California –
Kepolisian Amerika Serikat (AS) tengah menyelidiki insiden kebakaran di sebuah masjid di California Selatan sebagai dugaan pembakaran dan kejahatan kebencian. Ditemukan coretan soal teror dua masjid di New Zealand pada jalan masuk ke masjid bernama Islamic Center of Escondido itu.
Seperti dilansir Reuters, Senin (25/3/2019), polisi dan petugas pemadam kebakaran dipanggil ke Masjid Dar-ul-Arqam, Islamic Center of Escondido, San Diego bagian utara, pada Minggu (24/3) dini hari, sekitar pukul 03.15 waktu setempat. Dilaporkan bahwa ada kebakaran yang menghanguskan tembok bagian luar masjid.
Laporan media lokal San Diego Tribune menyebut para jemaah mencium bau asap dan mendapati keberadaan api di bagian luar masjid. Api itu dengan cepat dipadamkan dan tidak memicu kerusakan serius pada masjid. Saat petugas pemadam tiba di lokasi, api telah padam.
Tidak ada laporan korban luka akibat kebakaran ini.
Namun pada bagian jalan masuk ke kompleks masjid, polisi setempat menemukan coretan atau grafiti yang masih basah. Coretan itu disebut membahas soal teror 15 Maret di dua masjid di Christchurch, New Zealand, yang menewaskan 50 orang. Namun bunyi kata-kata pada coretan itu tidak dirilis oleh kepolisian setempat.
Ibadah salat Subuh di masjid tersebut terpaksa ditangguhkan setelah kebakaran terjadi. Sebabnya, otoritas penegak hukum masih melakukan penyelidikan di lokasi.
Ada kecurigaan bahwa kebakaran itu merupakan aksi disengaja. Letnan Chris Lick dari Kepolisian Escondido menuturkan kepada San Diego Tribune bahwa akseleran kimia digunakan untuk memicu kebakaran di luar masjid. Akseleran merupakan zat yang dipakai untuk mempercepat proses.
Belum ada satupun tersangka yang ditangkap terkait kasus ini.
Bersama dengan kepolisian dan dinas pemadam kebakaran setempat, agen-agen dari FBI dan Biro Alkohol, Tembakau, Senjata Api dan Peledak tengah menyelidiki insiden ini sebagai dugaan aksi pembakaran dan kejahatan kebencian.
Juru bicara komunitas Islam di Escondido, Yusef Miller, menuturkan kepada San Diego Tribune bahwa para jemaah di berbagai masjid setempat harus tetap waspada. “Semua orang ada di ujung bahaya. Ketika mereka mengaitkannya dengan New Zealand, itu memberikan kita kekhawatiran fana bahwa sesuatu yang tidak biasa akan terjadi,” sebutnya.(ADI)
Istanbul –
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan membuka kemungkinan soal penggantian nama museum Hagia Sofia. Bangunan bersejarah di Istanbul itu dikatakannya bisa menjadi masjid Hagia Sophia.
Dilansir dari AFP, Senin (25/3/2019), Erdogan berbicara dalam wawancara di televisi. Saat ditanya apakah tengara (landmark) kota itu bakal diubah atau tidak, Erdogan mengatakan pengubahan itu bukan tidak mungkin.
“Itu tidak mustahil… tapi kami tidak akan melakukannya di bawah nama ‘museum’ melainkan ‘masjid Hagia Sophia’.
Dia mengisyaratkan pengunjung Hagia Sophia bakal tidak dipungut biaya, sama seperti pengunjung masjid lainnya. Namun itu akan diterapkan bila Hagia Sophia benar-benar menjadi masjid.
“Turis datang dan pergi di Masjid Biru. Apakah mereka membayar? … Jadi, kami akan menerapkan hal yang sama terhadap Hagia Sophia,” ujarnya.
Erdogan adalah mantan wali kota Istanbul yang kini sedang berkampanye untuk Partai Keadilan dan Pembangunan (AKP) demi kemenangan Pemilu tingkat kotamadya, 31 Maret nanti.
