Las Palmas –
Jese Rodriguez bertekad membawa Las Palmas mengalahkan Barcelona. Ini semua demi memuluskan langkah Real Madrid menuju tangga juara La Liga.
La Liga makin sengit memasuki dua pekan terakhir penentuan gelar juara. Barca masih memimpin klasemen dengan 84 poin dari 36 laga, sama dengan milik Madrid yang kalah head-to-head tapi masih menyimpan satu laga.
Keuntungan ada di Barca akhir pekan ini ketika mereka “hanya” menghadapi Las Palmas di kandang lawan, Senin (15/5/2017) dinihari WIB. Sementara di saat bersamaan, Madrid harus bertemu lawan berat Sevilla meski bermain di Santiago Bernabeu.
Wajar saja jika Barca diunggulkan untuk bisa menjauhkan diri setidaknya dari Madrid di pekan ini. Meski itu juga sambil berharap Los Blancos gagal mengalahkan Sevilla.
Jalan untuk Barca menang dimudahkan mengingat Las Palmas dengan 39 poin sudah aman dari ancaman turun divisi. Meski demikian, Jese selaku pemain Las Palmas tidak ingin itu terjadi.
Sebagai eks pemain Madrid, Jese tentu berhasrat mengalahkan Barca demi memuluskan jalan mantan klubnya ke tangga juara.
“Saya ingin mencetak gol terus di setiap laga,” ujar Jese kepada Sportium.
“Jujur, saya ingin menjebol jala Barca dan membiarkan Real Madrid menjadi juara liga,” sambung pemain yang sudah bikin tiga gol sejak gabung Januari lalu itu.
“Tujuanku adalah bermain baik dan membantu tim,” tutupnya.(RIF)
Caracas –
Demo berujung kerusuhan masih terjadi di Venezuela. Kaum lansia pun terlibat dalam demo yang telah memakan 38 korban jiwa tersebut.
Dikutip dari CNN, Sabtu (13/5/2017), seorang nenek tampak memimpin sebuah kelompok demonstran di Caracas. Ribuan kaum lansia Venezuela berhadapan dengan polisi dan menimbulkan kericuhan.
Sebagian dari para lansia itu ditemani oleh cucu-cucu mereka. Pemandangan ini cukup berbeda dari aksi sebelumnya yang didominasi orang-orang yang lebih muda, bahkan remaja.
Tak sedikit dari para lansia itu mendorong tameng polisi. Mereka lalu disemprotkan lada oleh polisi agar mundur.
Venezuela memang dilanda krisis, terutama setelah anjloknya harga minyak dunia. Pemerintah setempat saat ini kesulitan memenuhi hak warga seperti yang dilakukan pemerintahan sebelumnya.
Bagi para lansia, hidup jadi semakin sulit akhir-akhir ini. Banyak dari mereka yang tak sanggup membayar asuransi kesehatan karena uang pensiun yang hanya setara 15 USD per bulan.
“Satu harapan untuk cucu saya, semoga mendapat yang terbaik dalam hidupnya; kedamaian, makanan, dan obat-obatan,” ungkap salah seorang demonstran bernama Rafael Prieto (80). (RIF)
Seoul –
Presiden Korea Selatan (Korsel) terpilih, Moon Jae-In, berjanji akan menjadi presiden untuk seluruh rakyat dan akan merangkul orang-orang yang tidak mendukungnya. Moon menyebut kemenangannya sebagai ‘kemenangan besar untuk rakyat yang hebat’.
“Saya akan menjadi presiden untuk seluruh rakyat Korea Selatan,” tegas Moon (64) kepada ribuan pendukungnya yang berkumpul di Alun-alun Gwanghwamun, Seoul, seperti dilansir AFP dan Reuters, Rabu (10/5/2017).
Para pendukung Moon berkumpul di Alun-alun Gwanghwamun pada Selasa (9/5) malam, untuk merayakan kemenangannya. Hasil exit poll yang dirilis beberapa jam usai pemungutan suara ditutup, menyatakan Moon unggul jauh dari capres lainnya dengan 41,4 persen suara.
