ANKARA
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menuding Jerman membantu dan menaungi teror. Tudingan ini disampaikan setelah otoritas Jerman membatalkan dua pertemuan antara menteri-menteri Turki dengan warganya di Jerman.
Hubungan diplomatik Turki dan Jerman kembali memanas beberapa waktu terakhir. Awal pekan ini, seorang jurnalis Jerman yang bekerja untuk surat kabar Die Welt ditahan di Turki. Erdogan menyebut jurnalis Jerman itu sebagai mata-mata. Jerman menyebut balik tudingan Erdogan itu tidak masuk akal.
“Mereka perlu disidang karena membantu dan menaungi teror,” tuding Erdogan, merujuk pada Jerman yang mengizinkan pemimpin-pemimpin Kurdi untuk berbicara di Jerman, namun melarang para menteri Turki berbicara kepada warganya sendiri.
Larangan itu merujuk pada dibatalkannya dua acara pertemuan antara dua menteri Turki dengan warga Turki pendukung Erdogan di Jerman. Aktivitas ini merupakan bagian upaya meraup dukungan bagi referendum untuk memperkuat kekuasaan Presiden Turki yang akan digelar 16 April mendatang.
Dua pertemuan itu dijadwalkan digelar di kota Gaggenau dan Cologne, pekan ini. Menanggapi pembatalan oleh otoritas Jerman itu, Kementerian Luar Negeri Turki memanggil Duta Besar Jerman untuk meminta penjelasan.
Erdogan sendiri pernah mengalami peristiwa serupa, pada Juli 2016, saat dirinya gagal memberikan pidato via video kepada warga Turki di Cologne, Jerman. “Mereka mengizinkan Cemil Bayik untuk berbicara dari (pegunungan) Kandil (di Irak),” ucapnya merujuk pada pemimpin Kurdistan Workers’ Party yang dikategorikan sebagai organisasi teroris oleh Turki.
Dalam pernyataan terpisah, Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu juga menuding otoritas Jerman tidak menjunjung tinggi demokrasi dan membiarkan ‘teroris’ berbicara namun menolak pejabat Turki.
Menanggapi kemarahan Turki ini, Kanselir Jerman Angela Merkel menegaskan bahwa keputusan pembatalan itu diambil oleh otoritas daerah, bukan pemerintah Jerman secara federal. “Putusan diambil oleh otoritas kota setempat, dan sesuai prinsip, kami memberlakukan kebebasan berekspresi di Jerman,” tegasnya. (RIF)
Pyongyang –
Otoritas Korea Utara (Korut) kembali mengeksekusi mati para pejabatnya. Sedikitnya lima pejabat keamanan Korut dieksekusi mati dengan senjata antipesawat.
Informasi itu diungkapkan oleh dua anggota parlemen Korea Selatan (Korsel) yang telah mendapat briefing dari Badan Intelijen Nasional Korsel (NIS), seperti dilansir CNN, Rabu (1/3/2017). Tidak disebut lebih lanjut kapan eksekusi mati itu dilakukan. Dituturkan salah satu anggota parlemen Korsel Kim Byung-Kee kepada wartawan, para pejabat itu dieksekusi mati karena ketahuan memberikan laporan palsu kepada pemimpin Korut, Kim Jong-Un.
Identitas para pejabat yang dieksekusi mati tidak diketahui pasti. Namun Kim Byung-Kee menyebut, para pejabat itu berada di posisi setingkat wakil menteri dan pernah bekerja di bawah Kepala Kementerian Keamanan Negara Kim Won-Hong yang baru saja dipecat.
“Kim Won-Hong yang menjabat kepala keamanan negara, berstatus tahanan rumah setelah penyelidikan dilakukan dan lebih dari lima pejabat setingkat wakil menteri yang bekerja di bawahnya, telah dieksekusi mati dengan senjata antipesawat,” tutur Kim Byung-Kee.
“Eksekusi mati para pejabat lainnya masih bisa terjadi, seiring penyelidikan masih terus berlanjut,” imbuhnya.
Kementerian Keamanan Negara Korut secara efektif merupakan dinas intelijen negara komunis itu. Kementerian itu juga mengoperasikan kamp kerja paksa dan melakukan pengintaian domestik terhadap para pekerja dan warga Korut.
