JAKARTA, KHATULISTIWAONLINE.COM
Ketua Umum Pejuang Nusantara Indonesia Bersatu (PNIB) AR Waluyo Wasis Nugroho (Gus Wal) kembali menegaskan garis perjuangan yakni bersama rakyat Indonesia bangkit dan terus melawan politik identitas, Wahabi, khilafah, radikalisme dan terorisme.
Hal itu disampaikan Gus Wal dalam rangka memperingati hari Sumpah Pemuda 28 Oktober 2022.
Bahkan menurut PNIB perjuangan ini sebuah harga mati demi tegaknya Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila, UUD 1945 dan Bhinneka Tunggal Ika. “Titik tidak pakai koma,” tegasnya.
Menurut Gus Wal, Sumpah Pemuda seringkali ditafsirkan bersatunya aneka suku, adat, budaya dan agama di Indonesia untuk melepaskan diri dari belenggu penjajahan.
Rasa Nasionalisme sama-sama ingin merdeka menjadi perekat kebhinekaan tersebut.
Diakui, pasca-Indonesia merdeka ada begitu banyak tantangan buat salah satu Negara Kepulauan terbesar di dunia ini .
“Paling nyata tantangan berat saat ini hadir dari dalam negeri sendiri yaitu bangkitnya ideologi transnasional khilafah, wahabi, radikalisme, intoleransi dan terorisme.
Parahnya lagi kelompok-kelompok di atas saat ini diduga berafiliasi dengan para petualang politik yang memainkan politik identitas demi meraih kekuasaan, terlebih khususnya menjadi Presiden Indonesia,” ujarnya kepada Khatulistiwa online, Kamis (20/10/2022).
Ditambahkan, awal abad ke 19 tepatnya tahun 1928, Negara Indonesia belum lahir, namun semangat persatuan sudah mulai dicanangkan oleh kaum pribumi.
“Pada saat itu keinginan besar penghuni bumi Khatulistiwa, sebelum Indonesia lahir hanya satu, yaitu terlepas dari belenggu penjajahan yang telah berlangsung berabad-abad lamanya.
Para pemuda pribumi dari bermacam kerajaan, suku dan lintas Agama merasakan penderitaan menjadi bangsa terjajah. Disedot kekayaan alamnya, dipekerjakan di tanah air sendiri menjadi bentuk pembunuhan generasi secara perlahan-lahan.
Cita-cita mereka untuk merdeka dan mengentaskan kemiskinan mempunyai musuh yang sama, yaitu kolonialisme dan imperialisme, ” tuturnya.
Menjawab pertanyaan wartawan tentang dahsyatnya pengaruh paham radikalisme, bisa merusak ideologi kebangsaan yang telah susah payah dipersatukan sejak 1928, menurut Gus Wal, PNIB akan terus berupaya menghadang mereka, konsisten memberikan kesadaran pada generasi muda bahwa kita sedang dijajah paham asing.
“Karena sedetik kita berhenti berpikir terjajah, maka kita sudah kalah,” katanya. (JRS)