabtu (15/8/2020), para demonstran tetap menggelar aksi di tengah hujan yang mengguyur. Kebanyakan tampak membawa serta payung dan jas hujan dalam aksinya.
Otoritas Seoul sebelumnya berupaya melarang unjuk rasa yang direncanakan oleh para aktivis konservatif dan kelompok warga Nasrani untuk digelar pada Sabtu (15/8) ini, saat hari libur nasional memperingatkan 75 tahun pembebasan Korea dari penjajahan Jepang pada akhir Perang Dunia II.
Namun putusan pengadilan setempat mengizinkan unjuk rasa untuk digelar, dengan mendasarkan pada kebebasan sipil, setelah para demonstran menggugat larangan menggelar pertemuan besar yang diberlakukan otoritas Seoul di tengah pandemi Corona.
Para demonstran, yang kebanyakan memakai masker dan membawa bendera nasional Korsel, menggelar konvoi di tengah hujan di dekat Istana Kepresidenan Korsel. Mereka menyerukan agar Presiden Moon Jae-In mengundurkan diri dari jabatannya.
Menurut para demonstran, kebijakan-kebijakan Presiden Moon telah gagal. Dia juga dituduh tunduk pada Korea Utara (Korut) dan menggelar pemilu sarat korupsi.
Sejumlah kalangan konservatif Korsel bersikeras bahwa pemilu parlemen pada April lalu yang dimenangkan Partai Demokratik Korea, yang dipimpin Presiden Moon, sarat kecurangan. Sebagian besar pengamat politik melihat tuduhan semacam itu sebagai teoris konspirasi palsu belaka.
Beberapa demonstran dilaporkan berasal sebuah gereja di Seoul bagian utara yang ditutup karena menjadi sumber penularan dari puluhan kasus Corona. Otoritas kesehatan setempat berencana mengisolasi dan memeriksa sekitar 4 ribu jemaat gereja tersebut. Gereja itu dilaporkan dipimpin oleh seorang pendeta ultra-konservatif bernama Jun Kwang-hun, yang merupakan pengkritik keras Presiden Moon.
Unjuk rasa ini digelar saat pemerintah Korsel mengumumkan penerapan pembatasan sosial lebih ketat di wilayah Seoul dan sekitarnya, usai terjadi lonjakan kasus Corona. Pada Sabtu (15/8) waktu setempat, otoritas Korsel melaporkan 166 kasus Corona dalam sehari, yang tercatat sebagai tambahan kasus harian tertinggi dalam lima bulan terakhir.(NOV)
New Delhi –
Menteri Luar Negeri India, Subrahmanyam Jaishankar memastikan bantuan New Delhi bagi proyek infrastruktur di Maladewa. Kepada rekan sejawatnya, Abdulla Shahid, dia menjanjikan kucuran dana hibah senilai US$ 100 juta, dan dana kredit sebesar US$ 400 juta.
Duit itu akan dipakai buat membiayai proyek pembangunan jembatan yang menghubungkan ketiga pulau terbesar, Villingili, Gulhifahu dan Thilafushi, dengan ibu kota Male. Proyek ini tercatat sebagai program infrastruktur paling mahal di negeri kepulauan tersebut.
“Jembatan sepanjang 6,7 kilometer ini menghubungkan Male dengan Pelabuhan Gulhifalhu dan kawasan industri Thilafushi untuk membantu merevitalisasi dan mentransformasi perekonomian Maladewa,” tulisnya via akun Twitter.
Subrahmanyam juga berkicau perihal hubungan ekonomi antara kedua negara. “Konektivitas membawa kemakmuran,” tulisnya. “Saya senang mengumumkan dimulainya layanan kapal feri kargo antara India dan Maladewa buat meningkatkan bisnis dan perdagangan. Kami juga mulai membuka koridor udara dengan Maladewa untuk mempromosikan pertukaran antara penduduk di kedua negara.”
Adu pengaruh China dan India
Kepulauan yang hidup dari pariwisata itu belakangan terseret ke dalam perseteruan diplomatik antara China dan India. Melalui program investasi infrastrukturnya, Beijing mampu memperluas pengaruhnya di negara-negara yang berbatasan dengan India.
