Las Vegas –
Pelaku penembakan brutal di Las Vegas, Amerika Serikat, Stephen Paddock diketahui memiliki puluhan senjata api, amunisi dan bahan-bahan peledak. Kepolisian AS menyebutkan pria berumur 64 tahun itu mendapatkan senjata-senjata api tersebut dalam waktu puluhan tahun.
“Apa yang kami tahu adalah bahwa Stephen Paddock adalah pria yang menghabiskan waktu selama beberapa dekade untuk mendapatkan senjata dan amunisi dan menjalani kehidupan rahasia, yang sebagian besar tak akan pernah bisa dipahami sepenuhnya,” kata Sheriff Clark County, Joseph Lombardo seperti dilansir kantor berita Reuters, Kamis (5/10/2017).
Dikatakan Lombardo, sulit untuk percaya bahwa persenjataan yang begitu banyak bisa diperoleh Paddock seorang diri. “Anda harus membuat asumsi bahwa dia mendapat bantuan pada suatu saat,” tuturnya kepada para wartawan. Dikatakannya, penembakan massal tersebut jelas merupakan hasil dari perencanaan yang matang.
Setidaknya 58 orang tewas dan sekitar 500 orang luka-luka akibat penembakan brutal yang dilakukan Paddock pada Minggu (1/10) malam waktu setempat. Dari atas kamarnya di lantai 32 hotel Mandalay Bay, pensiunan akuntan itu menembaki para penonton konser di seberang hotel.
Kepolisian menemukan hampir 50 senjata api dari tiga tempat yang mereka geledah, termasuk 23 senjata api di kamar suite hotel yang ditempati Paddock. Sebanyak 12 senapan telah dimodifikasi sehingga memungkinkan untuk menembak sangat cepat seperti senjata otomatis.
Paddock terungkap pernah membeli lebih dari 30 senjata api pada Oktober 2016 lalu. Dikatakan Lombardo, kepolisian tengah menyelidiki kemungkinan pembelian senjata dalam jumlah besar tersebut dilakukan setelah adanya peristiwa pemicu dalam hidupnya. Lombardo tidak menjelaskan lebih jauh.
Hingga kini motif penembakan brutal yang disebut sebagai penembakan paling mematikan dalam sejarah modern AS tersebut, belum diketahui. Otoritas AS telah menyatakan bahwa Paddock tidak memiliki keterkaitan dengan kelompok teroris internasional manapun. (ADI)