JAKARTA, khatulistiwaonline.com
Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohamad Nasir mengatakan jumlah hasil riset yang dijadikan industri pada 2016 melampaui target.
“Jumlahnya telah melampaui target. Target awalnya hanya 20 riset yang menjadi industri, tapi hingga saat ini sudah ada 45 riset,” ujar Nasir di Jakarta, Jumat.
Banyaknya hasil riset yang telah menjadi produk tersebut, lanjut dia, tidak lepas dari upaya pemerintah untuk menghilirisasi hasil riset.
“Upaya lainnya untuk meningkatkan Hasil riset menjadi industri ini yakni dengan meningkatkan kerja sama dengan pihak industri,” tambah dia.
Melalui kerja sama dengan industri, Nasir yakin nantinya semakin banyak hasil riset yang bisa dijadikan industri.
Selama ini, lanjut dia, hasil riset banyak yang sebatas menjadi jurnal tanpa menjadi produk.
“Ke depan kami dorong, agar para peneliti menghasilkan riset yang mampu menyelesaikan persoalan-persoalan yang terjadi masyarakat.”
Hasil riset tersebut diharapkan dapat menjadi inovasi.
Dibanding dengan negara-negara di Asia Tenggara seperti Malaysia dan Singapura, kesiapan teknologi di Tanah Air terbilang lamban.
Namun, sambung dia, hal tersebut harus dijadikan peluang agar riset yang ada semakin berkembang.
“Perkembangan kita masih lamban jika dibandingkan negara lain, tapi saya harap jangan sampai patah semangat. Harus menjadikannya sebagai peluang untuk menghasilkan riset yang nantinya melahirkan inovasi,” harap dia.(HAR)
KUPANG,khatulistiwaonline.com
Pakar komunikasi dari Universitas Nusa Cendana, Prof Dr Aloysius Liliweri, mengatakan, untuk membendung provokasi dalam komunikasi media sosial maka masyarakat perlu diberikan pendidikan mengenai media literasi.
“Pendidikan media literasi memungkinkan orang akan memilih media sesuai dengan kebutuhannya berkomunikasi, tidak asal ikut-ikutan,” kata direktur Pascasarjana Universitas Nusa Cendana itu, di Kupang, Selasa.
Dia mencontohkan, salah satu penggunaan jenis media sosial yang paling banyak menggambarkan fenomena komunikasi yang mengandung unsur provokatif dan banyak menebar kebencian yaitu facebook.
Hal itu, lanjut dia, terjadi karena masyarakat berbagai kalangan dan usia bisa dengan mudah mengakses jenis media sosial tersebut bahkan bisa mengelabuhi lawan bicara dengan membuat akun pengguna palsu.
“Kemudahan akses ini yang menyebabkan orang bisa saja menyalahgunakan untuk kepentingannya namun merugikan orang lain,” katanya menambahkan, bahkan tidak jarang gap komunikasi di media sosial berujung pada konflik.
Untuk itu, katanya, masyarakat harus mendapat pendidikan dan penyadaran yang memadai mengenai pentingnya media literasi terutama untuk pelajar di berbagai jenjang pendidikan.
“Butuh kerja sama semua pihak baik tokoh masyarakat, tokoh agama, guru-guru agar melalui perannya masing-masing bisa memberikan imbauan dan penyadaran kepada masyarakat untuk cerdas memanfaatkan media,” katanya.
Selain pembelajaran media literasi, lanjut dia, provokasi dalam media sosial juga bisa dikurangi melalui peran aparat keamanan atau kepolisian setempat.(NOV)
BLITAR,khatulistiwaonline.com
Hari ini, Sabtu (29/10/2016), Menristekdikti M Nasir berkunjung ke Blitar, Jawa Timur, untuk melaunching Universitas Nahdlatul Ulama (UNU). Dia bicara soal kualitas pendidikan di Indonesia yang masih rendah jika dibandingkan negara lain.
Dalam sambutan, Nasir menyebut dengan jumlah penduduk 255 juta, Indonesia mmeiliki 4.300 perguruan tinggi. Sayangnya, hanya 2 perguruan tinggi yang masuk peringkat dengan kualitas 500 bagus di dunia. Itu pun di urutan terakhir.
Jika dibandingkan dengan China yang jumlah penduduknya hampir 1,4 miliar dan jumlah perguruan tinggi sebanyak 2.824, perguruan tinggi yang masuk kelas 500 besar dunia sekitar 30-an.
“Dibandingkan China, jumlah penduduknya banyak, perguruan tingginya sedikit tapi berkualitas. Lha kita kebalikannya, jumlah penduduknya sedikit tapi perguruan tingginya banyak tapi tidak berkualitas. Betapa menyedihkannya pendidikan kita,” kata Nasir.
