JAKARTA, KHATULISTIWAONLINE.COM
Neo Kolonialis atau penjajahan gaya baru menjadi fenomena abad ke 20 melanda hampir seluruh negara berkembang.
Pelakunya sudah pasti negara penganut sistem kapitalis, utamanya di benua Eropa dan Amerika sebagai otaknya.
Apa pengaruhnya skema Neo Kapitalis yang juga melanda Indonesia?.
AR Waluyo Wasis Nugroho (Gus Wal) Ketua Umum Pejuang Nusantara Indonesia Bersatu (PNIB) menyampaikan analisa dan
kepada Wartawan, Rabu (4/10/2023) menyebutkan, bahwa penjajahan gaya baru sudah bukan lagi dengan cara adu senjata atau peluru, tetapi penguasaan, monopoli dan dominasi beberapa sektor yang berasal dari luar, itu termasuk penjajahan secara sistematis.
“Yang paling terasa adalah penjajahan di bidang ideologi. Cara Amerika dan sekutunya memecah belah negara kita sangat halus dan dalam. Mereka memakai skema politik identitas. Apa itu Politik Identitas? Yaitu fanatisme berlebihan demi sebuah tujuan dengan mengedepankan suku agama dan ras. Di Indonesia sebagai negara penganut muslim terbesar di dunia, identitas agama menjadi dikedepankan untuk menguasai kepentingan tertentu.
Menjawab pertanyaan apakah sesama muslim diadu domba untuk berebut kepentingan , Gus Wal mengatakan, dia melihatnya liciknya mereka memanfaatkan banyak metode adu domba. ” Saya sebutkan saja, khilafah itu kamuflase ideologi yang direkayasa Amerika dan sekutunya untuk memecah belah sesama muslim. Doktrin agama menjadi landasan mengkotak-kotakkan muslim dengan alasan syariat Islam. Sementara saat memecah budaya dan kearifan lokal mereka meminjam tangan kelompok Wahabi, ” urainya.
“Jadi Wahabi dan Khilafah yang masuk ke Indonesia merupakan rekayasa negara barat untuk memecah belah kita?”
“Ya, ideologi Khilafah awalnya dibawa masuk oleh organisasi Ikhwanul Muslim (IM) tujuannya untuk melawan imperialis barat di negara yang sedang memperjuangkan kemerdekaan.
Semenjak IM dibubarkan karena diduga mendalangi pembunuhan Presiden Mesir Gamal Abdul Nasser tahun 1965, mereka pecah. Sebagian besar pengikutnya lari ke luar negeri termasuk Indonesia dan mendirikan organisasi Hizbut Tahrir Indonesia (HTI). Khilafah Islamiah menjadi ideologi dasar mereka dengan tujuan mendirikan negara Islam”
“Apa hubungannya IM di Mesir dan HTI di Indonesia, Gus?”
“Negara barat yang menjadi musuh IM melakukan operasi intelejen berhasil menyusup ke IM dengan tumbal Presiden Mesir yang tewas dibunuh. Setelah mereka pecah, sebagian direkrut dan dibiayai untuk melarikan diri ke luar negeri. Dari awalnya IM memusuhi kolonialis barat berubah menjadi mendirikan negara Islam melalui Ideologi khilafah. Anda tahu di Indonesia ideologinya Pancasila, sudah pasti bertentangan dengan Khilafah dengan organisasi HTI dan laskar FPI-nya. Anda lihat perlawanan pemerintah NKRI sudah begitu masif dengan membubarkan kedua organisasi tersebut. Mereka terbukti telah memprovokasi kelompok-kelompok Islam untuk melawan Pancasila yang ujungnya mengganti dengan Khilafah”
“Ok Gus. Lalu bagaimana dengan kelompok Wahabi di Indonesia? Ini penting juga dijelaskan kepada masyarakat yang selama ini hanya tahu namanya tapi jarang paham perjuangannya”
“Wahabi itu kelompok aliran Islam yang berjuang mengembalikan Islam pada Al-Qur’an dan Hadist dan melarang kebudayaan lain yang dianggap merusak Islam. Di Indonesia, Islam berkembang menyatu dengan kebudayaan yang ada, Wahabi sangat ketat melarang budaya asing maupun lokal. Ini gerakan berbeda dengan Khilafah, Wahabi lebih bersifat Arabisasi baik secara perilaku maupun pemahamannya. Wahabi menolak akulturasi budaya yang terjadi antar sesama muslim, apalagi non muslim. Mereka anti keberagaman, pokoknya dianggapnya Islam murni dari Arab yang paling benar. Yang lain salah”
“Siapa di balik perjuangan Wahabi di Indonesia, Gus?”
“Anda tahu di Arab sendiri sejak Sumber Daya Alamnya dikuasai oleh negara Kapitalis barat, Wahabi sendiri mulai pudar dan mulai ditinggalkan. Kalaupun kemudian berkembang di negara lain, itu pasti sudah berubah menjadi kepentingan politik. Negara Kapitalis meminjam tangan Arab Saudi untuk tetap melestarikan Wahabi demi kepentingan kolonialis juga. Amerika dan Eropa sebenarnya pusing dengan bersatunya umat muslim di Indonesia, salah satu caranya ya dengan memecah belah. Setelah pecah dan terjadi perang saudara, mereka masuk dengan kedok membela salah satu kubu. Dan ketika salah satu kubu yang didukung menang, maka otomatis punya hutang politik.
“Jadi Khilafah dan Wahabi sama-sama berbahayanya, ya Gus?”
“Sudah pasti, sama-sama anti Pancasila dengan berbagai kiat menghancurkannya. Pancasila itu anti kapitalis dan kolonialis, makanya dimusuhi Amerika dan sekutunya. Tapi kita masih beruntung, Khilafah dan Wahabi di Indonesia tidak bersatu, meskipun berasal dari sutradara yang sama”
“Bisa kasih kesimpulan dari wawancara kita hari ini, Gus?”
“Neo Kolonialis wujudnya Politik Identitas, Servernya negara Kapitalis barat dan Eropa, mereka menjadikan Khilafah dan Wahabi sebagai proxy (kaki tangannya),” kata Gus Wal. (JRS)