Hasil exit poll itu sama persis dengan hasil penghitungan suara resmi yang diumumkan Komisi Pemilu Nasional Korsel (NEC) pada Rabu (10/5) pagi waktu setempat. Pengumuman resmi NEC ini menandai dimulainya masa jabatan Moon sebagai Presiden Korsel yang baru.
“Ini kemenangan besar untuk rakyat yang hebat yang tetap bersama saya untuk membangun negara keadilan… dengan aturan dan akal sehat berjaya,” imbuhnya.
Korsel dilanda krisis politik setelah skandal korupsi menyeret Park Geun-Hye, presiden sebelumnya. Moon berjanji, dirinya akan menjadi ‘presiden kohesi’ yang merangkul orang-orang yang tidak mendukungnya.
“Saya akan membangun negara yang bersatu dan adil. Saya akan menjadi presiden yang juga melayani orang-orang yang tidak mendukung saya,” ujar Moon yang mantan pengacara HAM ini.
Moon dari Partai Demokratik Korsel, oposisi utama, kalah dari Park Geun-Hye dalam pilpres tahun 2012 lalu. Selama kampanye, Moon menyatakan dirinya mendukung dialog dengan Korea Utara (Korut) untuk meredakan ketegangan. Moon berniat mereformasi perusahaan-perusahaan dinasti konglomerat berpengaruh, seperti Samsung dan Hyundai. Tak hanya itu, dia juga berjanji menciptakan lebih banyak lapangan pekerjaan.
Moon akan langsung dilantik secara resmi di Gedung Parlemen Korsel pada Rabu (10/5) siang. Kemudian dia akan memberikan pernyataan pers pertama sebagai Presiden Korsel pada pukul 14.30 waktu setempat. Dalam penampilan publik pertamanya, Moon mengunjungi Taman Makam Nasional di Seoul untuk menghormati pahlawan perang Korsel.(RIF)
Washington DC
Sedikitnya empat warga Amerika Serikat (AS) kini ditahan otoritas Korea Utara (Korut). AS menyebut penahanan itu mengkhawatirkan dan menegaskan tengah mengupayakan pembebasan keempat warganya.
“Tentu saja, ini mengkhawatirkan,” ujar Sekretaris Pers Gedung Putih, Sean Spicer, kepada wartawan seperti dilansir Reuters, Selasa (9/5/2017). Spicer merujuk pada penahanan empat warga AS oleh Korut.
“Kita sangat menyadari hal itu dan kita akan berupaya melalui Kedutaan Besar Swedia … melalui Departemen Luar Negeri kita, untuk mengupayakan pembebasan individu-individu di sana,” imbuhnya.
Kim Hak-Song menjadi warga AS keempat yang ditahan oleh Korut pada Sabtu (6/5) lalu. Kim Hak-Song diketahui mengajar pada Pyongyang University of Science and Technology (PUST). Universitas tersebut didirikan oleh para penginjil Kristen dari luar negeri dan dibuka pada tahun 2010. Universitas itu dikenal memiliki sejumlah anggota fakultas asal AS.
Tiga warga AS lainnya yang ditahan Korut adalah Kim Sang-Duk (55) alias Tony Kim yang seorang profesor AS yang juga mengajar di PUST, Otto Warmbier (22) yang seorang mahasiswa University of Virginia dan Kim Dong-Chul yang divonis 10 tahun kerja paksa atas spionase.
AS sama sekali tidak memiliki hubungan diplomatik dengan Korut. Kedubes Swedia di Pyongyang membantu dan mewakili AS untuk urusan diplomatik dengan negara komunis itu.
Secara terpisah, seorang pejabat Departemen Luar Negeri AS menyatakan penahanan warga AS itu menggarisbawahi ‘risiko bepergian ke Korut’. “Departemen Luar Negeri dengan tegas mengimbau warga AS untuk tidak pergi ke Korea Utara,” ucap pejabat yang enggan disebut namanya. (RIF)
PARIS
EmmanuelMacron memenangkan pemilihan presiden Prancis, hari Minggu (07/05), setelah di putaran kedua pemungutan suara menyingkirkanMarine Le Pen.
