LUBUKLINGGAU, KHATULISTIWAONLINE.COM
Tak ada rasa capek terlihat di wajah Togu Simorangkir dan kawan-kawan setelah selama 27 hari melakukan “aksi gila” jalan kaki dari Balige, Kabupaten Toba, Sumatera Utara menuju Ibukota Negara Republik Indonesia, Jakarta.
Hingga hari ini Sabtu (10/7/2021) sudah hampir setengah perjalanan mereka lewati dengan berjalan kaki dari total perjalanan menuju Jakarta, sekitar 1.750 Km sesuai hitungan Google.
Bagi Togu Simorangkir, Irwan Sirait, Anita Martha Hutagalung, semangat untuk berjuang mengusir PT Toba Pulp Lestari (TPL) atau dulu bernama PT. Inti Indorayon Utama dari bumi Tapanuli, persisnya dari Porsea tak terelakkan lagi. Demi masa depan tanah Batak atau Tapanuli yang lebih baik bagi generasi ke depan.

Melalui pesan WhatsApp yang diterima Khatulistiwaonline dari Ketua Tim 11, Jevri Manik, pada Jumat malam Togu Simorangkir dan kawan-kawan menginap dan makan malam di rumah warga asal Sumatera Utara marga Siagian/br Hutagalung di Lubuklinggau.
” Tadi pagi pukul 07.34 WIB kami start dari Simpang Raya, Lubuklinggau untuk melanjutkan perjalanan. Selama dalam perjalanan tidak sedikit warga yang menyapa dan memberikan semangat,” ujar Jevri.
Di sela-sela perjalanan, masih menurut Jevri Manik, seorang wanita bernama Sihol Butar-butar (24) yang mengaku sebagai fans Oni, panggilan akrab Anita Martha Hutagalung ikut serta jalan kaki dan sejauh ini sudah hampir 2 Km.

Togu Simorangkir selaku penggagas aksi jalan kaki dari Toba ke Jakarta untuk meminta pemerintah menutup PT.TPL atau dulunya bernama PT. Inti Indorayon Utama (IIU) milik konglomerat Sukanto Tanoto yang beroperasi di wilayah Porsea itu adalah peraih gelar Master Of Science Bidang Primate Conversation dari Oxford Brookes University Inggris.
Togu Simorangkir yang masih berdarah biru karena merupakan cicit Pahlawan Nasional Raja Sisingamangaraja XII bersama aktivis lingkungan lainnya memulai perjalanan dari makam Pahlawan Nasional Sisingamangaraja, Desa Pagar Batu, Kecamatan Balige, Kabupaten Toba, pada Senin (14/6/2021).
Aksi tersebut sebagai bentuk protes masyarakat atas keberadaan PT.TPL yang selama ini diduga telah merusak hutan di kawasan Tapanuli dan kerap bentrok dengan masyarakat adat.
Nantinya, setibanya di Jakarta setelah melakukan perjalanan sepanjang 1.750 Km dari Lintas Barat Sumatera itu, mereka akan menemui Presiden Joko Widodo untuk menyampaikan berbagai pelanggaran yang dilakukan PT.TPL, dan meminta pemerintah mencabut izin konsesi pabrik bubur kertas tersebut.(NGO)
SUMATERA SELATAN, KHATULISTIWAONLINE.COM
Setelah melakukan perjalanan dengan cara jalan kaki dari Toba, Sumatera Utara sejak hari Senin (14/6/2021) atau selama 26 hari, Tim 11 Pahlawan Lingkungan Tanah Batak tiba di wilayah Provinsi Sumatera Selatan.
Dengan demikian, Togu Simorangkir, Irwan Sirait, Anita Martha Hutagalung dan delapan orang lainnya hingga Jumat (8/7/2021) telah melintasi empat wilayah provinsi, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Jambi dan sebagian Provinsi Sumatera Selatan.
Menurut Jevri Manik selaku Ketua Tim 11 melalui pesan WhatsApp yang diterima Khatulistiwaonline.com, jumat pagi mereka start dari Desa Norman Rupit, Sumatera Selatan.

