Khartoum –
Polisi Sudan menembakkan gas air mata untuk membubarkan demonstrasi antipemerintah yang terjadi secara simultan di sejumlah kota di negara itu. Massa aksi menuntut Presiden Omar al-Bashir mundur dari jabatannya.
Dilansir dari AFP, Jumat (25/1/2019), unjuk rasa menuntut kebebasan, perdamaian, dan keadilan itu telah berlangsung lebih dari sebulan. Pemerintah Sudan pun dituding melakukan kekerasan hingga mengundang kecaman dari dunia internasional.
Demonstrasi yang menjamur itu dipandang sebagai ancaman terbesar bagi pemerintahan Bashir, yang menjabat sejak 1989. Para pejabat mengatakan 26 orang tewas dalam kekerasan itu, tetapi kelompok-kelompok hak asasi manusia menyebutkan ada 40 orang tewas.
Asosiasi Profesional Sudan (SPA), yang menjadi ujung tombak kampanye protes, telah menaikkan dukungan dengan seruan untuk unjuk rasa nasional pada Kamis (24/1) waktu setempat. SPA menyerukan unjuk rasa di 17 tempat di Khartoum dan Omdurman. Para demonstran disuruh berbaris menuju istana presiden.
Ratusan orang pun mulai berdemonstrasi di beberapa wilayah ibu kota menuju istana, tetapi mereka dihadang oleh polisi dengan gas air mata.
“Mari kita mati seperti martir atau memperjuangkan hak-hak mereka,” teriak pria dan wanita ketika mereka turun ke jalan-jalan di Distrik Burri.
Beberapa demonstrasi sebelumnya di istana presiden juga telah dibubarkan oleh polisi yang menembakkan gas air mata.(ARF)