Perguruan tinggi, menurut Nasir, perspektifnya harus mempunyai sasaran strategis. Pada masa lalu, perguruan tinggi diharapkan mempunyai keterjangkauan seluruh rakyat Indonesia supaya dapat mengenyam pendidikan tinggi. Tapi yang terjadi sekarang, banyak lulusan perguruan tinggi tidak bisa diserap lapangan kerja.
Untuk itu, tambah Nasir, ke depan kualitas PT harus dijaga. Tidak hanya banyak mencetak gelar sarjana, tapi juga seluruh lulusannya dapat terserap di dunia kerja. Bahkan jika bisa lulusannya menciptakan lapangan kerja baru sesuai bidangnya masing-masing.
Apakah nantinya Kemenristekdikti akan lebih selektif dan mempunyai standart untuk memberikan izin berdirinya PT? Nasir mengatakan ketersediaan kualitas SDM menjadi sangat penting, terutama tenaga pengajarnya atau dosen. Juga infrastruktur.
“Yang dulu gak pernah ada standar yang jelas, tapi mulai sekarang, saya akan monitor semua PT yang baru dan sudah dilengkapi dengan regulasi yang lebih efektif dan efisien. Dulu prosesnya panjang, sekarang saya pangkas birokrasi jadi pendek,” papar Nasir sambil menjelaskan, jika ada PT bermasalah, nakal dan curang, maka akan langsung ditutup.
Nasir melihat berdirinya Universitas NU (UNU) Blitar sebagai potensi besar karena di Blitar hanya ada 3 PT. Diharapkan UNU bisa menjadi referensi perusahaan untuk menyerap tenaga kerja dari lulusannya.
Sementara Bupati Blitar, Rijanto, dalam sambutannya mengharapkan UNU Blitar bisa mencetak SDM yang berkualitas. baik di dunia kerja maupun dunia usaha.(RED/DTK)
JAKARTA,khatulistiwaonline.com
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy mengatakan, saat ini baru 63 persen Kartu Indonesia Pintar (KIP) yang sudah terdistribusikan ke seluruh Indonesia. Untuk sisanya, Muhadjir mengaku akan segera dikebut.
“Hari ini sekitar 63 persen, yang sudah di tangan sekolah ya,” kata Muhadjir saat ditemui di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Kamis (20/10/2016).
Muhadjir menjelaskan, saat ini dia memilih opsi penyaluran KIP lewat sekolah. Hal ini dilakukan agar target pendistirbusian ‘Kartu Sakti’ untuk pelajar itu bisa terkejar.
Untuk sisanya, Muhadjir mengatakan akan segera menyalurkan ke pihak sekolah. Namun dananya belum bisa langsung dicairkan, karena masih ada beberapa tahapan yang harus diselesaikan.
“Jadi KIP itu indikatornya, kartu itu sudah sampai di sekolah, kemudian didata dalam data pokok pendidikan, kemudian sudah dikirim ke Jakarta, kemudian proses dananya, proses pengusulan dana ke bank. Sekarang ini memang di pihak bank masih ada prosedur tersendiri ya,” jelasnya.
“Bank itu masih verifikasi, kemudian juga baru bisa mencairkan karena dana itu baru bisa dicairkan kalau dana sudah tertahan 1 bulan di bank, dan seterusnya itu urusannya bank. Yang jelas yang bisa dijamin bahwa mereka nanti dapat dana-dana KIP itu sekitar 62 persen, sudah di atas 11 juta,” tambahnya.
Untuk pendistribusian langsung ke sekolah ini, lanjut Muhadjir, dirinya sudah meminta izin ke Presiden Jokowi. Sebelumnya, KIP ini diserahkan langsung ke pelajar.
“Seluruh Indonesia. Saya tadi sudah minta izin ke Presiden, beliau setuju. Sisanya yang tidak terserap sekarang ini karena sudah keburu dengan tahun anggaran baru, akan langsung kita alihakan, distribusikan langsung ke sekolah melalui data pokok pendidikan. Nanti hanya manfaat saja yang didapat mereka. Baru tahun depan anak-anak yang sekarang dapat manfaat itu baru kita beri KIP,” jelasnya.
Apakah pendistribusian KIP langsung ke sekolah ini akan efektif?
“Insya Allah lebih efektif. Karena sekolah ada dalam kontrol kami langsung. Daftar anak-anak di sekolah ada langsung. Tinggal nanti verifikasi saja. Usulan anak-anak siswa miskin yang ada dari sekolah sekarang ini akan kita verifikasi tingkat kemiskinannya, kemudian akan kita pilih, baru akan kita masukkan dalam pengusulan KIP,” jelas Muhadjir.
Sementara itu, Muhadjir juga mengatakan pihaknya tengah melakukan upaya perbaikan sistem KIP. Nantinya, KIP ini akan menjadi Smart Card yang penggunaannya (belanjanya) tidak bisa sembarangan.