Setelah menyusuri jalan sepanjang 4 km, mereka bertemu dengan warga dan sesaat berbincang seraya menjelaskan tujuan mereka melakukan aksi jalan kaki ke Jakarta.
Siang harinya, tepatnya di KM 40 Desa Rantau Jaya, sambil istirahat dan makan, Togu Simorangkir dan teman menjemur pakaian.
Togu Simorangkir selaku penggagas aksi jalan kaki dari Toba ke Jakarta untuk meminta pemerintah menutup PT.TPL atau dulunya bernama PT. Inti Indorayon Utama (IIU) milik konglomerat Sukanto Tanoto yang beroperasi di wilayah Porsea itu adalah peraih gelar Master Of Science Bidang Primate Conversation dari Oxford Brookes University Inggris.

Togu Simorangkir yang masih berdarah biru karena merupakan cicit Pahlawan Nasional Raja Sisingamangaraja XII bersama aktivis lingkungan lainnya memulai perjalanan dari makam Pahlawan Nasional Sisingamangaraja, Desa Pagar Batu, Kecamatan Balige, Kabupaten Toba, pada Senin (14/6/2021).
Aksi tersebut sebagai bentuk protes masyarakat atas keberadaan PT.TPL yang selama ini diduga telah merusak hutan di kawasan Tapanuli dan kerap bentrok dengan masyarakat adat.
Nantinya, setibanya di Jakarta setelah melakukan perjalanan sepanjang 1.750 Km dari Lintas Barat Sumatera itu, mereka akan menemui Presiden Joko Widodo untuk menyampaikan berbagai pelanggaran yang dilakukan PT.TPL, dan meminta pemerintah mencabut izin konsesi pabrik bubur kertas tersebut.(NGO)
KABUPATEN SAROLANGUN, KHATULISTIWAONLINE.COM
Tanpa dapat dipungkiri, dukungan masyarakat terhadap Tim 11 Pahlawan Lingkungan Tanah Batak yang tengah melakukan aksi jalan kaki dari Toba ke Jakarta untuk meminta pemerintah menutup PT.Toba Pulp Lestari (TPL) di Porsea, sungguh luar biasa.
Hal itu ditandai, dimana setiap Togu Simorangkir, Irwan Sirait, Anita Martha Hutagalung dan anggota tim lainnya melintas di salah satu daerah selalu disambut dengan baik bahkan diberi tumpangan jika malam hari serta disuguhi makanan.
Melalui pesan WhatsApp yang diterima Khatulistiwaonline hari ini, Kamis (8/7/2021) dari Jevri Manik selaku Ketua Tim 11 disebutkan, setelah menginap di rumah Keluarga Tagor Pakpahan/br Marbun di Singkut, Kabupaten Sarolangun, Provinsi Jambi.
“Setelah sarapan dan foto bersama dengan keluarga Pak Tagor Pakpahan, kami melanjutkan perjalanan. Ini merupakan hari ke dua puluh lima,” ujar Jevri Manik.
Rupanya, aksi jalan kaki Togu Simorangkir dan teman sudah tersebar di wilayah Sarolangun. Buktinya, baru berjalan 1 Km dari Singkut, seseorang yang diketahui bermarga Marbun menghampiri Tim 11 dan menyerahkan obat gosok.