Proyeksi penghitungan suara memperlihatkan Macron, politisi tengah pro-Eropa, meraih sekitar 65% suara, sementara calon dari kanan jauh, Le Pen, meraih kurang lebih 35% suara.
Dalam pidato kemenangan, Macron mengatakan halaman baru tengah dimulai dalam sejarah Prancis.
“Saya ingin ini menjadi halaman tentang harapan dan rasa saling percaya,” katanya.
Pada usia 39 tahun, Macron akan menjadi presiden Prancis termuda dalam sejarah.
Yang juga menarik dalam pilpres kali ini adalah untuk pertama kalinya sejak Perang Dunia II, presiden terpilih bukan berasal dari dua partai utama, Sosialis dan Republik yang berhaluan kanan tengah.
Macron sendiri sebenarnya bukan wajah yang sama sekali baru di panggung politik Prancis.
Ia pernah menjadi menteri ekonomi Presiden Francois Hollande, politisi Partai Sosialis. Fakta ini, menurut pengamat politik Francois Raillon, bermakna bahwa Macron juga adalah bagian dari kelompok mapan (establishment).
Pada April 2016 ia mendirikan En Marche!, gerakan berhaluan tengah yang ia gunakan sebagai kendaraan politik di pemilihan presiden.
Wartawan BBC, Becky Branford, mengatakan bisa saja Macron maju di pilpres dengan tiket dari Partai Sosialis, namun ia sadar betul bahwa dengan popularitas partai yang menurun, ia perlu kendaraan lain yang segar, yang bisa dirasakan secara langsung oleh rakyat.
Di Eropa, ini bukan gejala baru. Ada gerakan serupa yang telah dibentuk sebelumnya di Italia dan Spanyol. Dan beberapa bulan setelah mendirikan En Marche!, Macron menyatakan mundur dari Partai Sosialis.
Mirip ‘gerakanObama’
Gerakan ini pada saat yang sama memungkinkan Macron untuk memposisikan diri sebagai tokoh yang dekat dengan akar rumput, mirip dengan apa yang dilakukan Barack Obama ketika terjun di pilpres Amerika Serikat pada 2008, kata wartawan lepas di Paris, Emily Schultheis.
Model pendekatan ini antara lain memanfaatkan kerja relawan di lapangan.
Di sisi lain, keberhasilannya menang di pilpres, kata Raillon, tak lepas dari apa yang ia sebut sebagai ‘keinginan sebagian besar rakyat untuk membersihkan ruang politik dari tokoh-tokoh lama, yang tua, dan tradisional’.
“Macron bukan 100% orang baru, tapi di usia yang masih sangat muda, 39 tahun, ia dianggap sebagai tokoh yang menyegarkan dibandingkan semua politisi lain (yang ikut serta dalam pemilihan presiden),” kata Raillon kepada BBC Indonesia.
Di kalangan pemilih ia dianggap sebagai figur yang paling bisa diterima, sementara yang lain ditolak termasuk Marine Le Pen, anak perempuan politisi kanan jauh, Jean-Marie Le Pen.
Raillon mengatakan di pundak Macron ditumpukan harapan besar agar di Prancis dilakukan perbaikan di berbagai bidang, perbedaan di kalangan rakyat disatukan lagi dan ada dinamika baru di bidang ekonomi.
Kemenangan Macron disambut hangat, tak hanya di dalam tapi juga di luar negeri.
Juru bicara kanselir Jerman Angela Merkel mengatakan bahwa kemenangan Macron adalah juga kemenangan bari Eropa yang kuat dan bersatu.
Kepala Komisi Eropa, Jean-Claude Juncker, menyampaikan pernyataan senada.
Perdana Menteri Inggris, Theresa May, mengucapkan selamat dan siap bekerja sama di berbagai bidang.
Ucapan selamat juga disampaikan Presiden Amerika Serikat Donald Trump yang mengirim ucapan melalui Twitter. (RIF)
Washington –
Pemandangan tak biasa terjadi di tengah jalanan kota Mukilteo, Washington, Amerika Serikat (AS). Sebuah pesawat ringan jatuh ke jalanan sibuk yang ramai kendaraan.
