Seoul – Korea Selatan (Korsel) menyatakan belum mendeteksi aktivitas mencurigakan dari Korea Utara (Korut), setelah rezim komunis itu mengancam akan mengerahkan lebih banyak tentara di perbatasan kedua negara. Ancaman itu dilontarkan usai terjadi pelanggaran kesepakatan tahun 2018 untuk meredakan ketegangan.
Seperti dilansir Associated Press, Kamis (18/6/2020), Korut sebelumnya menyatakan akan mengerahkan tentara ke kawasan kerja sama kedua Korea, membangun kembali pos keamanan dan memulai kembali latihan militer di sisi utara perbatasan dengan Korsel.
Langkah itu jelas melanggar kesepakatan tahun 2018 yang melarang kedua Korea untuk melakukan tindakan bermusuhan satu sama lain.Juru bicara Kantor Kepala Staf Gabungan Korsel, Kim Jun-Rak, menuturkan kepada wartawan bahwa tidak ada tanda-tanda yang mengindikasikan Korut mulai mengeksekusi ancaman-ancamannya. Dia menyebut Korsel akan mempertahankan kesiapan militer untuk menghadapi situasi apapun.
Pada Rabu (17/6) waktu setempat, militer Korsel memperingatkan bahwa Korut akan menghadapi konsekuensinya jika melanggar kesepakatan itu.
Hubungan Korsel dan Korut semakin tegang dalam beberapa hari terakhir, dengan Korut memberikan retorika berapi-api atas selebaran propaganda yang dikirimkan para aktivis Korsel ke wilayah Korut dengan balon udara.
Pada Senin (15/5) waktu setempat, Korut meledakkan kantor penghubung antar-Korea yang kosong. Kantor penghubung itu dibangun dengan dana dari Korsel di wilayah Korut.
Para pengamat menilai Korut tengah meningkatkan tekanan terhadap Korsel dan Amerika Serikat (AS) karena situasi perekonomiannya yang bermasalah, makin memburuk akibat sanksi AS dan pandemi virus Corona (COVID-19). Terlebih lagi, diplomasi nuklir antara Korut dan AS hanya mengalami sedikit kemajuan selama setahun lebih.(MAD)