Togu Simorangkir selaku penggagas aksi jalan kaki dari Toba ke Jakarta untuk meminta pemerintah menutup PT.TPL atau dulunya bernama PT. Inti Indorayon Utama (IIU) milik konglomerat Sukanto Tanoto yang beroperasi di wilayah Porsea itu adalah peraih gelar Master Of Science Bidang Primate Conversation dari Oxford Brookes University Inggris.
Togu Simorangkir yang masih berdarah biru karena merupakan cicit Pahlawan Nasional Raja Sisingamangaraja XII bersama aktivis lingkungan lainnya memulai perjalanan dari makam Pahlawan Nasional Sisingamangaraja, Desa Pagar Batu, Kecamatan Balige, Kabupaten Toba, pada Senin (14/6/2021).
Aksi tersebut sebagai bentuk protes masyarakat atas keberadaan PT.TPL yang selama ini diduga telah merusak hutan di kawasan Tapanuli dan kerap bentrok dengan masyarakat adat.
Nantinya, setibanya di Jakarta setelah melakukan perjalanan sepanjang 1.750 Km dari Lintas Barat Sumatera itu, mereka akan menemui Presiden Joko Widodo untuk menyampaikan berbagai pelanggaran yang dilakukan PT.TPL, dan meminta pemerintah mencabut izin konsesi pabrik bubur kertas tersebut.(NGO)
SAROLANGUN, KHATULISTIWAONLINE.COM
Gerimis disertai semilir angin di pagi hari tidak menyurutkan niat Tim 11 Pahlawan Lingkungan Tanah Batak untuk melanjutkan perjalanan ke Jakarta.
Dengan mengenakan jaket hujan, Rabu (7/7/2021) sekitar pukul 08.12 WIB, Togu Simorangkir dan rekannya melanjutkan perjalanan ke arah Lubuk Linggau.
Dalam perjalanan sekitar 5 Km dari lokasi start menuju Lubuk Linggau, para aktivis lingkungan dan pegiat media sosial itu disapa oleh masyarakat dan memberi support kepada Tim.
Menurut Jevri Manik melalui pesan WhatsApp (WA) yang diterima Khatulistiwaonline, sebelum melanjutkan perjalanan, malam harinya mereka menginap di rumah salah seorang warga asal Sumatera Utara bernama Ronald Pasaribu/br Haloho di wilayah Sarolangun.

“Siang harinya, atau setelah berjalan kaki sejauh 15 Km dari lokasi start Desa Bukit, Kecamatan Pelalawan, Kabupaten Sarolangun, Provinsi Jambi, kita dijamu makan oleh keluarga Ramses Sihaloho/br Pasaribu,” ujar Jevri Manik.
Diakui, sejak awal perjalanan dari Toba hingga saat ini sudah menjejakkan kaki di wilayah Provinsi Jambi, sambutan dan dukungan masyarakat utamanya warga asal Sumatera Utara yang bermukim di perbatasan Provinsi Sumatera Utara, Sumatera Barat hingga Jambi sangat luar biasa.
Selain memberikan tumpangan juga menjamu makan serta ada juga yang memberikan bekal berupa roti dan lainnya.
” Lebih dari itu, mereka juga mendoakan agar kami tetap semangat dan sehat selama dalam perjalanan dan tiba di Jakarta dengan selamat, ” ujarnya.
Togu Simorangkir bersama Tim yang terdiri dari sebelas orang, di antaranya Irwan Sirait dan Anita Martha Hutagalung memulai perjalanan dengan berjalan kaki menuju Jakarta sejak Senin (14/6/2021) dari Makam Pahlawan Nasional Sisingamangaraja, Desa Pagar Batu, Kecamatan Balige, Kabupaten Toba.

Aksi tersebut sebagai bentuk protes masyarakat atas keberadaan PT.TPL yang selama ini diduga telah merusak hutan di kawasan Tapanuli dan kerap bentrok dengan masyarakat adat.
Nantinya, setibanya di Jakarta setelah melakukan perjalanan sepanjang 1.750 Km dari Lintas Barat Sumatera itu, mereka akan menemui Presiden Joko Widodo untuk menyampaikan berbagai pelanggaran yang dilakukan PT.TPL, dan meminta pemerintah mencabut izin konsesi pabrik bubur kertas tersebut.(NGO)
SAROLANGON, KHATULISTIWAONLINE.COM
TIM 11 Pejuang Lingkungan Tanah Batak yang tengah melakukan aksi jalan kaki dari Toba ke Jakarta untuk meminta pemerintah menutup PT. Toba Pulp Lestari (TPL) hari ini, Selasa (6/7/2021) memasuki hari ke 22 atau tiga pekan.
Selama itu juga, Togu Simorangkir, Irwan Sirait dan Anita Martha Hutagalung bersama 8 orang lainnya telah melintasi dua wilayah Provinsi, yaitu Sumatera Utara dan Sumatera Barat dan kini sudah berada di wilayah Provinsi Jambi.
Menurut Jevri Manik selaku Ketua Tim 11 dalam pesan singkat WhatsApp (WA) yang diterima Khatulistiwaonline.com, sekitar pukul 11.00 WIB, rombongan melintas di jalan lintas Bangko, Sarolangun.