“Jadi KIP itu penggunaannya sudah pakai smart card. Kita kerja sama dengan bank. Jadi pembelanjaannya tidak bisa semaunya. Kita sudah kerja sama dengan beberapa koperasi sekolah dengan beberapa toko. Sehingga sudah diskemakan, sekian persen untuk belanja buku, sekian persen untuk peralatan sekolah, sebagian besar untuk pakaian sekolah, hanya tersisa sedikit saja untuk siswa bisa gunakan untuk yang lain,” jelasnya.
“Jadi betul-betul bisa terkontrol. Kita sudah uji coba di Yogya, mudah-mudahan untuk tahun depan kita bisa diperluas. Cuma ini bias kota ya karena untuk di kampung-kampung tidak mungkin kita lakukan, musti ada perlakuan sendiri untuk KIP,” tambahnya.
Lalu, apakah anak miskin di luar sekolah bisa terjangkau KIP?
“Kalau nanti tinggal 30 persen, itu dugaan saya itu sisa dari data, yang maaf, yang kurang akurat itu. Karena memang ada bisa untuk alokasi nonsekolah, maksudnya bisa masuk kursus-kursus yang dialokasikan sekitar 4 juta kemarin, ternyata sampai sekarang baru 21 ribu yang terserap. Itu pasti, bukan apa-apa ya, namanya peserta khusus itu umurnya di atas 21 tahun. Padahal KIP kan datanya 21 tahun, bahkan ada yang mau diberi KIP sudah punya anak,” jelas Muhadjir.(RED)
JAKARTA, KHATULISTIWA – Presiden Joko Widodo tidak menyangka hari ini saat menyapa para gurunya pada peringatan Hari Guru Nasional 2015 di Istora Senayan Jakarta, Selasa, malah bertemu dengan guru-guru yang pernah mengajarinya sewaktu masih di sekolah.
“Saya hargai tema peringatan hari ini Guru Mulia karena Kar yanya’. Saya sendiri adalah karya dari guru-guru saya,” Presiden saat berpidato
dalam acara Puncak Peringatan Hari Guru Nasional 2015 di Istora Senayan Jakarta, Selasa.
Jokowi mengaku kaget setelah diberi tahu Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Anies Bawesdan bahwa gurunya diundang dalam acara ini. “Tadi saya masuk kaget saat dibisiki Mendikbud Pak, dihadirkan di sini guru bapak saat di SMP dan SMA. Tadi yang saya salami baru dua,” ungkap Presiden.
Jokowi sempat menyebut beberapa nama gurunya dan hafal, padahal sudah 40 tahun tidak bertemu mereka. “Beliau guru biologi saya, karena sudah 40 tahun. Moga-moga tidak salah ingat, namanya Bu Nurhayati,” kata Presiden yang disambut tepuk tangan
JAKARTA, KHATULISTIWA. Jalankan hari ini untuk melukis wajah masa depan bangsa. Bapak Ibu guru semua merupakan pelukis masa depan bangsa.
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Anies Baswedan mengatakan guru merupakan “pelukis” masa depan bangsa.
“Guru yang bekerja merupakan guru yang berkarya dan guru mulia karena karya,” ujar Anies dalam sambutannya pada peringatan Hari Guru Nasional (HGN) di Istora Senayan, Jakarta, Selasa. Mendikbud menambahkan, “Kita semua bisa mulia karena karya, kehadiran
para guru pada peringatan HGN bukan sekedar hadir, tapi menyiapkan masa depan bangsa”. “Jalankan hari ini untuk melukis wajah masa
depan bangsa. Bapak Ibu guru semua merupakan pelukis masa depan bangsa,” katanya.
Dia menjelaskan guru merupakan hulu dari kemajuan suatu bangsa. Peringatan HGN ke-70 diikuti 12.000 dari seluruh Tanah Air. Tema HGN ke-70 yakni “Guru Mulia Karena Karya”.Mendikbud menyebut ada dua kegiatan penting yang diselenggarakan pada tahun ini yakni simposium dan puncak peringatannya.“Kegiatan simposium dan lokakarya sudah dilangsungkan kemarin. Guru dari seluruh Tanah Air menunjukkan karyanya. Awalnya ada 3.360 karya yang masuk, kemudian diseleksi dan didapat 250 karya terbaik yang dipresentasikan.
Presentasi para guru tersebut tersebar di 16 ruangan,” jelas dia.Menurut Anies, selama ini banyak terobosan yang dilakukan para guru di Tanah Air.
Permasalahan utamanya adalah hanya sedikit waktu yang diberikan kepada guru berprestasi tersebut untuk memaparkannya.“Para guru tersebut berkumpul untuk mendengarkan ceramah dari orang lain, tetapi dari rekan mereka sesama guru,” katanya.Karya yang ditampilkan
dalam bentuk metode pembelajaran, alat peraga pendidikan, inovasi pembelajaran, yang disajikan dan dipamerkan kepada guru.(DON)