Seperti dilansir CNN, Kamis (4/5/2017), suasana dramatis ini terekam kamera dasbor salah satu mobil yang ada di dekat lokasi jatuhnya pesawat. Dalam insiden yang terjadi pada Selasa (2/5) waktu setempat, terlihat pesawat itu terbang rendah ke daratan dengan cepat.
Kamera dasbor menunjukkan bagian belakang pesawat sempat mengenai kabel listrik yang ada di pinggir jalanan, hingga memicu percikan api. Selanjutnya, dua bola api raksasa muncul di udara. Pesawat itu menghilang dari kamera.
Ajaibnya, tidak ada korban jiwa dalam insiden ini. Kepolisian setempat menyatakan, baik pilot maupun satu penumpang yang ada di dalam pesawat berhasil selamat tanpa luka sedikitpun.
Dituturkan penyidik setempat kepada media lokal Q13FOX, afiliasi CNN, pesawat itu lepas landas dari bandara setempat pada pukul 15.30 waktu setempat. Sesaat usai lepas landas, pesawat ringan itu tiba-tiba mengalami mati mesin saat di udara.
Karena tidak mampu terbang kembali ke bandara, pilot pun berusaha mendaratkan pesawat di jalanan. Namun saat upaya pendaratan darurat dilakukan, pesawat menabrak kabel listrik dan tiang lampu jalanan.
Tabrakan itu merusak sel bahan bakar (fuel cell) pada pesawat dan memicu ledakan besar yang terekam kamera. Ledakan itu sempat memutus aliran listrik ke kawasan setempat, namun berhasil dipulihkan dengan cepat. (RIF)
Washington –
Presiden Amerika Serikat Donald Trump menyinggung soal kemungkinan pertemuannya dengan pemimpin Korea Utara, Kim Jong Un. Trump menyebut dia akan sangat terhormat jika bisa bertemu dengan Kim Jong Un.
Dilansir dari BBC, Selasa (2/5/2017), Trump akan merasa terhormat jika bisa bertemu Jong Un dalam situasi yang baik.
“Jika memang layak bagi saya untuk bertemu dengannya, tentu saja saya akan menemuinya. Saya akan merasa terhormat,” ujar Trump dalam sebuah wawancara, Selasa (2/5/2017).
Pada hari sebelumnya, Trump sempat menyebut Jong Un dengan sebutan ‘pretty smart cookie’. Sebutan tersebut muncul di tengah ketegangan program nuklir Korea Utara.
Gedung Putih dalam sebuah pernyataan mengungkapkan, Korea Utara harus memenuhi sejumlah pernyataan sebelum pertemuan Trump dan Jong Un berlangsung.
Juru Bicara Gedung Putih Sean Spicer menyatakan AS meminta Korea Utara segera menghentikan aktivitas provokatifnya. “Saat ini bukanlah kondisi yang cukup baik (untuk melakukan pertemuan),” ungkapnya. (RIF)
Pyongyang –
Korea Utara (Korut) kembali menggelar uji coba rudal balistik dari wilayahnya, namun dilaporkan gagal. Uji coba ini dilakukan di tengah berbagai peringatan keras Amerika Serikat (AS) terhadap negara komunis itu.
Seperti dilansir Reuters, Sabtu (29/4/2017), uji coba itu dilakukan dari sebuah lokasi di sebelah utara ibu kota Pyongyang pada Sabtu (29/4) pagi waktu setempat. Beberapa pejabat AS dan Korea Selatan (Korsel) meyakini uji coba itu gagal. Mereka meyakini ini merupakan uji coba gagal keempat yang digelar Korut sejak Maret.
Beberapa pejabat AS, yang enggan disebut namanya, menduga rudal yang diluncurkan Korut itu mungkin jenis menengah yang bernama KN-17. Pejabat AS meyakini rudal itu meledak dalam hitungan menit setelah diluncurkan.