“Pukul 10.15. WIB, kita meninggalkan daerah Kabupaten Merangin menuju Kabupaten Sarolangun,” ujar Jevri.
Ternyata, aksi jalan kaki Tim 11 sejak awal memang mendapat perhatian dan dukungan dari masyarakat, utamanya warga yang berasal dari Sumatera Utara yang begitu semangat dengan aksi mereka.
Selain memberi tumpangan untuk istirahat, di antara warga ada juga yang memberikan bekal dalam perjalanan. Seperti hari ini, saat Tim 11 makan siang di salah satu rumah makan di daerah Sarolangon, seorang wanita bernama Marisi Simanjuntak menghampiri mereka dan menyerahkan dua dus susu bear brand.
Setelah sempat berbincang dengan Marisi Simanjuntak, Togu Simorangkir dan teman-temannya melanjutkan perjalanan.
Togu Simorangkir adalah pendiri Yayasan Alusi Tao Toba lahir di Simalungun, Sumatera Utara, 26 November 1976.
Rasa simpati tidak hanya dari warga Sumatera Utara, ketika sudah tiba di Kabupaten Sarolangon Jambi, disambut oleh masyarakat Adat Rimba yang diwakili oleh Mustafa dan didampingi Aliansi Masyarakat Adat Nusantara wilayah sarolangon yaitu bapak Mardiansiah, ujar Jevri Manik.
Togu Simorangkir adalah seorang aktivis lingkungan dan penggiat literasi. Ia dikenal dengan berbagai ide-ide kreatif dan aksi “gila” dalam penggalangan dana untuk kegiatan-kegiatan sosial yang ia lakukan.
Togu pernah berenang sebanyak dua kali di Danau Toba (sejauh 9 Kilometer dan 15 Kilometer) untuk menggalang dana bagi pengadaan kapal belajar di Danau Toba.
Togu Simorangkir selaku penggagas aksi jalan kaki dari Toba ke Jakarta untuk meminta pemerintah menutup PT.TPL atau dulunya bernama PT. Inti Indorayon Utama (IIU) milik konglomerat Sukanto Tanoto yang beroperasi di wilayah Porsea itu adalah peraih gelar Master Of Science Bidang Primate Conversation dari Oxford Brookes University Inggris.