Hagia Sophia merupakan gereja yang berubah menjadi masjid, kemudian menjadi museum sampai sekarang. Hagia Sophia kadang kala memantik ketegangan antara aktivitas kelompok Kristen dan Islam di lokasi.
Status sekuler Hagia Sophia kini memungkinkan semua orang dari agama yang berlainan untuk berefleksi, atau sekadar mengagumi keindahan arsitekturnya. Namun seruan untuk menjadikan Hagia Sophia sebagai masjid kembali telah menimbulkan kemarahan umat kristiani. Seruan itu juga menimbulkan ketegangan antara Turki dan Yunani.
Perdana Menteri Yunani Alexis Tsipras mengunjungi Hagia Sophia pada Februari. “Anda dapat merasakan berlimpahnya sejarah di sini,” kata dia kepada AFP.
Yunani telah berulang kali menyatakan perhatiannya terhadap isu pengubahan status bangunan itu. Namun Erdogan kemudian memunculkan isu lagi usai peristiwa penembakan di dua masjid kawasan sekitar Christchurch, Selandia Baru, yang menewaskan 50 orang. Peristiwa di seberang benua Eropa dan Asia itu terjadi pada 15 Maret. Dalam pidatonya, Erdogan mengutuk manifesto sang pelaku teror. Kemudian Erdogan mengatakan Hagia Sophia akan “dibebaskan”.
Hagia Sophia dibangun pertama kali sebagai gereja pada Abad ke-6, di bawah Kekaisaran Kristen Bizantium. Gerja itu menjadi pusat Konstantinopel yang saat ini bernama Istanbul. Kaum muslim Utsmaniyah (Ottoman) yang muslim kemudian menguasai kawasan ini pada 1453. Gereja Hagia Sophia diubah menjadi majsid. Mustafa Kemal Ataturk menjadikannya museum sejak 1930-an. Kini bangunan itu menjadi Warisan Dunia versi UNESCO, tiap tahun menerima jutaan pengunjung.(RIF)
Cali –
Gempa bumi berkekuatan magnitudo 6,1 mengguncang bagian barat daya Kolombia. Belum ada laporan mengenai korban dan kerusakan akibat gempa.
Dilansir AFP, Minggu (24/3/2019), USGS melaporkan gempa terjadi pada Sabtu, pukul 14.19 waktu setempat. Gempa berada di 7 kilometer barat laut kota El Dovio di Departemen Valle del Cauca dengan kedalaman 113,3 kilometer.
Juru bicara Survei Geologi Kolombia, Marta Lucia Calvache, mengatakan belum ada laporan kerusakan atau korban luka.
Gempa dilaporkan terasa kuat di kota Cali, ibu kota Valle del Cauca. Seorang wartawan AFP mengatakan beberapa bangunan dilakukan evakuasi secara preventif.(MAD)
Kathmandu –
Operator ekspedisi pendakian gunung prihatin dengan jumlah jasad pendaki yang terekspose di Gunung Everest saat gletsernya mencair.
Hampir 300 pendaki gunung tewas di puncak sejak upaya pendakian pertama dan dua pertiga mayat diperkirakan masih terkubur di salju dan es.
Jasad para pendaki dipindahkan di sisi gunung yang berada di teritori China di utara, saat musim semi dimulai.
Lebih dari 4.800 pendaki telah mendaki puncak tertinggi di Bumi.
“Karena pemanasan global, lapisan es dan gletser mencair dengan cepat dan jasad yang terkubur selama bertahun-tahun kini muncul,” kata Ang Tshering Sherpa, mantan presiden Asosiasi Pendaki Gunung Nepal.
“Kami telah membawa turun jasad beberapa pendaki gunung yang meninggal dalam beberapa tahun terakhir, tetapi yang lama terkubur sekarang keluar.”
