JAKARTA, KHATULISTIWAONLINE.COM –
Ketua MPR RI Bambang Soesatyo (Bamsoet) mengajak seluruh generasi muda, khususnya kader Pemuda Pancasila, menjadi garda terdepan dalam menjaga tegaknya Pancasila dan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Menurutnya, konsep ‘kebersamaan dalam keberagaman’ sebagai narasi kebangsaan harus terus menerus diperjuangkan tanpa kenal lelah dan batas waktu.
“Peristiwa bom bunuh diri di gereja Katedral Makassar jelas mencederai rasa kemanusiaan dan jiwa kebersamaan sebagai sebuah bangsa. Padahal agama apapun, selalu mengajarkan cinta dan kasih, bukan permusuhan dan dendam, apalagi sampai mencelakai diri sendiri” ujar Bamsoet dalam keteranganya, Sabtu (3/4/2021).
“Agama juga mengajarkan, yang tidak saudara dalam seiman, adalah saudara dalam kemanusiaan,” imbuhnya dalam Pleno I dan Rapat Koordinasi Majelis Pimpinan Nasional (MPN) Pemuda Pancasila’ di Depok, Jumat kemarin.
Wakil Ketua Umum Pemuda Pancasila ini menuturkan untuk memperkuat organisasi Pemuda Pancasila harus memanfaatkan big data dengan melakukan digitalisasi organisasi. Terlebih, Pemuda Pancasila mempunyai target mewujudkan terciptanya 10 juta kader sesuai hasil Mubes X Pemuda Pancasila.
“Di era Revolusi Industri 4.0, big data adalah salah satu sumber daya primer dan jika dimanfaatkan dengan baik maka bisa mendatangkan berbagai manfaat. Karenanya, Pemuda Pancasila perlu membuat basis data keanggotaan, by nama, by address, bahkan juga mencakup usia, jenis kelamin, alamat, dan profesi,” ujarnya.
“Sehingga, terlihat peta persebaran kekuatan anggota Pemuda Pancasila untuk kepentingan bela negara melalui pembentukan komponen cadangan yang bekerja sama dengan Kementerian Pertahanan,” imbuh Bamsoet.
Ketua DPR RI ke-20 ini juga mengingatkan semua anggota Pemuda Pancasila untuk mewaspadai penyebaran radikalisme melalui berbagai platform media sosial.
Sebagaimana temuan riset Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) pada 2020 yang melaporkan potensi generasi Z (rentang usia 14-19 tahun) terpapar radikalisme mencapai 12,7 persen, sementara generasi millenial (berumur 20-39 tahun) mencapai 12,4 persen.
“Gen Z dan milenial menjadi sasaran empuk lantaran mereka sangat aktif mengakses internet dan pengguna aktif berbagai platform media sosial. Sangat penting bagi para pemangku kepentingan untuk masuk dalam dunia digital. Agar media sosial tidak dibanjiri paham radikal. Sehingga para pemuda tak tersesat dalam dunia digital,” tandas Bamsoet.(DON)