Togu Simorangkir yang masih berdarah biru karena merupakan cicit Pahlawan Nasional Raja Sisingamangaraja XII bersama aktivis lingkungan lainnya memulai perjalanan dari makam Pahlawan Nasional Sisingamangaraja, Desa Pagar Batu, Kecamatan Balige, Kabupaten Toba, pada Senin (14/6/2021).
Aksi tersebut sebagai bentuk protes masyarakat atas keberadaan PT.TPL yang selama ini diduga telah merusak hutan di kawasan Tapanuli dan kerap bentrok dengan masyarakat adat.
Nantinya, setibanya di Jakarta setelah melakukan perjalanan sepanjang 1.750 Km dari Lintas Barat Sumatera itu, mereka akan menemui Presiden Joko Widodo untuk menyampaikan berbagai pelanggaran yang dilakukan PT.TPL, dan meminta pemerintah mencabut izin konsesi pabrik bubur kertas tersebut.(NGO)
KABUPATEN MARANGIN JAMBI, KHATULISTIWAONLINE.COM
Perjalanan tim11 Pejuang Lingkungan Tanah Batak tertunda sejenak, karena melakukan Vaksinasi Minggu 4/7-2021.
Sebagaimana halnya dalam situasi pandemi Covid 19 tetap harus dipatuhi dengan melakukan vaksinasi agar bisa menambah kekuatan tubuh melawan virus yang sedang melanda dunia saat ini.
Informasi ini didapatkan khatulistiwaonline dari Jevri Manik sebagai ketua tim 11 melalui jaringan WhasApp(WA).
Dikatakan oleh Jevri, tim 11 dijamu oleh Pahala Junior Pasaribu/br Sitohang di Desa Muara Delang Kecamatan Tabir Selatan, Kabupaten Merangin Propinsi Jambi pada hari minggu 4/7.
Perjalanan dilanjutkan pada hari Senin 5/7-2021 walaupun tidak semuanya berangkat, karena sebagian dari mereka melakukan vaksin jadi perlu istirahat.
Pemberangkatan dari tim 11 dari rumah Pahala Junior Pasaribu hanyalah tiga orang, antara lain, Togu Simorangkir, Agustina Pandiangan dan Bumi Simorangkir.
Setelah selesai serapan pagi, tim 11 diberangkatkan dan didoakan oleh seorang hamba Tuhan pendeta Alselsius Silaban dari HKBP Hitam Ulu dan perjalan hari ini merupakan hari ke 21.

Aksi jalan kaki yang dilakukan oleh tim 11 dan dicetuskan oleh Togu Simorangkir banyak mendapatkan pujian dan dukungan dari beberapa masyarakat yang sudah mengetahui perjalanan tim 11 tersebut.
Togu Simorangkir, Irwan Sirait, Anita Martha Hutagalung bersama delapan orang lainnya memulai perjalanan dari makam Pahlawan Nasional Sisingamangaraja ke XII Desa Pagar Batu, Kecamatan Balige, Kabupaten Toba, pada Senin (14/6/2021).
Aksi tersebut sebagai bentuk protes atas keberadaan PT.TPL yang selama ini diduga telah merusak hutan di kawasan Tapanuli dan kerap bentrok dengan masyarakat adat.
Nantinya, setibanya di Jakarta setelah melakukan perjalanan sepanjang 1.750 Km dari Lintas Barat Sumatera, mereka akan menemui Presiden Joko Widodo untuk menyampaikan berbagai pelanggaran yang dilakukan PT.TPL, dan meminta pemerintah mencabut izin konsesi pabrik bubur kertas tersebut, karena menurut mereka lebih banyak merugikan masyarakat banyak.(VAN)
KABUPATEN DHARMASRAYA, KHATULISTIWAONLINE.COM
Tidak terasa perjalanan Pejuang Lingkungan Tanah Batak yang tengah melakukan aksi jalan kaki dari Toba, Sumatera Utara ke Jakarta untuk meminta pemerintah menutup PT. Toba Pulp Lestari (TPL) sudah memasuki hari ke 19.
Setelah melakukan perjalanan dari Muaro Sijunjung, Togu Simorangkir, Irwan Sirait, Anita Martha Hutagalung bersama 8 anggota tim lainnya, mereka tiba di wilayah Kabupaten Dharmasraya, Sumatera Barat dan malam harinya dijamu salah seorang warga yang berasal dari Sumatera Utara, yaitu A.Sianturi /br Silaban .
Keberangkatan dari tim 11 dimulai jam 7:12 dari kediaman pak Sianturi ini merupakan perjalan hari ke 18 pada hari Kamis 1/7-2021.
Informasi yang didapatkan dari Jevri Manik sebagai Ketua Tim 11 melalui Jaringan WhatsApp (WA), Pejuang Lingkungan Tanah Batak banyak mendapatkan simpati masyarakat, tidak hanya dari orang Batak, bahkan setelah selesai serapan pagi, setelah melanjutkan perjalanan tim 11 tiba di simpang IV Gunung Medan Kabupaten Dharmasraya, siangnya pejuang Lingkungan Tanah Batak yang digagas oleh Togu Simorangkir dijamu makan siang di rumah bapak Darmawan keluarga Datuk Azis Koto Baru di Kabupaten Dharmasraya.

