JAKARTA, KHATULISTIWAONLINE.COM
Ketua Umum Pejuang Nusantara Indonesia Bersatu (PNIB), AR Waluyo Wasis Nugroho (Gus Wal) menyampaikan uneg-unegnya seiring semakin banyak dan menjamurnya lembaga/yayasan baik pendidikan, sosial, ekonomi maupun boarding school yang dibungkus mengatas namakan agama, namun ujung-ujungnya melakukan banyak tindakan abnormal, di luar norma kesusilaan, melanggar hukum dan kriminal.
Hal itu disampaikan dalam rilis yang dikirim ke Redaksi Khatulistiwaonline belum lama ini.
“Sebagaimana kita ketahui bersama dari fakta lapangan maupun melalui pemberitaan di media cetak maupun elektronik bahwasanya banyak organisasi, yayasan, lembaga yang berafiliasi kepada ideologi faham trans-nasional seperti HTI, FPI, PA 212, radikalisme khilafah dan trorisme.
Baik itu berhubungan langsung atau pun tidak langsung dengan ormas dan faham tersebut dan yayasan/lembaga itu bergerak di berbagai bidang sosial, ekonomi dan pendidikan kini kesemuanya terbongkar secara langsung dan kontan jika semuanya itu tak lebih hanya merupakan pembodohan masyarakat, penjajahan masyarakat dan kepalsuan semata, ” katanya.
“Selalu ada kepentingan terselubung dengan motif ekonomi, politik maupun kekuasaan. Acapkali mereka membuat gerakan, program, dan mendirikan yayasan, lembaga, dan jelas-jelas upaya mereka ini mengancam keselamatan bangsa dan generasi mendatang,” ujar Gus Wal.
Gus Wal membeberkan, dalam pendidikan mereka banyak mendirikan sekolah, yayasan, lembaga, boarding school yang menyerupai Pondok Pesantren.
“Padahal mereka hanya berpatokan pada nilai bisnis semata, dan yang lebih parah banyak sekolah/yayasan/lembaga yang mereka dirikan menentang Pancasila, UUD 1945, Lagu Kebangsaan Indonesia Raya, dan Bendera Merah Putih,” jelas Gus Wal.
“Yang lebih tragis, para pemilik yayasan beserta pengajarnya ternyata tak paham agama sesuai dengan apa yang mereka bungkus dan jual selama ini, banyak dari mereka yang berbuat kriminal bahkan mencabuli dan menghamili muridnya, wong gendeng mangan sabun!!!” geram Gus Wal.
“Dalam Bidang Sosial dan Ekonomi banyak sekali yayasan ataupun lembaga dari kelompok ‘sarabpatinggenah’ ini akhirnya tertangkap tangan oleh aparat memanfaatkan uang kotak amal ataupun uang sumbangan umat islam dan rakyat Indonesia untuk gerakan radikalisme khilafah terorisme seperti beberapa kasus yang terjadi di berbagai kota dan wilayah akhir-akhir ini,” beber Gus Wal.
Gus Wal melanjutkan, “Dalam Bidang sosial lebih mengerikan lagi, ACT (Aksi Cepat Tanggap) yang selalu nampak mulus, cantik dan luar biasa ternyata didirikan atau dimiliki oleh Bachtiar Nasir, yang pernah ketahuan dan diberitakan oleh media media dalam mau pun luar negeri kedapatan menyalurkan bantuan logistik untuk ISIS.”
“Belum lagi Ada GN 13 milik Sugik Nur Raharja, mantan narapidana yang tiba-tiba menjadi seorang ‘Gus’ yang dikenal ahli misuh memaki makhluk Alloh,” ucap Gus Wal.
Dalam Ekonomi ada investasi bodong ala 212 Mart, Kampung Kurma dan lain- lain yang beberapa kali bermasalah karena diduga investasi bodong dan menggelapkan banyak dana umat.
Point dari segala pokok permasalahan di atas salah satu solusinya adalah: Peran aktif Negara dalam hal ini Pemerintah melalui Kementerian ataupun instansi terkait, Aparat Penegak Hukum TNI dan POLRI untuk bisa menutup dan membubarkan yayasan/lembaga yang berafiliasi dengan faham ideologi trans-nasional HTI, FPI radikalisme khilafah terorisme, ataupun mengambil alih kontrol lembaga/yayasan mereka dalam bidang apa pun yang dimiliki oleh mereka dengan menggandeng NU Dan Muhammadiyah untuk mensterilkan jamaahnya ataupun murid-muridnya dari pengaruh faham ideologi terlarang radikalisme khilafah terorisme.
Kontrol ketat mesti dilakukan oleh Kementerian Hukum dan HAM, Kementerian Dalam Negeri, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, Kementrian Agama yang selama ini terlalu lemah dengan banyaknya mengeluarkan izin untuk pendirian lembaga/yayasan/boarding school untuk faham-faham trans-nasional, terlalu lemah screening-nya dan terlalu lembek pengawasannya.
“Jika tak ingin bangsa Indonesia bernasib sama seperti Afganistan, Suriah, Irak maka perlu sesegera mungkin pemerintah membubarkan PA 212, melarang dan menolak semua kegiatan, Program dan Gerakan PA 212, baik reuninya atau pun gerakannya yang hanya bikin gaduh tak bermanfaat bagi umat Islam dan rakyat Indonesia,” tegas Gus Wal.(JRS)