“Kementerian itu mengawasi dan memantau publik dan para pejabat partai (komunis). Terdeteksi bahwa laporan palsu diberikan kepada Kim Jong-Un. Kim Jong-Un marah atas temuan ini dan menempatkan Kim Won-Hong dalam status tahanan rumah dan memerintahkan eksekusi mati lima orang,” terang anggota parlemen Korsel lainnya, Lee Cheol-Woo.
Tidak hanya itu, Kim Jong-Un juga memerintahkan pemindahan patung mendiang ayahnya, Kim Jong-Il, dari kompleks kementerian sebagai hukuman. “Kim Jong-Un memerintahkan pemindahkan patung Kim Jong-Il dari Kementerian Keamanan Negara karena mereka tidak pantas memiliki patung itu,”
sebut Lee Cheol-Woo.
Otoritas Korut selama ini membantah keberadaan kamp kerja paksa. Namun Kementerian Keuangan Amerika Serikat (AS) menyatakan Kim Won-Hong mengarahkan dan mengatur setiap aktivitas di kamp kerja paksa itu, termasuk pemukulan, pemaksaan kelaparan, kekerasan seksual, aborsi paksa dan membunuh bayi yang baru lahir. Kementerian Keamanan Negara melapor langsung kepada Kim Jong-Un. (RIF)
KUALA LUMPUR,khatulistiwaonline.com
Racun VX digunakan untuk membunuh kakak tiri pemimpin Korea Utara Kim Jong-Un, yakni Kim Jong-Nam. Ternyata zat itu mengakhiri hidup Jong-Nam dalam waktu belasan menit saja usai dioleskan ke mukanya.
Dilansir dari BBC, Senin (27/2/2017) Menteri Kesehatan Malaysia Subramaniam Sathasivam menjelaskan Jong-Nam diberi racun VX dosis tinggi dan meninggal dunia melewati rasa sakit selama 15 menit hingga 20 menit.
Kata Subramaniam, tak ada zat penawar yang mampu menangkal racun itu. Terlepas dari keterangan Subramaniam, VX digolongkan sebagai senjata pemusnah massal oleh Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB). Setetes VX di kulit bisa membunuh dalam beberapa menit saja.
Siti Aisyah (25) warga negara Indonesia dan Doan Thi Huong warga negara Vietnam adalah dua perempuan yang disangkakan membunuh Jong-Nam menggunakan racun itu.
Aisyah dalam keterangannya ke Wakil Duta Besar RI untuk Malaysia Andreano Erwin menyebut dia hanya mengikuti reality show untuk mengisengi orang. Dia dibayar 400 ringgit Malaysia atau setara kurang lebih 1,2 juta rupiah. Doan juga mengaku dirinya disuruh untuk acara mengisengi orang sebagaimana yang biasa disiarkan televisi.
Polisi Malaysia mengatakan dua perempuan itu diajari untuk segera mencuci tangannya setelah mereka melakukan aksinya ke Jong-Nam. Sejumlah ahli menengarai dua orang perempuan itu dilumuri dengan cairan yang berbeda satu sama lain. Cairan itu tidak akan mematikan bila tidak disatukan, namun begitu tercampur maka dua cairan itu menjadi VX yang membunuh. (RIF)
NEW YORK –
Pasar saham Wall Street kembali positif di akhir pekan. Dow Jones mencetak rekor 11 hari berturut-turut.
Koreksi yang terjadi di saham-saham finansial bisa ditutupi oleh sektor lain yang kurang fluktuatif, seperti peralatan rumah tangga.
Indeks-indeks utama di Bursa Paman Sam sudah beberapa kali mencetak rekor sejak Donald Trump dilantik menjadi Presiden Amerika Serikat (AS).
Faktor pendorong utamanya adalah janji Trump untuk memangkas pajak dan perizinan serta menambah anggaran untuk infrastruktur.
“Sentimen mulai membaik lebih cepat dari aktivitas yang sebenarnya terjadi, jadi bisa kita lihat saham-saham yang harganya naik,” kata Brant Houston, Managing Director Atlantic Trust Private Wealth Management di Denver, seperti dikutip Reuters, Sabtu (25/2/2017).