Saat ini Pakistan, Nepal, Sri Lanka dan Bangladesh tercatat sedang meningkatkan kerjasama dengan China. April silam, perusahaan pengembang asal China, Beijing Construction Group, mengalahkan kompetitor dari India dalam tender proyek pembangunan bandar udara di Bangladesh. Lenyapnya proyek senilai US$ 250 juta itu dikabarkan memicu alarm di kalangan pejabat tinggi di New Delhi.
Bulan Juni Beijing gantian mencabut bea masuk bagi 97% produk asal Bangladesh yang berjumlah 8.000 jenis barang. Dhaka juga memilih China untuk membantu manajemen air di sungai Teesta yang mengalir dari India. Secara total, proyek infrastruktur di sepanjang sungai itu mencapai US$ 1 miliar.
Penetrasi ekonomi yang dilancarkan Beijing kepada Bangladesh mulai marak ketika Presiden Xi Jinping mengunjungi Dhaka, 2016 lalu. Dalam kesempatan itu dia menjanjikan dana pinjaman sebesar US$ 20 miliar untuk 27 proyek infrastruktur di Bangladesh.
China juga menggelontorkan dana pinjaman infrastruktur untuk proyek koridor ekonomi di Pakistan, serta membiayai beragam proyek pembangunan jalan dan pembangkit listrik tenaga air di Nepal. Baru 2019 lalu Xi menjadi presiden China pertama sejak Jiang Zemin, 1996, yang mengunjungi Kathmandu.
Di sana dia menegaskan pentingnya peran Nepal dalam proyek Jalur Sutra Abad 21.
Perseteruan di tengah samudra
Serupa negara lain di kawasan, Maladewa dalam tahapan awal menyesap utang dalam jumlah besar dari China. Ironisnya uang itu dipakai untuk membayar perusahaan China yang membangun proyek infrastruktur di bawah kebijakan Presiden Abdulla Yameen. Ketika dia diturunkan pada 2018 silam, pemerintahan penggantinya di bawah pimpinan Ibrahim Solih mengritik utang yang diwariskan pendahulunya.
Partai Demokrat yang berkuasa mengkhawatirkan nilai utang Maladewa bisa mencapai US$ 3 miliar dan berpotensi menenggelamkan ekonomi. Beijing sempat berusaha merawat pertautan usai suksesi di Male. Namun upaya tersebut urung membuahkan hasil. Menurut laporan Times of India, pemerintahan baru Maladewa lebih memprioritaskan kerjasama dengan India ketimbang China.
India dan negara-negara barat berulangkali menuduh China membuat jebakan utang untuk menjerat negara-negara miskin di kawasan. Belt and Road Initiative misalnya menawarkan kredit infrastruktur yang acap membebani kas negara. Sri Lanka misalnya harus menyerahkan Pelabuhan Hambantota kepada China setelah gagal membayar utang.
China sebaliknya mengklaim kucuran pinjaman dari Beijing sangat dibutuhkan oleh negara-negara tersebut. Pinjaman China yang kerap diberikan secara cepat dan tidak berbelit, menjadi alternatif menggiurkan dibandingkan dari Bank Investasi Infrastruktur Asia (AIIB) yang menerapkan syarat ketat.(RIF)
Paris –
Pemerintah Pemerintah Prancis mengeluarkan dekrit zona merah untuk Paris dan Marseille, setelah angka infeksi COVID-19 di kedua daerah itu melonjak selama dua minggu terakhir. Dekret itu memberikan otoritas setempat wewenang untuk memberlakukan pembatasan lokal demi meredam penyebaran penyakit.
Pada hari Kamis (13/08), Prancis melaporkan lebih dari 2.500 infeksi COVID-19 baru untuk hari kedua berturut-turut, level ini terakhir terlihat pada pertengahan April, ketika negara melakukan salah satu lockdown yang paling ketat di Eropa.
Deklarasi zona merah itu berarti, otoritas lokal di Paris dan wilayah Bouches-du-Rhone bisa membatasi mobilitas orang dan kendaraan, membatasi akses ke transportasi umum dan perjalanan udara, membatasi akses ke gedung-gedung umum, dan menutup restoran, bar, dan tempat lainnya.