Malam harinya tim 11 dijamu di rumah Dolok Saribu/ br Bakkara dan keesokan harinya Jumat 2/7 melanjutkan perjalanan memasuki hari ke 19.
Togu Simorangkir, Irwan Sirait, Anita Martha Hutagalung bersama delapan orang lainnya memulai perjalanan dari makam Pahlawan Nasional Sisingamangaraja, Desa Pagar Batu, Kecamatan Balige, Kabupaten Toba, pada Senin (14/6/2021).
Aksi tersebut sebagai bentuk protes atas keberadaan PT.TPL yang selama ini diduga telah merusak hutan di kawasan Tapanuli dan kerap bentrok dengan masyarakat adat.
Ditambahkan oleh Jevri Manik, setiap warga yang melihat aksi jalan kaki mereka selalu mengacungkan jempol dan banyak yang mendukung agar PT TPL ditutup.
Nantinya, setibanya di Jakarta setelah melakukan perjalanan sepanjang 1.750 Km dari Lintas Barat Sumatera, mereka akan menemui Presiden Joko Widodo untuk menyampaikan berbagai pelanggaran yang dilakukan PT.TPL, dan meminta pemerintah mencabut izin konsesi pabrik bubur kertas tersebut, karena menurut mereka lebih banyak merugikan masyarakat banyak.(VAN)
KILIRAN JAO, KHATULISTIWAONLINE.COM
Hari ini, Rabu (30/6/2021), perjalanan Tim 11 Pejuang Lingkungan Tanah Batak
yang tengah melakukan aksi jalan kaki dari Toba, Sumatera Utara ke Jakarta untuk meminta pemerintah menutup PT. Toba Pulp Lestari (TPL) memasuki hari ke 17.
Setelah melakukan perjalanan dari Solok, Togu Simorangkir, Irwan Sirait, Anita Martha Hutagalung bersama 8 anggota tim lainnya, mereka tiba di wilayah Muaro Sijunjung, Sumatera Barat dan malam harinya dijamu salah seorang warga yang berasal dari Sumatera Utara, yaitu Stefanus Sinurat/ br Tarigan.
Informasi yang didapatkan dari Jevri Manik sebagai Ketua Tim 11 melalui Jaringan WhatsApp (WA), Pejuang Lingkungan Tanah Batak jam 7 pagi mulai siap siap melakukan perjalanan selanjutnya.
Karena situasi rumah Stefanus adanya di km 15, sehingga rombongannya menuju jalan lintas dan memulai start keberangkatan jam 08.05 dari Sijunjung menuju Kiliran Jao yang diperkirakan berjarak 47 km.