Pada penutupan perdagangan Jumat waktu setempat, Indeks Dow Jones naik 11,44 poin (0,05%) ke level 20.821,76, Indeks S&P 500 bertambah 3,53 poin (0,15%) ke level 2.367,34 dan Indeks Komposit Nasdaq menguat 9,80 poin (0,17%) ke level 5.845,31
(RIF)
SEOUL –
Dengan pengeras suara raksasa di sepanjang perbatasan, otoritas Korea Selatan (Korsel) akhirnya mengumumkan kabar pembunuhan Kim Jong-Nam kepada warga Korea Utara (Korut). Korsel menyebut kakak tiri pemimpin Korut Kim Jong-Un itu, tewas diserang dua wanita di Malaysia.
Jong-Nam (46) tewas usai diserang dengan racun di Bandara Internasional Kuala Lumpur (KLIA) pada 13 Februari lalu. Otoritas Korsel menduga kuat rezim Korut, terutama Kim Jong-Un, berada di balik kematian Jong-Nam ini.
Setelah bungkam selama 10 hari, media nasional Korut, Korean Central News Agency atau KCNA merilis artikel soal kematian Jong-Nam pada Kamis (23/2) ini. Itupun mereka tidak menyebut nama Jong-Nam maupun nama samarannya, Kim Chol. KCNA hanya menyebutnya sebagai ‘warga DPRK’ merujuk nama resmi Korut, Republik Demokratik Rakyat Korea.
Pekan ini, seperti dilansir AFP, Kamis (23/2/2017), militer Korsel mengerahkan pengeras suara dengan desibel tinggi ke perbatasan Korut untuk mengumumkan rincian kematian Jong-Nam. Pengumuman itu bergaung dengan keras di sepanjang perbatasan.
“Kim Jong-Nam… tewas setelah diserang dua wanita tak dikenal di Bandara Internasional Kuala Lumpur di Malaysia,” demikian bunyi pesan Korsel via pengeras suara seperti ditayangkan televisi lokal Korsel, MBC TV.
“Otoritas Malaysia menyatakan empat tersangka merupakan warga negara Korea Utara, termasuk satu orang yang telah ditangkap,” demikian disampaikan.
Pengumuman dengan pengeras suara di perbatasan ini dilakukan karena rakyat Korut selama ini terisolasi dan tertutup dari dunia luar. Setiap informasi dari dunia luar dibatasi dan disensor secara besar-besaran oleh rezim Korut.
Dalam beberapa tahun terakhir, militer Korsel mengumumkan berbagai berita dunia, pesan propaganda bahkan lagu-lagu K-Pop via puluhan pengeras suara di perbatasan Korut. Pengumuman via pengeras suara memiliki jangkauan hingga 10 kilometer.
Pengumuman dengan pengeras suara raksasa ini sangat dibenci oleh Korut, yang pada suatu waktu pernah mengancam akan membombardir pengeras suara Korsel itu. Korut sendiri juga memasang sejumlah pengeras suara di wilayah perbatasannya, yang menyiarkan propaganda mereka demi ‘menenggelamkan’ pengumuman Korsel.(RIF)
Den Haag –
De Tweede Kamer (Parlemen Belanda, red) hari ini menyetujui Rancangan Undang-Undang yang mengatur tanam ganja di bumi Belanda.
RUU ini lolos voting di parlemen dengan 77 suara setuju, 72 suara menentang, 1 suara abstain, Selasa (21/2/2017) waktu setempat.
Partai bercorak agama ChristenUnie, SGP, CDA berada dalam barisan penentang bersama PVV dan partai pemerintah VVD. Sebaliknya partai mitra koalisi pemerintah yakni PvdA mendukung bersama partai-partai oposisi SP, GroenLinks, 50PLUS, Partij voor de Dieren (Partai untuk Hewan) dan Demokrat 66 selaku pemrakarsa RUU ini.
Selanjutnya untuk bisa diundangkan RUU ini masih harus diajukan ke Eerste Kamer (Senat) untuk mendapat persetujuan.
Pada dasarnya RUU ini mengatur bahwa menanam ganja tetap dilarang, tapi seseorang bebas dari tuntutan jika dia memenuhi syarat-syarat terkait yang ditetapkan.
Dengan kata lain penanaman ganja legal tapi dengan pengawasan dari pemerintah melalui instrumen perizinan, termasuk penjualannya.
Selama ini coffeeshops (di Belanda ini bukan kedai-kedai kopi, tapi kedai-kedai penyedia softdrugs atau narkotika ringan, red) dibolehkan menjual ganja dan sejenisnya, tapi menanam ganja dilarang.