Seorang pejabat pemerintah yang bekerja sebagai petugas penghubung di Everest menambahkan: “Saya sendiri telah mengambil sekitar 10 jasad dalam beberapa tahun terakhir dari berbagai lokasi di Everest dan jelas semakin banyak dari mereka yang muncul sekarang.”
Sementara itu, di sisi lain Gunung Everest di wilayah Nepal, pejabat Asosiasi Operator Ekspedisi Nepal (EOAN) mengatakan mereka menurunkan semua tali dari kamp yang lebih tinggi di pegunungan Everest dan Lhotse pada musim pendakian ini, tetapi berurusan dengan jasad tidaklah mudah.
Mereka menunjuk pada hukum Nepal yang mengharuskan keterlibatan lembaga pemerintah ketika berhadapan dengan jenasah dan mengatakan itu adalah tantangan.
“Masalah ini perlu diprioritaskan oleh pemerintah dan industri pendakian gunung,” kata Dambar Parajuli, presiden EOAN.
“Jika mereka bisa melakukannya di sisi Everest di Tibet, kita bisa melakukannya di sini juga.”
Jasad yang bermunculan
Pada 2017 silam, tangan seorang pendaki yang meninggal muncul di atas tanah di Camp 1.
Operator ekspedisi mengatakan mereka mengerahkan pendaki profesional dari komunitas Sherpa untuk memindahkan jasad pendaki itu.
Di tahun yang sama, jasad pendaki lain muncul di permukaan Gletser Khumbu.
Juga dikenal sebagai Air Terjun Khumbu, ini adalah tempat sebagian besar jasad muncul dalam beberapa tahun terakhir, kata para pendaki gunung.
Tempat lain dimana jasad para pendaki bermunculan adalah daerah Camp 4, juga disebut South Col, yang relatif datar.
“Tangan dan kaki mayat telah muncul di base camp juga dalam beberapa tahun terakhir,” kata seorang pejabat dengan organisasi non-pemerintah yang aktif di wilayah tersebut.
“Kami memperhatikan bahwa level es di dan sekitar base camp telah turun, dan itulah sebabnya mayat-mayat itu menjadi terbuka.”
Gletser yang menipis
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa gletser di wilayah Everest, seperti di sebagian besar Himalaya, mencair dan menipis dengan cepat.
Sebuah studi pada tahun 2015 mengungkapkan bahwa kolam di Gletser Khumbu – yang harus diseberangi pendaki untuk mengukur puncak yang dahsyat – berkembang dan bergabung karena percepatan pencairan.
Tentara Nepal mengeringkan Danau Imja di dekat Gunung Everest pada tahun 2016 setelah air dari hasil pencairan gletser yang cepat telah mencapai tingkat yang berbahaya.
Tim peneliti lain, termasuk dari Universitas Leeds dan Aberystwyth di Inggris, tahun lalu mengebor Gletser Khumbu dan menemukan es lebih hangat dari yang diperkirakan.
Tercatat suhu minimum es hanya -3,3 derajat Celsius, dengan es paling dingin pun menjadi 2 derajat Celsius lebih hangat daripada suhu udara tahunan rata-rata.
Namun, tidak semua mayat yang muncul dari bawah es adalah karena krisis glasial yang cepat.
Beberapa dari mereka terkena juga karena pergerakan Gletser Khumbu, kata pendaki gunung.
“Karena pergerakan Gletser Khumbu, kami dapat melihat mayat dari waktu ke waktu,” kata Tshering Pandey Bhote, wakil presiden Asosiasi Pemandu Gunung Nasional Nepal.
“Tapi kebanyakan pendaki siap secara mental untuk menemukan pemandangan seperti itu.”
Jasad pendaki sebagai ‘penanda’
Beberapa jasad yang ditemukan di lokasi lebih tinggi di Gunung Everest juga menjadi landmark atau penanda bagi para pendaki gunung.
Salah satunya adalah “sepatu hijau” di dekat puncak.
Mereka merujuk pada seorang pendaki yang meninggal di bawah batu yang menggantung. Sepatu bot hijau miliknya, masih berdiri, menghadapi rute pendakian.
