New Hampshire, khatulistiwaonline.com
Ibu Negara Amerika Serikat (AS) Michelle Obama bersuara keras mengecam calon presiden Partai Republik, Donald Trump. Michelle menyebut komentar cabul Trump soal wanita sangat memalukan.
“Ini bukan hanya percakapan ruang loker,” sebut Michelle, merujuk pada pembelaan Trump dalam debat capres kedua yang menyebut komentar cabulnya itu hanyalah percakapan sesama pria, seperti dilansir AFP, Jumat (14/10/2016). Michelle tidak menyebut langsung nama Trump.
“Ini adalah sosok berpengaruh yang berbicara dengan bebas dan terbuka soal perilaku predator seks. Dan benar-benar menyombongkan diri soal mencium dan meraba wanita,” imbuhnya saat berkampanye untuk capres Partai Demokrat Hillary Clinton di New Hampshire.
“Tidak peduli dari partai mana Anda berasal — Demokrat, Republik, independen — tidak ada wanita yang pantas diperlakukan seperti ini. Tidak ada satu orangpun yang pantas mengalami pelecehan seperti ini,” tegas pengacara wanita berusia 52 tahun lulusan Harvard ini.
Lebih lanjut, Michelle menyinggung perilaku Trump yang keji dan menakutkan terhadap wanita, masih tanpa menyebut nama Trump. “Ini mengguncang nurani saya dalam cara yang tidak bisa saya bayangkan,” ucap Michelle dengan suara bergetar.
“Ini tidak wajar. Ini bukan politik yang wajar. Ini memalukan. Ini tidak bisa ditoleransi,” tambahnya.
Komentar cabul Trump terungkap dalam rekaman video tahun 2005 yang dirilis pekan lalu. Sedangkan pekan ini, sedikitnya enam wanita menuding Trump berperilaku tidak pantas kepada mereka, mulai dari mencium paksa, meraba payudara, meraba bokong dan sebagainya. Trump telah membantah seluruh tudingan yang dimuat berbagai media AS termasuk The New York Times, NBC dan majalah People. Trump menyebut tudingan-tudingan itu didasari motif politik dan didalangi oleh rivalnya, Hillary.
“Pria-pria dalam hidup saya tidak berbicara soal perempuan seperti ini. Ini bukan cara manusia yang benar, berperilaku dan ini jelas bukan cara seseorang yang ingin menjadi Presiden AS, berperilaku,” tegasnya.
Michelle memperingatkan, jika sampai Trump terpilih menjadi Presiden AS, maka: “Kita memberitahu anak laki-laki kita bahwa boleh saja melecehkan wanita. Kita memberitahu anak perempuan kita bahwa ini cara mereka pantas diperlakukan.”
Michelle mendorong pemilih wanita di AS untuk menggunakan hak pilih pada pilpres 8 November mendatang untuk mengalahkan Trump. “Sementara ibu dan nenek kita tidak berdaya untuk mengubah situasi mereka, hari ini kita sebagai wanita memiliki seluruh kekuatan yang diperlukan untuk menentukan hasil pemilu ini. Kita punya pengetahuan. Kita punya pilihan. Kita punya hak suara,” tandas Michelle.(RED)
North Carolina, khatulistiwaonline.com
Bantahan kembali dilontarkan calon presiden Amerika Serikat (AS) dari Partai Republik, Donald Trump, atas berbagai tudingan pelecehan seksual. Trump menyebut dirinya sebagai korban konspirasi dan bahkan menyebut salah satu wanita yang menudingnya, sebagai wanita yang tidak menarik.
Setelah sedikitnya enam wanita muncul ke berbagai media AS untuk menuturkan pengalaman buruk mereka dengan Trump, muncul dua wanita lainnya dengan klaim yang tak jauh berbeda. Kedua wanita itu, seperti dilansir AFP dan Reuters, Sabtu (15/10/2016), adalah Summer Zervos yang merupakan mantan kontestan ‘The Apprentice’ musim kelima tahun 2006, dan seorang wanita bernama Kristin Anderson.
Zervos muncul dalam konferensi pers bersama pengacara selebriiti Glorida Allred di Los Angeles. Zervos menyebut Trump pernah menciumnya, menyentuh payudaranya dan berusaha menidurinya, saat membahas pekerjaan di salah satu bungalo milik Trump di Beverly Hills Hotel, tahun 2007.
Sedangkan Anderson memberikan keterangannya kepada surat kabar ternama AS, The Washington Post, dalam artikel yang dirilis Jumat (14/10) waktu setempat. Anderson menyebut Trump memasukkan tangan ke dalam roknya dan menyentuh alat vitalnya, saat keduanya baru bertemu di kelab malam New York pada awal tahun 1990-an.
“Saya samar-samar mengingat Nona Zervos sebagai salah satu dari sekian banyak kontestan ‘The Apprentice’ selama beberapa tahun. Untuk memperjelas, saya tidak pernah bertemu dengannya di kamar hotel maupun memperlakukannya dengan tidak pantas, satu dekade lalu. Itu bukan perilaku saya sebagai manusia, dan itu bukan cara saya menjalani hidup saya,” tutur Trump dalam pernyataan tertulisnya menanggapi tudingan baru terhadapnya.
Trump tidak menyinggung langsung tudingan Anderson. Namun dalam berbagai kampanyenya, Trump kembali menanggapi berbagai tudingan pelecehan seksual yang diarahkan kepadanya. Salah satunya dalam kampanye di Charlotte, North Carolina, saat Trump menyebut dirinya sebagai korban.
“Seperti kalian lihat, saya seorang korban dari salah satu kampanye politik fitnah yang hebat dalam sejarah negara kita. Mereka mengejar saya untuk berusaha dan menghancurkan apa yang mereka anggap sebagai gerakan terhebat dalam sejarah negara kita,” sebut Trump membela diri dalam kampanye di Charlotte pada Jumat (14/10) malam, seperti dilansir CNN.
“Tidak sulit mencari sejumlah orang yang bersedia memberi keterangan palsu,” imbuhnya, sembari menyebut wanita-wanita yang menuding dimotivasi oleh alasan keuangan atau alasan politis.
Dalam kampanye di kota lainnya, Greensboro yang masih ada di North Carolina, Trump menyebut tudingan-tudingan itu sebagai bagian konspirasi global oleh elite politik AS, yang melibatkan media berpengaruh, untuk menghentikan pencapresannya.
“Keseluruhan hal ini adalah suatu rekayasa besar. Suatu rekayasa besar. Suatu kebohongan besar. Suatu rekayasa besar. Pers tidak bisa menulis hal semacam ini, yang adalah kebohongan, kebohongan, kebohongan,” ucap Trump merujuk tudingan pelecehan seks yang dimuat berbagai media AS.
Trump juga menyinggung salah satu wanita, Jessica Leeds, yang menudingnya meraba payudara dan menciumnya dengan paksa saat duduk bersebelahan dalam penerbangan ke New York tahun 1980-an. Leeds yang kini berusia 74 tahun muncul dalam video wawancara New York Times dan juga CNN.
“Percaya saya, dia (Leeds) tidak akan menjadi pilihan pertama saya, biar saya beritahu Anda,” ucap Trump merujuk pada penampilan Leeds. Ucapan itu disambut tepuk tangan meriah dan tawa para pendukungnya. Trump juga menyebut Leeds sebagai ‘wanita mengerikan’.(RED)