Berdasarkan RUU ini para pengelola coffeshops kelak bisa kulakan pada para pemegang izin pertanian tanam ganja dari bumi Belanda sendiri. Ganja yang ditanam tanpa izin tetap akan disita dan dimusnahkan oleh polisi. (NOV)
KUALA LUMPUR,khatulistiwaonline.com
Empat pria Korea Utara (Korut) yang kabur sesaat setelah Kim Jong-Nam diserang dan tewas di Malaysia dilaporkan telah kembali ke Pyongyang. Otoritas Malaysia pun mempertimbangkan untuk mengajukan permohonan ekstradisi pada Korut.
Namun disampaikan Wakil Menteri Dalam Negeri Malaysia, Nur Jazlan Mohamed, seperti dilansir media lokal Malaysia, The Star, Rabu (22/2/2017), bahwa permohonan ekstradisi itu tergantung pada identifikasi jenazah korban dan penyebab kematiannya. Hingga kini, penyebab kematiannya belum diketahui.
“Jika memang kematian korban (Jong-Nam) dalam keadaan mencurigakan, polisi bisa meminta empat pria (Korut) itu untuk diekstradisi, demi membantu penyelidikan,” ucap Nur Jazlan.
Baca juga: 4 WN Korut Buron Pembunuhan Kim Jong-Nam Sempat Kabur ke Jakarta
Ditambahkan Nur Jazlan, ekstradisi empat pria itu juga membutuhkan kerja sama dari Korut sendiri. “Pertanyaannya adalah, apakah Korea Utara akan mempertimbangkan kita. Bagaimana jika mereka (Korut) menyatakan tidak bisa menemukan keempat pria itu, maka apa yang bisa kita lakukan?” ujarnya.
Empat pria Korut yang dimaksud adalah Ri Ji-Hyon (33) yang tiba di Malaysia pada 4 Februari, Hong Song-Hac (34) yang tiba di Malaysia pada 31 Januari, O Jong-Gil (55) yang tiba di Malaysia pada 7 Februari, dan Ri Jae-Nam (57) yang tiba di Malaysia pada 1 Februari. Mereka diyakini sebagai ‘otak’ di balik kematian Jong-Nam pada 13 Februari lalu.
Informasi media lokal Malaysia menyebut, keempat pria itu kabur ke Jakarta segera setelah serangan terhadap Jong-Nam terjadi. Dari Jakarta, mereka dilaporkan terbang ke Dubai, Uni Emirat Arab dan kemudian ke Vladivostok, Rusia sebelum akhirnya melanjutkan penerbangan ke Pyongyang.
Baca juga: Hanya 3 WN Korut Buron Pembunuh Jong-Nam yang Sempat ke Jakarta
Dalam keterangan terpisah, Kabag Humas dan Umum Ditjen Imigrasi, Agung Sampurno, menyebut hanya 3 WN Korut yang sempat ke Jakarta usai serangan terjadi. Ketiganya adalah Ri Ji-Hyon, Hong Song-Hac dan Ri Jae Nam. Menurut Agung, ketiganya langsung terbang ke Dubai menggunakan maskapai Emirates EK0359 dari Bandara Soekarno-Hatta, pada hari yang sama yakni 13 Februari malam.
Sedangkan, satu WN Korut lainnya bernama O Jong-Gil, terakhir tercatat berada di Indonesia pada 19 Januari 2017, jauh sebelum Jong-Nam tewas. Dari Jakarta, Jong-Gil terbang ke Bangkok, Thailand. Tidak diketahui keberadaannya saat ini.
Sejauh ini, otoritas Malaysia telah meminta bantuan Interpol untuk melacak keberadaan keempat pria Korut itu. Foto mereka juga telah dirilis ke publik. (RIF)
Baghdad –
Menteri Pertahanan Amerika Serikat, James Mattis, menegaskan bahwa AS tidak akan menyita minyak Irak, sekaligus ‘memberikan klarifikasi’ atas pernyataan Presiden Donald Trump.
Jenderal Mattis mengatakan bahwa AS tetap akan membayar minyak yang didapat dari Irak dan kebijakan ini akan tetap dipertahankan. “Kami berada di Irak tidak untuk menyita minyak,” kata Mattis kepada para wartawan yang menyertai kunjungan mendadak ke Irak, hari Senin (20/02).