Beberapa ahli pendakian mengatakan jasad itu kemudian dipindahkan, sementara pejabat pariwisata Nepal mengatakan mereka tidak memiliki informasi apakah jasad masih terlihat.
Memindahkan jasad dari kamp-kamp yang lebih tinggi bisa jadi mahal dan sulit.
Para ahli mengatakan biayanya US$ 40.000 hingga US$ 80.000 untuk menurunkan mayat.
“Salah satu upaya yang paling sulit adalah dari ketinggian 8.700 m, di dekat puncak,” kata Ang Tshering Sherpa, mantan presiden NMA.
“Tubuh itu benar-benar beku dan beratnya 150 kg dan harus diturunkan dari tempat yang sulit di ketinggian itu.”
Para ahli mengatakan setiap keputusan tentang apa yang harus dilakukan dengan jasad pendaki di gunung juga merupakan masalah yang sangat pribadi.
“Kebanyakan pendaki suka dibiarkan di gunung jika mereka mati,” kata Alan Arnette, seorang pendaki gunung terkemuka yang juga menulis tentang pendakian gunung.
“Jadi akan dianggap tidak sopan hanya memindahkan mereka kecuali mereka perlu dipindahkan dari rute pendakian atau keluarga mereka menginginkannya.”(NOV)
Ottawa –
Pastor Claude Grou ditikam saat memimpin misa pagi di gereja Saint Joseph’s Oratory di Montreal, Kanada. Beruntung, sang pastor hanya mengalami luka ringan dan telah diperbolehkan pulang dari rumah sakit.
Seperti dilansir media lokal, CTV News Montreal, Sabtu (23/3/2019), pastor Grou pun menyampaikan pernyataan pertamanya usai serangan itu terjadi pada Jumat (22/3) pagi waktu setempat. Pelaku penikaman telah ditahan otoritas setempat dan akan menjalani sidang dakwaan pada Sabtu (23/3) waktu setempat. Diucapkan pastor Grou bahwa serangan itu tidak membuatnya takut untuk kembali menjalankan tugasnya di gereja.
“Kesehatan saya baik-baik saya. Saya akan beristirahat sebentar dan saya akan kembali bekerja setelah beristirahat,” ucap pastor Grou kepada CTV News Montreal saat dirinya keluar dari rumah sakit. Pastor Grou tampak duduk di kursi roda saat keluar dari Rumah Sakit Umum Montreal pada Jumat (22/3) malam waktu setempat.
“Dan (gereja Saint Joseph’s) Oratory akan tetap menjadi tempat di mana orang-orang akan disambut. Tempat untuk berdoa dan tempat tenang dan tempat damai — bahkan jika ada momen seperti itu (serangan pisau),” imbuhnya.
Penikaman mengerikan terhadap pastor Grou ini terjadi pada Jumat (22/3) pagi waktu setempat, saat dia tengah memimpin misa pagi. Sekitar 60 jemaat saat itu menghadiri misa dan sedang khusyuk mendengarkan khotbah serta bacaan Injil. Tiba-tiba seorang pria bertopi putih yang tadinya duduk di deretan jemaat, berdiri dan berjalan mendekati altar. Pria itu mendekati pastor Grou dan mengejarnya sambil melayangkan tikaman ke arah sang pastor.
Aksi penikaman ini juga disaksikan oleh publik umum karena misa pagi itu disiarkan langsung lewat layanan live streaming online dan ditayangkan televisi rohani Katolik setempat, Sel+Lumiere TV atau Salt+Light TV. Tayangan video menunjukkan para jemaat yang terkejut, langsung bangkit dari tempat duduk dan beberapa orang di antaranya berlari mendekati altar untuk menolong pastor Grou. Ada juga jemaat yang panik dan berlari keluar gereja.
Serangan berakhir dalam beberapa detik setelah jemaat dan petugas keamanan gereja dengan cepat melumpuhkan pelaku dan membantingnya ke lantai.