Sedangkan pihak militer Korsel menyatakan rudal itu diluncurkan dari kawasan Pukchang, ke arah timur laut negara itu. Korsel menyebut, rudal itu mengudara setinggi 71 kilometer sebelum hancur di udara, sekitar beberapa menit usai diluncurkan.
Korsel terang-terang menyebut Korut sengaja bermain dengan api. Korsel menyatakan, uji coba itu jelas merupakan pelanggaran resolusi PBB.
Uji coba rudal Korut ini digelar saat Menteri Luar Negeri AS Rex Tillerson memperingatkan Dewan Keamanan PBB bahwa kegagalan menghentikan program rudal balistik dan nuklir Korut akan membawa pada ‘konsekuensi bencana besar’.
Kepada Dewan Keamanan PBB, Menteri Luar Negeri China Wang Yi menyatakan bahwa bukan hanya China yang bertanggung jawab menyelesaikan persoalan Korut. “Kunci untuk menyelesaikan isu nuklir di semenanjung (Korea) tidak terletak di tangan pihak China,” ucapnya.
Baik China maupun Rusia menentang keras opsi militer AS terhadap Korut. Secara terpisah, pengamat dari Institut Kajian Timur Jatuh pada Kyungnam University di Seoul, Kim Dong-Yub, menyebut momen digelarnya uji coba rudal ini mengisyaratkan pesan Korut untuk dunia.
“Ini direncanakan pada waktu yang rumit saat akhir latihan militer gabungan Korsel-AS, Amerika Serikat membahas soal opsi militer dan pengumuman kebijakan Korut dan rapat Dewan Keamanan (PBB),” ucap Kim. (RIF)
KABUL –
Dua tentara Amerika Serikat (AS) tewas dalam pertempuran melawan kelompok radikal Islamic State of Iraq and Syria (ISIS) di Afghanistan. Pertempuran terjadi di dekat lokasi AS menjatuhkan bom besar yang dijuluki ‘Induk Segala Bom’ beberapa pekan lalu.
“Tentara (AS dan Afghanistan) diserang saat menjalankan penggerebekan melawan pemberontak di Provinsi Nangarhar,” demikian pernyataan militer AS seperti dilansir AFP, Jumat (28/4/2017).
Serangan itu terjadi pada Rabu (26/4) malam waktu setempat. Tentara AS bermitra dengan militer Afghanistan dalam penggerebekan posisi ISIS Khorasan, afiliasi ISIS di Afghanistan.
“Pertempuran melawan ISIS-K penting bagi dunia, tapi sayangnya, ini tidak dilakukan tanpa pengorbanan,” terang Komandan Pasukan AS-Afghanistan, Jenderal John Nicholson, merujuk pada nama sebutan militer untuk ISIS Khorasan.
Pada pertengahan April ini, militer AS menjatuhkan bom non-nuklir terbesar yang pernah digunakan dalam pertempuran. Bom bernama ‘Mother of All Bombs’ (MOAB) itu ditargetkan terhadap posisi-posisi ISIS di Nangarhar. Kementerian Pertahanan Afghanistan menyebut, bom AS itu menewaskan 95 militan ISIS. Namun ISIS dalam pernyataannya mengklaim tidak ada anggotanya yang menjadi korban.
Pada Kamis (27/4) malam waktu setempat, ISIS mengklaim telah menggagalkan serangan dari pasukan militer AS dan Afghanistan. ISIS juga menyebut telah memicu korban tewas dari pihak militer AS.
Secara terpisah, Ismail Shinwari selaku Gubernur Achin, yang menjadi lokasi serangan, menuturkan kepada AFP bahwa operasi pasukan AS dan Afghanistan di dekat desa Assadkhail menewaskan 40 anggota ISIS.
Sedikitnya 8.400 tentara AS masih ditugaskan di wilayah Afghanistan. Mereka merupakan bagian dari misi NATO, yang bertujuan melatih dan menjadi penasihat militer bagi para tentara Afghanistan. Namun pada praktiknya, sekitar 2.150 tentara AS di antaranya lebih berperan pada operasi pemberantasan terorisme dan lebih banyak terlibat dalam pertempuran sungguhan di Afghanistan. (RIF)
PARIS –
Calon presiden (capres) Prancis, Emmanuel Macron, yang menjadi favorit publik sempat menjadi pemberitaan tabloid karena kisah cintanya. Macron menikahi guru yang ditaksirnya sejak bangku sekolah menengah.