Serangan gelombang kedua
Kota Paris dan Marseille dalam beberapa hari terakhir telah mewajibkan penggunaan masker wajah di tempat umum. Sebelumnya, banyak kalangan sudah memperingatkan munculnya gelombang infeksi baru, setelah turis diizinkan lagi berkunjung dan pembatasan kegiatan tidak diterapkan lagi.
Pada Kamis (13/08) malam, Inggris mengatakan akan memberlakukan wajib karantina 14 hari pada semua kedatangan dari Prancis mulai hari Sabtu (15/08) karena lonjakan tingkat infeksi tersebut. Beberapa waktu lalu, pemerintah Inggris pernah mengeluh kepada Prancis karena menyatakan Inggris sebagai kawasan risiko tinggi Corona.
Selain Prancis, Inggris juga memasukkan Belanda dan empat negara lainnya ke dalam daftar wajib karantina. Sebelumnya, Spanyol dan Belgia sudah lebih dulu dimasukkan ke daftar tersebut.
Deklarasi zona merah terhadap Paris dan Marseille bisa berdampak pada sektor pariwisata, karena banyak wisatawan yang akan membatalkan rencana kunjungan ke kawasan itu. Selain itu, negara-negara asal juga bisa mewajibkan karantina kepada warganya yang kembali dari kunjungan wisata ke kawasan zona merah atau kawasan berisiko tinggi.(NOV)
Lima –
Total kasus virus Corona (COVID-19) di Peru melebihi angka 500 ribu, dengan lebih dari 25 ribu kematian. Angka kematian akibat Corona di Peru tercatat sebagai yang tertinggi di kawasan Amerika Latin.
Seperti dilansir Reuters, Jumat (14/8/2020), Wakil Menteri Kesehatan Peru, Luis Suarez, dalam konferensi pers mengonfirmasi bahwa total 507.996 kasus Corona tercatat di negara itu. Total kematian akibat Corona kini mencapai 25.648 orang.
Dengan angka tersebut, menurut penghitungan Reuters, Peru tercatat memiliki angka kematian akibat Corona tertinggi di kawasan Amerika Latin, yakni dengan 78,6 per 100 ribu orang. Angka itu melewati angka kematian di Chile dan Brasil yang juga terdampak parah Corona.
Presiden Martin Vizcarra menyalahkan peningkatan acara sosial dan olahraga, serta kurangnya kepatuhan publik terhadap protokol kesehatan yang diberlakukan, sebagai penyebab lonjakan kasus Corona di Peru beberapa waktu terakhir. Hal ini disampaikan Vizcarra pada Rabu (12/8) saat berbicara dalam acara penghormatan bagi 120 dokter di Peru yang meninggal akibat Corona.
“Ada terlalu banyak kepercayaan diri di sebagian populasi. Mari belajar dari sejarah, memperbaiki kesalahan dan sekarang kita bersatu meskipun ada perbedaan pendapat dalam sejumlah keputusan yang diambil,” cetusnya.
Pada Rabu (12/8) waktu setempat, Vizcarra kembali melarang acara pertemuan keluarga, menerapkan kembali jam malam setiap hari Minggu dan memperpanjang lockdown di lima wilayah lainnya. Keputusan ini diambil setelah tercatat ada kenaikan 75 persen dalam penularan Corona di antara anak-anak dan remaja.
Kasus pertama Corona terdeteksi di Peru pada 6 Maret lalu dan sepekan kemudian, pemerintah menerapkan aturan karantina ketat dan menghentikan hampir seluruh aktivitas produksi.(NOV)
BANGKOK –
Para peneliti di Thailand berburu kelelawar di gua-gua pinggiran negara itu dalam upaya melacak asal-usul virus Corona (COVID-19) yang kini merajalela secara global. Pelacakan ini dilakukan setelah penelitian awal menunjukkan kelelawar sebagai sumber virus mematikan tersebut.
Seperti dilansir Associated Press, Kamis (13/8/2020), kecocokan terdekat dengan virus Corona sejauh ini ditemukan pada kelelawar tapal kuda (horseshoe bat) yang ada di Yunnan, China bagian selatan.
Thailand sendiri diketahui memiliki 19 spesies kelelawar tapal kuda, namun para peneliti menyatakan bahwa kelelawar-kelelawar itu belum menjalani tes Corona.