Kepada CTV News Montreal, pastor Grou menyatakan dirinya tidak mengenal pelaku yang menikam dirinya. Sang pastor pun berterima kasih kepada pihak-pihak yang bergegas menolong dirinya saat serangan itu terjadi.
“Saya ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada semua orang yang menyampaikan kekhawatiran mereka untuk saya dalam beberapa jam terakhir dan orang-orang yang menyampaikan doa-doanya untuk saya,” tutur pastor Grou.
Identitas pelaku tidak diungkap ke publik, hanya disebut usianya 26 tahun. Dijadwalkan pelaku akan dihadirkan dalam persidangan pada Sabtu (23/3) waktu setempat, melalui videolink dari tempatnya ditahan saat ini.
Motif di balik penikaman ini juga belum diketahui pasti. Juru bicara Kepolisian Montreal, Caroline Chevrefils, menyatakan sejauh ini tidak ada keterkaitan dengan politik, terorisme maupun ekstremisme. “Peristiwa hari ini merupakan aksi terisolasi yang dilakukan satu individu,” sebutnya, sembari mengakui pelaku bukan sosok asing bagi pihak kepolisian. (ARF)
Bangkok –
Partai Phalang Pracharat, yang menjagokan Jenderal Prayuth Chan-ocha sebagai perdana menteri, meraih lebih dari 7,3 juta suara dari 91% kertas suara yang dihitung hingga Minggu malam (24/03) dalam pemilihan umum pertama sejak kudeta militer tahun 2014.
Perolehan suara itu, menurut Komisi Pemilihan Thailand, sekitar setengah juta lebih besar dibandingkan perolehan suara Partai Pheu Thai (Untuk Rakyat Thailand) yang mendukung mantan Perdana Menteri Thaksin Shinawatra.
Hasil akhir akan diumumkan oleh Komisi Pemilihan pada Senin. Wartawan BBC di Bangkok, Jonathan Head, melaporkan jika hasil penghitungan itu resmi dikukuhkan, maka militer akan mendapat mandat populer untuk terus berkuasa.
Pemerintahan militer pimpinan Jenderal Prayuth Chan-ocha yang berkuasa sejak perebutan kekuasaan pada Mei 2014 telah mengubah Undang-Undang Dasar sedemikian rupa sehingga militer tetap berkuasa, meskipun sebelumnya sempat diprediksi memerlukan dukungan dari sejumlah partai politik kecil.
Setelah mengambil alih kekuasaan, militer berjanji untuk memulihkan ketertiban dan demokrasi, tetapi berkali-kali menunda pemilu sampai digelar hari Minggu ini (24/03).
Thailand mengalami ketidakstabilan politik selama bertahun-tahun, pada umumnya diwarnai pertarungan antara kubu pendukung militer dan kubu mantan perdana menteri yang digulingkan Thaksin Shinawatra. Pemilu kali ini pun tak lepas dari pertarungan antara partai-partai promiliter dan sekutu-sekutu Thaksin.
Pemilih pemula
Jenderal Prayuth Chan-ocha, yang memimpin kudeta untuk menggulingkan adik Thaksin, Yingluck Shinawatra tahun 2014, ditunjuk sebagai satu-satunya calon perdana menteri dari partai baru promiliter, Partai Palang Pracha Rath (PPRP).
Di antara partai besar lainnya adalah Partai Democrat pimpinan mantan Perdana Menteri Abhisit Vejjajiva, dan partai baru, Partai Maju, pimpinan miliarder muda, Thanatorn Juangroongruangkit. Abhisit Vejjajiva langsung mengundurkan diri setelah partainya menelan kekalahan besar.
Thaksin Shinawatra digulingkan dalam kudeta 2006 dan mengasingkan diri untuk menghindari hukuman dalam kasus penyalahgunaan kekuasaan. Namun ia masih mempunyai banyak pendukung, khususnya di wilayah pedesaan dan di kalangan pemilih yang miskin.