Bagi Mattis ini adalah kunjungan pertamanya ke Irak sejak diangkat menjadi menteri pertahanan oleh Presiden Trump.
Presiden Trump dalam beberapa kali kesempatan mengatakan AS mestinya menyita minyak Irak setelah menggulingkan Presiden Saddam Hussein dari kekuasaan.
Dalam pertemuan dengan staf badan intelijen CIA bulan Januari, Trump mengatakan, “Kita mestinya menyita minyak (Irak). Tak masalah (sekarang). Tapi mungkin kita punya kesempatan di masa mendatang.”
Pernyataan Menhan Mattis ini, dipandang sejumlah pihak sebagai contoh terbaru perbedaan kebijakan antara menteri dan presiden AS.
Sebelumnya, Trump mengakui bahwa Mattis tak setuju dengan pemakaian metode penyiksaan sebagai taktik dalam interogasi. Belakangan Trump mengatakan untuk masalah ini, Menhan Mattis yang akan menjatuhkan keputusan, yang dianggap sebagai perubahan sikap presiden atas masukan atau pengaruh menteri pertahanan.
Berbeda soal Putin
Soal pemimpin Rusia, Vladimir Putin, Mattis juga lebih kritis dibandingkan Trump sendiri. Sementara terkait media, Mattis menegaskan tak ada masalah, di sisi lain Presiden Trump menggambarkan media ‘sebagai musuh rakyat Amerika’.
Mattis adalah purnawirawan marinir yang pernah memimpin pasukan saat AS melakukan invasi militer di Irak.
Ia berusaha mengajukan pengecualian bagi warga Irak yang pernah bekerja untuk militer AS, termasuk penerjemah, bisa masuk ke AS dan tak terkena kebijakan pembatasan imigrasi Presiden Trump.
“Kami akan mengambil langkah-langkah yang diperlukan agar mereka yang bertempur bersama kami diizinkan masuk ke AS,” kata Mattis.
Presiden Trump mengeluarkan perintah eksekutif, yang antara lain melarang masuknya warga dari tujuh negara berpenduduk mayoritas Muslim, termasuk Irak. Kebijakan ini dikecam masyarakat internasional.
Hakim di AS sudah mengeluarkan keputusan yang intinya menyebutkan bahwa ‘kebijakan yang diskriminatif ini’ tak bisa diterapkan.
Presiden Trump berjanji akan mengeluarkan kebijakan imigrasi yang baru.(RIF)
KUALA LUMPUR –
Duta Besar (Dubes) Korea Utara (Korut) untuk Malaysia menuding pemerintah Malaysia berkonspirasi dengan “kekuatan musuh” dalam penyelidikan pembunuhan Kim Jong-Nam, kakak tiri pemimpin Korut, Kim Jong-Un. Terkait tuduhan tersebut, pemerintah Malaysia memanggil Dubes Korut tersebut untuk meminta penjelasan.
“Kementerian menekankan bahwa dikarenakan kematian itu terjadi di tanah Malaysia dalam keadaan misterius, maka adalah tanggung jawab pemerintah Malaysia untuk melakukan penyelidikan guna mengidentifikasi penyebab kematian,” demikian statemen Kementerian Luar Negeri Malaysia udai pertemuan dengan Dubes Korut seperti dilansir kantor berita AFP, Senin (20/2/2017).
Disebutkan bahwa, Wakil Sekjen Urusan Bilateral Malaysia Raja Nushirwan Zainal Abidin telah berbicara dengan Dubes Korut Kang Chol di Kementerian Luar Negeri Malaysia pada Senin pagi waktu setempat.
Pekan lalu, Chol menuding Malaysia bersekongkol dengan “kekuatan-kekuatan musuh” untuk menjatuhkan Korut. Tudingan ini dilontarkan Dubes Korut tersebut setelah pemerintah Korea Selatan (Korsel) menyebut Pyongyang telah mendalangi pembunuhan Kim Jong-Nam di Malaysia.
Pemerintah Malaysia menyebut tuduhan Dubes Chol tersebut tak berdasar. “Pemerintah Malaysia menanggapi dengan sangat serius setiap upaya untuk menodai reputasinya,” tegas Kementerian Luar Negeri Malaysia dalam statemennya.