Para peneliti Thailand melakukan pendakian di kawasan Taman Nasional Sai Yok di Provinsi Kanchanaburi untuk memasang jebakan bagi sekitar 200 ekor kelelawar dari tiga gua berbeda.
Tim dari Pusat Ilmu Kesehatan-Kemunculan Penyakit Menular Palang Merah Thailand mengambil sampel air liur, darah dan feses dari kelelawar-kelelawar itu, sebelum melepaskan kembali mamalia itu.
Para peneliti bekerja sepanjang malam hingga keesokan harinya, mengambil sampel tidak hanya dari kelelawar tapal kuda tapi juga dari kelelawar spesies lainnya yang ditangkap untuk lebih memahami patogen yang dibawa binatang tersebut.
Tim ini dipimpin Wakil Kepala Pusat Ilmu Kesehatan Palang Merah Thailand, Supaporn Wacharapluesadee, yang meneliti kelelawar dan penyakit-penyakit terkait kelelawar selama lebih dari 20 tahun. Supaporn menjadi bagian kelompok yang membantu mengonfirmasi kasus Corona pertama di luar China pada Januari lalu.
Supaporn meyakini bahwa timnya akan menemukan virus yang sama yang menyebabkan COVID-19 dalam kelelawar-kelelawar di Thailand. “Pandemi ini tidak mengenal perbatasan. Penyakit ini bisa menyebar dengan dibawa kelelawar. Bisa pergi ke mana saja,” ucapnya.
Data penghitungan Johns Hopkins University (JHU) menyatakan bahwa virus Corona sejauh ini telah menginfeksi lebih dari 20,6 juta orang dan menewaskan lebih dari 749 ribu orang di berbagai negara.(NOV)
JAKARTA,KHATULISTIWAONLINE.COM –
Polisi Belanda menyatakan berhasil membongkar apa yang mereka gambarkan sebagai laboratorium kokain terbesar yang pernah ditemukan di Belanda dan menangkap 17 orang warga Kolombia, Turki dan Belanda. Laboratorium itu berada di bekas sekolah berkuda di Nijveen, 120 kilometer di timur laut Amsterdam.
Andre van Rijn, inspektur kepala di organisasi kepolisian yang membongkar fasilitas produksi narkoba tersebut mengatakan, laboratorium itu dilengkapi kapasitas untuk memproduksi 150-200 kilogram kokain sehari, dengan nilai jalanan 4,5 sampai 8 juta euro.
Tujuh belas orang ditangkap, 13 di antaranya berkewarganegaraan Kolombia, satu tersangka lainnya berkewarganegaraan ganda Belanda dan Kolombia. Selain itu warga Belanda dan Turki. Polisi mengatakan mungkin dilakukan penangkapan lebih lanjut.
Video polisi menunjukkan peralatan dan persediaan termasuk tong plastik dan tong bahan kimia dan deretan lima mixer semen merah yang digunakan untuk mengekstraksi kokain dari produk tekstil seperti pakaian yang diresapi obat sebelum diekspor ke Belanda.
Laboratorium dengan kapasitas produksi “sangat besar”
“Ini adalah laboratorium kokain terbesar yang pernah ditemukan di Belanda,” kata seorang juru bicara kepolisian. “Kapasitas produksinya sangat besar.”
Laboratorium itu berfungsi sebagai “binatu narkotika”, kokain itu “dicuci” dari pakaian dan bahan tekstil, kata polisi. Untuk menyelundupkan kokain, bahan-bahan itu dilarutkan dalam larutan yang kemudian dibungkus dengan kain sebelum dikirim ke Belanda.
Setibanya di laboratorium, tekstil itu dicuci lagi dengan bahan kimia khusus untuk memisahkan kokain yang siap untuk dijual. Dalam dua penggerebekan gudang lainnya di kota Apeldoorn dan Elshout, polisi menemukan 120.000 kilogram pakaian yang telah digunakan untuk mengangkut kokain.
Belanda dipandang sebagai pintu masuk utama narkotika dan obat-obatan ilegal ke Eropa, terutama melalui pelabuhan Rotterdam, yang merupakan pelabuhan terbesar di Eropa.(RIF)