Pheu Thai (Untuk Rakyat Thailand) adalah partai utama yang setia kepada Thaksin yang turut dalam pemilu kali ini.
Lebih dari 50 juta rakyat mempunyai hak pilih dan jumlah mereka yang menggunakan hak suara diperkirakan mencapai 80%.
Dari 50 juta pemilik hak suara, lebih dari tujuh juta adalah mereka yang berusia 18-26 tahun dan merupakan pemilih pemula. Mereka memilih 750 anggota parlemen nasional.
Menjelang pencoblosan, Raja Maha Vajiralongkorn menyerukan kepada rakyat untuk memilih para pemimpin yang baik dan menolak orang-orang buruk yang akan menciptakan kekacauan – tanpa menyebut nama-nama calon yang ia rujuk.(ADI)
London –
Kepolisian Inggris menangkap dua pria terkait aksi perusakan terhadap lima masjid di kota Birmingham. Motif di balik aksi tersebut masih diselidiki otoritas setempat.
Seperti dilansir AFP, Sabtu (23/3/2019), Kepolisian West Midlands dalam pernyataannya menyebut dua pria yang ditangkap itu diduga melakukan aksi yang memicu ‘kerusakan kriminal yang dipicu motif rasisme’.
Disebutkan Kepolisian West Midlands bahwa pria pertama yang berusia 34 tahun menyerahkan diri ke kantor polisi setempat. Sedangkan pria kedua yang berusia 38 tahun ‘ditahan oleh anggota masyarakat’. Identitas keduanya tidak diungkap ke publik.
“Ini menjadi langkah signifikan ke depan dalam penyelidikan kami. Namun, penyelidikan masih berlanjut untuk mencari motif di balik insiden-insiden itu,” sebut Asisten Kepala Kepolisian West Midlands, Matt Ward.
“Menjadi luar biasa penting bahwa kita bersatu bersama dalam menghadapi orang-orang yang berupaya menciptakan perselisihan, ketidakpastian dan ketakutan,” tegasnya.
Sejumlah saksi mata melaporkan bahwa mereka melihat seorang pria menggunakan sebuah palu godam atau palu berukuran besar untuk memecahkan kaca-kaca jendela di dua masjid di Birmingham pada Rabu (20/3) malam menuju Kamis (21/3) dini hari waktu setempat.
Tiga masjid lainnya yang juga ada di wilayah Birmingham dilaporkan mengalami serangan dan aksi perusakan yang mirip dengan dua masjid sebelumnya.
Penyelidikan terhadap insiden-insiden ini dilakukan Unit Antiterorisme pada kepolisian setempat. Kepolisian West Midlands sebelumnya mengumumkan bahwa mereka menyelidiki serangan-serangan ini sebagai aksi yang saling berkaitan satu sama lain.
Aksi perusakan di Birmingham ini terjadi kurang dari sepekan setelah teror mematikan terhadap dua masjid di Christchurch, New Zealand, pada Jumat (15/3) lalu. Pelaku teror yang anti-muslim, anti-imigran dan penganut ideologi supremasi kulit putih melepas tembakan secara brutal ke Masjid Al Noor dan Masjid Linwood hingga menewaskan 50 orang.
Pekan lalu, Kepolisian Inggris mengumumkan bahwa pihaknya mengerahkan patroli tambahan di sekitar masjid-masjid setempat. Pengerahan itu menindaklanjuti teror di New Zealand. Kelompok anti-rasisme memperingatkan bahwa Islamofobia tengah mengalami peningkatan di Inggris.(NOV)
Brussels –
Perdana Menteri Inggris Theresa May hari Kamis (21/3) bertandang ke Brussel menghadap para petinggi dan kepala pemerintahan Uni Eropa yang sedang bersidang. May mengajukan penundaan Brexit sampai akhir Juni, namun Uni Eropa menolak. Gantinya, Uni Eropa memberikan dua opsi.