Togu Simorangkir, Irwan Sirait, Anita Martha Hutagalung bersama delapan orang lainnya memulai perjalanan dari makam Pahlawan Nasional Sisingamangaraja, Desa Pagar Batu, Kecamatan Balige, Kabupaten Toba, pada Senin (14/6/2021).
Aksi tersebut sebagai bentuk protes atas keberadaan PT.TPL yang selama ini diduga telah merusak hutan di kawasan Tapanuli dan kerap bentrok dengan masyarakat adat.
Ditambahkan oleh Jevri Manik, setiap warga yang melihat aksi jalan kaki mereka selalu mengacungkan jempol dan banyak yang mendukung agar PT TPL ditutup.
Nantinya, setibanya di Jakarta setelah melakukan perjalanan sepanjang 1.750 Km dari Lintas Barat Sumatera, mereka akan menemui Presiden Joko Widodo untuk menyampaikan berbagai pelanggaran yang dilakukan PT.TPL, dan meminta pemerintah mencabut izin konsesi pabrik bubur kertas tersebut, karena lebih banyak merugikan masyarakat banyak.(VAN)
DENPASAR, KHATULISTIWAONLINE.COM –
Data jumlah penumpang KMP Yunicee yang tenggelam di Selat Bali masih simpang siur hingga saat ini. Jumlah penumpang di manifes kapal tercatat ada 57 orang, tapi korban yang sudah ditemukan ada 59 orang.
“Yang sudah ditemukan sementara data sementara totalnya 59, meninggal 6, 53 dalam keadaan selamat,” ujar Koster di Denpasar, Rabu (30/6/2021).
Dari 59 korban ditemukan, 6 orang meninggal dan 3 orang selamat dibawa ke Pelabuhan Gilimanuk, Bali. Sedangkan sisanya dibawa ke Pelabuhan Ketapang, Banyuwangi.ad
Meski jumlah korban yang ditemukan telah melebihi data manifes kapal, belum semua korban bisa dievakuasi oleh tim gabungan. Tim SAR masih mencari sejumlah korban yang diduga hilang saat kejadian.
Koster mengungkapkan, data yang ada memang menunjukkan ada selisih antara yang tercatat dan jumlah yang ditemukan yang selamat maupun yang korban meninggal.
“Jadi artinya beda antara jumlah yang masuk dalam manifest dengan fakta yang sesungguhnya,” tutur Koster.
Sementara itu Kepala Dinas Perhubungan Provinsi Bali I Gde Wayan Samsi Gunarta mengungkapkan kapal feri, termasuk KMP Yunicee, jadi salah satu moda transportasi yang sulit dikontrol.
“Kalau kita lihat rumitnya sistem transportasi, itu yang paling repot itu sebenarnya jalan. Jalan itu kita tidak pernah bisa melakukan kontrol dengan baik. Kemudian yang kedua penyeberangan pendek seperti ini,” katanya di kantor Gubernur Bali, Rabu (30/6).
“Ini penyeberangan (pendek) dan dia sifatnya seperti jembatan, jadi feri. Dengan sistem feri ini orang terbiasa untuk berlalu lintas. Karena sudah biasa bolak-balik, kadang-kadang hanya bilang, ‘Pak, izin ikut’,” imbuh Samsi.
Oleh karena itu, Samsi menilai masyarakat harus disadarkan agar melakukan penyeberangan pendek melalui jalur resmi. Mereka harus membeli tiket dan menyeberang dengan kapal menjamin mereka untuk mendapatkan asuransi yang memadai.
“Jadi kita harus dorong itu supaya mereka jangan kayak begitulah (tidak dengan jalur resmi). Perilaku kayak begitu kan kadang-kadang petugas juga serbasalah segala macam. Nah, kita bukan berarti menutup mata soal itu,” kata dia.(VAN)
SAWAH LUNTO, KHATULISTIWAONLINE.COM
Semangat dari Pejuang Lingkungan Tanah Batak tetap semangat, walaupun lelah berjalan kaki dari Toba menuju Istana Negara yang diperkirakan 1750 km sesuai perhitungan dari Google.
Misi yang dibawakan oleh Tim 11 adalah satu suara dengan mengharapkan Pemerintah menutup PT. Toba Pulp Lestari karena lebih banyak kerugian yang ditimbulkan dengan hadirnya TPL yang hanya dinikmati orang orang tertentu.

Jevri Manik selaku ketua Tim Sebelas selalu memberi semangat pada anggota lainnya agar tetap ceria dan melakukan Protokol Kesehatan begitu juga menjaga etika dalam setiap perjalanan yang dilalui.
Apapun kata orang pada kita hal yang biasa, karena dalam setiap masalah tidak mungkin semua masyarakat satu pendapat.
Ditambahkan oleh Jevri, perbuatan baik yang dilakukan seseorang, suatu saat nanti akan berguna bagi generasi penerus.(VAN)