Rio de Janeiro –
Dalam usia baru 30 tahun profesor muda ini memenangkan penghargaan tertinggi di bidang matematika. Peter Scholze memang sangat berbakat dan sudah meraih gelar profesor di usia 24 tahun.
Scholze yang merupakan profesor matematika dari Universitas Bonn, Jerman, adalah satu dari empat orang peraih penghargaan Fields Medal dalam Kongres Matematika Internasional di Rio de Janeiro, Brazil.
Ini adalah penghargaan yang paling bergengsi di bidang matematika dan sering disandingkan seperti Penghargaan Nobel.
Scholze sendiri adalah orang jerman kedua yang menerima penghargaan ini. Sebelumnya ada Gerd Falting yang kini menjabat sebagai direktur di Max Planck Institute for Mathematics yang memenangkan hadiah ini tahun 1986.
Sejak 1936 penghargaan ini diberikan oleh Universitas Toronto setiap empat tahun sekali kepada empat ahli matematika dengan prestasi yang mengagumkan. Hadiah yang disediakan senilai $ 15.000 dolar Kanada (Rp 166 juta).
Karya Scholze secara fundamental telah memperluas jangkauan metode dalam geometri aritmatika, bidang matematika yang mencakup teori aritmatika dan geometri aljabar.
Dia dikenal karena temuannya mengenai “ruang perfectoid,” yang merupakan struktur baru yang memungkinkan penafsiran integer sebagai entitas geometrik yang lebih baik.
Temuan ini memungkinkan ditariknya suatu kesimpulan yang tidak terduga atas sebuah pertanyaan terbuka mengenai teori bilangan yang merupakan bidang matematika yang lebih klasik.
Menanggapi pencapaiannya, Scholze mengatakan adalah “kehormatan luar biasa” untuk bisa memperoleh medali ini.
Pemerintah Jerman pun turut merayakan pencapaian Scholze ini. Menteri Pendidikan Anja Karliczek memuji talenta mudanya dan mengatakan kalau orang-orang seperti Scholze dapat memikat “peneliti berbakat dari seluruh dunia” untuk datang ke Jerman.
Pengungsi Kurdi juga raih penghargaan.
Di antara keempat pemenang terdapat Caucher Birkar, seorang pengungsi Kurdi yang menjadi profesor matematika Universitas Cambridge dengan spesialisasi geometri aljabar. Birkar lahir di provinsi etnis Kurdi, Marivan, dekat perbatasan Irak.
“Kurdistan adalah tempat yang tidak memungkinkan bagi seorang anak untuk mengembangkan minat dalam matematika,” katanya.
Birkar sedang berkuliah di Universitas Teheran ketika dia mengajukan permohonan suaka politik dan kewarganegaraan di Inggris. Sayangnya, hanya satu jam setelah menerima penghargaan itu tas kerjanya hilang, dan medali emas seberat 14 karat juga dicuri.
Pemenang lainnya adalah Akshay Venkatesh, 36, dari Institute for Advanced Study di Princeton dan Universitas Stanford di California.
Selain itu ada juga Alessio Figalli, 34, dariSwiss Federal Institute of Technology di Zurich. Figalli dikatakan hanya tertarik pada permainan sepak bola sewaktu SMA. Tapi kini ia menjadi salah satu pemikir yang cukup disegani.
(ADI)