Kisah ini juga menjadi perhatian berbagai media asing termasuk media Amerika Serikat (AS). Namun, seperti dilansir CNN, Rabu (26/4/2017), publik Prancis sendiri sebenarnya tidak terlalu mempedulikannya. Tidak ada yang mempermasalahkan Macron yang menikahi gurunya sendiri.
“Pada dasarnya ini bukan isu besar. Anda seharusnya bertanya pada diri Anda mengapa Amerika menganggapnya masalah besar. Apakah ini mempengaruhi caranya memerintah?” ucap koresponden CNN di Paris, Jim Bittermann, merujuk pada respons publik Prancis soal kisah Macron.
Dalam putaran pertama yang digelar 23 April kemarin, Macron berhasil meraup suara terbanyak dengan 24,01 persen. Macron diikuti oleh Marine Le Pen, capres dari Partai Front Nasional Prancis, yang meraup 21,30 persen suara. Dari total 11 capres, hanya dua capres teratas yang lolos ke putaran kedua yang akan digelar 7 Mei mendatang.
Berbagai polling terbaru, seperti dilansir Reuters, memprediksi keunggulan Macron atas Le Pen dalam putaran kedua. Baik polling Opinionway maupun polling Ifop Fiducial sama-sama memprediksi Macron akan mengalahkan Le Pen dengan perolehan 61 persen melawan 39 persen suara.
Macron yang pro-Uni Eropa, kini mendapat dukungan Presiden Francois Hollande dan para politikus serta capres yang kalah pada putaran pertama. Hollande bahkan terang-terangan menyerukan kepada rakyat Prancis untuk memilih Macron dan menolak Le Pen yang anti-Uni Eropa dan antiimigran. Hollande menyebut Le Pen berpotensi membahayakan Prancis.
Macron yang mantan bankir investasi, pernah bergabung dengan Partai Sosialis Prancis dan menempati jabatan pemerintahan. Namun kini dia maju mewakili pergerakan ‘En Marche!’ yang didirikannya tahun 2016.
Kisah cintanya menjadi konsumsi tabloid Prancis. Dilaporkan bahwa Macron mulai menyukai gurunya sejak masih duduk di bangku sekolah menengah. Macron yang kini berusia 39 tahun, pertama kali bertemu dengan istrinya, Brigitte Trogneux yang kini berusia 64 tahun, saat masih sekolah di kota Amiens, Prancis bagian utara.
Saat itu, Macron yang masih berusia 17 tahun menyatakan dirinya akan menikahi Trogneux nanti. Orangtua Macron menentang keras hal ini. Terlebih karena Trogneux saat itu sudah menikah dan memiliki tiga anak. Ayah Macron meminta Trogneux untuk menjauh, paling tidak hingga anaknya berusia 18 tahun.
Kisah cinta Macron dan Trogneux ini diulas dalam buku berjudul ‘Emmanuel Macron: A perfect young man’ oleh pengarang Anne Fulda. Buku itu memuat komentar dan pernyataan Trogneux soal kisah cintanya dengan Macron. Namun tidak diketahui pasti sejak kapan Macron dan Trogneux mulai menjalin hubungan asmara secara serius.
“Tidak akan ada yang tahu pada momen apa kisah kami menjadi kisah cinta. Itu menjadi milik kami. Itu rahasia kami,” ucap Trogneux seperti dikutip buku itu, yang dilansir Reuters.
Macron akhirnya menikahi Trogneux pada tahun 2007, setelah Trogneux bercerai dari suami pertamanya. Mereka menikah saat Macron berusia 29 tahun dan Trogneux berusia 54 tahun. Perbedaan usia yang cukup jauh di antara keduanya, sempat membuat beberapa kerabat dan anggota keluarga merasa ragu. Sebelum menikahi Trogneux, Macron terlebih dahulu meminta restu dari ketiga anak Trogneux. (ADI)