New York –
Dewan Keamanan PBB menggelar pertemuan untuk membahas kekerasan yang kembali bergolak di Myanmar. Sekitar 18.500 warga Rohingya telah lari ke perbatasan Bangladesh untuk menyelamatkan diri dari operasi militer di negara bagian Rakhine, Myanmar.
Namun usai pertemuan tertutup pada Rabu (30/8) waktu setempat, tak ada statemen resmi yang disampaikan 15 anggota DK PBB. Namun Duta Besar Inggris Matthew Rycroft mengatakan, ada seruan dari negara-negara anggota DK PBB untuk de-eskalasi.
“Kami semua mengutuk kekerasan, kami semua menyerukan semua pihak untuk de-eskalasi,” tutur Rycroft kepada para wartawan seperti dilansir kantor berita AFP, Kamis (31/8/2017).
Kekerasan mulai bergolak di Rakhine pada pekan lalu setelah para militan dari minoritas muslim Rohingya melakukan serangan-serangan ke puluhan pos polisi Myanmar. Para tentara dan polisi Myanmar pun melakukan operasi penangkapan para militan. Setidaknya 110 orang telah tewas dalam kekerasan tersebut dan ribuan warga Rohingya telah mengungsi ke Bangladesh meskipun adanya upaya-upaya Dhaka untuk mencegah mereka masuk.
Buntut penyerangan para militan ke pos-pos polisi, militer Myanmar melancarkan operasi penangkapan para militan. Menurut warga setempat, para tentara melakukan pembakaran rumah-rumah warga dalam operasi tersebut.
Belum jelas mengenai rencana aksi PBB terkait kekerasan di Myanmar. Namun masalah ini akan dibahas dalam Majelis Umum PBB pada September mendatang.
Rycroft mengatakan, DK PBB masih mendukung Aung San Suu Kyi, peraih Nobel Perdamaian yang kini memimpin pemerintahan di Myanmar. “Banyak dari kami merupakan sekutu yang sangat mendukung dia yang telah mengikuti kemajuan dia dengan rasa kagum dari jauh,” tutur Rycroft.
“Kami menanti dia untuk mengambil sikap yang tepat dan melakukan kompromi dan de-eskalasi yang diperlukan untuk menyelesaikan konflik demi kebaikan seluruh rakyat di Burma,” tandasnya. (ADI)