Kim Jong-Nam meninggal setelah diserang dua wanita di Bandara Internasional Kuala Lumpur, Malaysia pada Senin (13/2) lalu. Pemerintah Korsel menyebut agen-agen Korut melakukan pembunuhan tersebut.
Sejauh ini, empat orang telah ditangkap terkait kasus ini, yakni seorang wanita Vietnam bernama Doan Thi Huong (28), seorang wanita Indonesia bernama Siti Aisyah (25), seorang pria Korut bernama Ri Jong-Chol (47) dan seorang pria Malaysia bernama Muhammad Farid Jalaluddin (26) yang disebut sebagai kekasih Siti Aisyah.
Kepolisian Malaysia saat ini tengah memburu empat pria Korut, yakni Rhi Ji-Hyon (33) yang tiba di Malaysia pada 4 Februari, Hong Song-Hac (34) yang tiba di Malaysia pada 31 Januari, O Jong-Gil (55) yang tiba di Malaysia pada 7 Februari, dan Ri Jae-Nam (57) yang tiba di Malaysia pada 1 Februari.
Selain keempat pria Korut yang diduga sebagai agen Korut itu, kepolisian Malaysia juga tengah memburu seorang warga Korut lainnya bernama Ri Ji-U (30) alias James dan dua pria lainnya yang identitasnya belum diketahui. Peran ketiganya tidak dijelaskan lebih lanjut. Namun kepolisian Malaysia menyatakan, pria-pria itu dibutuhkan untuk membantu penyelidikan.(RIF)
KUALA LUMPUR,khatulistiwaonline.com
Motif pembunuhan Kim Jong-Nam, kakak tiri pemimpin Korea Uara (Korut) Kim Jong-Un masih misterius. Namun badan intelijen Korea Selatan (Korsel), Dinas Intelijen Nasional menyatakan, otoritas Korut telah berupaya membunuh Kim Jong-Nam selama lima tahun terakhir.
Kepada para politisi Korsel seperti dilansir News.com.au, Jumat (17/2/2017), Dinas Intelijen Nasional menyatakan bahwa Kim Jong-Nam mengirimkan surat ke Kim Jong-Un pada April 2012 setelah percobaan pembunuhan terhadap dirinya. Dalam surat itu, Kim Jong-Nam memohon pengampunan untuk hidupnya dan keluarganya.
Kim Jong-Nam telah bermukim di Macau sejak lama dan tak pernah mengenal dekat adik tirinya yang merupakan pemimpin Korut, Kim Jong-Un.
Kim Jong-Nam dilaporkan memiliki dua istri dan beberapa anak. Selain dikenal playboy, pria berumur 46 tahun itu juga dikenal gemar berjudi dan minum-minum alkohol.
Media-media Korea melaporkan, Kim Jong-Nam pernah beberapa kali melontarkan kritikan terhadap pemerintah Korut. Dia bahkan dilaporkan pernah menyebut Kim Jong-Un tidak kompeten menjadi seorang pemimpin negara.
Kim Jong-Nam dilaporkan dibunuh oleh dua wanita agen mata-mata Korut yang menyergapnya dari belakang dan meracuninya di Bandara Internasional Kuala Lumpur, Malaysia pada Senin, 13 Februari lalu.
Kepolisian Malaysia telah menangkap dua wanita yang diduga terlibat dalam kematian Kim Jong-Nam. Salah satu wanita diketahui memegang paspor Indonesia dengan nama Siti Aisyah asal Serang dengan tanggal kelahiran 11 Februari 1992. Dia ditangkap pada Kamis (16/2) dini hari waktu setempat.
Sebelumnya pada Rabu (15/2) pagi waktu setempat, seorang wanita juga ditangkap di Bandara Internasional Kuala Lumpur (KLIA) saat akan terbang menuju Vietnam. Wanita itu kedapatan membawa paspor Vietnam dengan nama Doan Thi Huong yang lahir di Nam Dinh, Vietnam pada Mei 1988. Tidak diketahui pasti keaslian dokumen itu.
Kepolisian Malaysia juga telah menangkap seorang pria Malaysia yang disebut sebagai kekasih Siti Aisyah. Kepolisian Malaysia saat ini masih memburu sejumlah warga asing lainnya terkait pembunuhan tersebut. “Kami sedang mencari tersangka-tersangka lainnya,” ujar kepala kepolisian negara bagian Selangor kepada media AFP. (RIF)