Opsi pertama: Parlemen Inggris menyetujui Perjanjian Brexit yang sudah dirundingkan pemerintah Inggris dengan Uni Eropa selama dua tahun. Dalam hal ini, Inggris akan resmi keluar dari Uni Eropa tanggal 22 Mei. Jika parlemen Inggris tetap menolak Perjanjian Brexit, maka akan berlaku opsi kedua.
Opsi kedua: Dalam hal parlemen dengan suara mayoritas kembali menolak Perjanjian Brexit, maka Inggris diberi waktu sampai 12 April, untuk menyatakan akan sementara tetap menjadi anggota di Uni Eropa dan ikut Pemilu Eropa, yang akan berlangsung 23 sampai 26 Mei. Jika Inggris menolak ikut Pemilu Eropa, maka negara itu otomatis akan berhenti menjadi anggota Uni Eropa. Artinya, Inggris keluar dari Uni Eropa tanpa perjanjian (No-Deal-Brexit).
Parlemen Inggris harus mengambil keputusan
Presiden Dewan Eropa Donald Tusk mengatakan pada konferensi pers setelah perundingan hampir sembilan jam: “Pemerintah Inggris masih punya pilihan: dengan kesepakatan, tanpa kesepakatan, masa perpanjangan yang panjang, atau mencabut pasal 50. Tanggal 12 April adalah tanggal utama.” Yang dimaksud Tusk dengan mencabut pasal 50 adalah membatalkan permohonan keluar dari Uni Eropa. Ini memang masih bisa dilakukan Inggris secara sepihak, tanpa persetujuan Uni Eropa.
Presiden Prancis Emmanuel Macron menegaskan: “Kami secara gamblang menyatakan pada Inggris: Jika kalian sampai batas waktu ini (12 April) tidak mengambil keputusan, maka kalian tidak bisa berada di sini (Uni Eropa) lagi”.
Perdana Menteri Inggris Theresa May segera menyatakan menerima keputusan Uni Eropa dan akan membawanya ke sidang parlemen Inggris. Dia kembali meminta anggota parlemen Inggris untuk menerima Perjanjian Brexit, agar proses itu bisa berjalan lancar.
Kanselir Jerman Angela Merkel menyambut baik keputusan Uni Eropa yang menyebut konferensi puncak di Brussels sebagai “malam yang intensif tetapi sukses.”
Parlemen Inggris diharapkan dalam minggu-minggu depan membahas kedua opsi dari Uni Eropa dan mengambil keputusan. Banyak pengamat meragukan bahwa mayoritas anggota parlemen akan menerima Perjanjian Brexit, yang sudah dua kali mereka tolak dengan mayoritas besar.(MAD)
Athena –
Sebuah peledak dilemparkan ke gedung Konsulat Rusia di yang ada di Chalandri, pinggiran Athena, Yunani. Kepolisian setempat memblokir area sekitar gedung Konsulat Rusia tersebut.
Seperti dilansir Reuters, Jumat (22/3/2019), kepolisian setempat menyatakan tidak ada korban akibat ledakan ini. Kerusakan yang dipicu ledakan ini juga tidak parah.
Disebutkan kepolisian setempat bahwa ledakan berasal dari sebuah granat tangan, yang berdaya ledak rendah. Pelaku disebut melemparkan granat itu dari sepeda motor lalu melarikan diri.
Granat itu dilaporkan meledak di bawah pos petugas keamanan yang ada di kompleks Konsulat Rusia. Area sekitar lokasi ledakan telah diamankan polisi setempat.
“Kerusakan materialnya kecil dan tidak ada korban luka,” tutur juru bicara kepolisian setempat kepada Reuters.
Motif di balik pelemparan granat ini belum diketahui pasti. Belum ada pelaku yang ditangkap terkait insiden ini. Juga belum ada pihak maupun kelompok yang mengklaim bertanggung jawab atas ledakan yang terjadi pada Jumat (22/3) pagi waktu setempat.
Sebuah sepeda motor yang terbakar ditemukan di distrik Exarchia, pusat kota Athena. Temuan itu tengah diperiksa lebih lanjut oleh otoritas setempat.
Menanggapi insiden itu, Kementerian Luar Negeri Yunani menyatakan kecamannya. “Hubungan persahabatan dan kerja sama berabad-abad dengan Rusia tidak akan terpengaruh oleh aksi melanggar hukum dan sungguh layak dikecam seperti itu,” sebut Kementerian Luar Negeri Yunani dalam pernyataannya.
Serangan skala kecil semacam ini terhadap pusat bisnis, kantor polisi, kantor politikus dan kedutaan cukup sering terjadi di Yunani, yang memiliki sejarah panjang kekerasan politik. Tahun 2016 lalu, seorang petugas keamanan mengalami luka-luka dalam insiden serupa di Kedutaan Besar Prancis di pusat kota Athena.
“Akan terlalu dini untuk membagikan bukti-bukti lebih lanjut. Unit antiterorisme sekarang menangani kasus ini. Kami menghadapi serangan serupa di masa lalu, satu serangan khusus yang sangat mirip,” ucap juru bicara kepolisian setempat, merujuk pada serangan terhadap Kedutaan Prancis.(ARF)
Ottawa –
Pelaku yang menikam seorang pastor di depan jemaatnya di Montreal, Kanada telah ditangkap. Motif di balik aksi penikaman ini masih belum jelas, namun kepolisian setempat menyatakan aksi penikaman tidak terkait terorisme.
“Ini merupakan serangan terisolasi dan tidak ada yang mengaitkannya dengan terorisme,” sebut juru bicara kepolisian setempat, Caroline Chevrefils, kepada AFP, Sabtu (23/3/2019). Pihak kepolisian belum mengungkapkan motif pelaku.
Dalam insiden yang terjadi Jumat (22/3) pagi waktu setempat, seorang pastor bernama Clauder Grou (77) ditikam seorang pria yang awalnya duduk di antara jemaat gereja. Pria itu menyerang pastor Grou di altar dan di hadapan puluhan jemaat yang sedang menghadiri misa pagi.
Insiden mengerikan di St Joseph’s Oratory — gereja terbesar di Kanada — ini juga dilihat oleh publik umum karena misa pagi itu disiarkan langsung lewat layanan live streaming online dan ditayangkan televisi rohani Katolik setempat, Salt + Light.
Pastor Grou mengalami luka ringan di bagian atas tubuhnya, tepatnya di bagian dada, akibat serangan ini. Dia telah dilarikan ke rumah sakit setempat dan kondisinya dilaporkan stabil.
Pelaku yang tidak disebut identitasnya telah diamankan petugas keamanan gereja ketika polisi tiba di lokasi. Oleh polisi, pelaku ditahan untuk diselidiki lebih lanjut. Identitas pelaku tidak diungkap ke publik, hanya disebut usianya 36 tahun.
Dijadwalkan pelaku akan dihadirkan dalam persidangan pada Sabtu (23/3) waktu setempat, melalui videolink dari tempatnya ditahan.
Gereja St Joseph’s Oratory dan sekitarnya sempat diblokir usai penikaman terjadi. Namun aktivitas ibadah telah kembali normal saat ini. Jean-Francois Lefebvre yang sedang bekerja di depan gereja saat serangan terjadi, menuturkan dirinya melihat polisi membawa pergi pelaku yang diborgol.
“Saya mendapati insiden ini sangat disayangkan, terjadi di tempat yang penuh kedamaian, yang menarik jutaan pengunjung,” ucapnya kepada AFP. Diketahui bahwa Gereja St Joseph’s Oratory yang diklaim memiliki salah satu kubah gereja terbesar di dunia ini juga menjadi tempat ziarah umat Katolik.
“Dengan apa yang terjadi di Christchurch, tampaknya seluruh tempat ibadah kini menjadi target,” imbuh Lefebvre, merujuk pada aksi teror terhadap dua masjid di Christchurch, New Zealand, yang menewaskan 50 orang dan melukai puluhan orang lainnya.(ADI)