Washington DC –
Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menyatakan Korea Utara (Korut) akan menghadapi hari yang sangat menyedihkan jika AS mengambil langkah militer. Namun untuk saat ini, Trump menyatakan belum akan mengambil langkah militer dalam menghadapi Korut.
Seperti dilansir Reuters, Jumat (8/9/2017), Trump sekali lagi enggan mengesampingkan opsi militer untuk Korut. Namun Trump menyebut Korut ‘berperilaku sangat buruk dan perlu dihentikan’.
“Aksi militer tentu akan tetap menjadi opsi. Apakah itu tak bisa dihindari? Tidak ada hal yang tak bisa dihindari,” tegas Trump dalam konferensi pers.
“Saya lebih memilih untuk tidak mengambil jalur militer. Tapi jika kami menggunakannya pada Korea Utara, itu akan menjadi hari yang sangat menyedihkan bagi Korea Utara,” imbuhnya.
Meskipun Trump bersikeras saat ini bukan waktunya untuk berdialog dengan Korut, pejabat senior pemerintahannya menegaskan bahwa pintu solusi diplomatik tetap terbuka. Terlebih, AS memperkirakan serangan pendahuluan ke Korut akan memicu aksi balasan yang hebat dari rezim komunis itu.
AS juga menginginkan Dewan Keamanan PBB memberlakukan embargo minyak terhadap Korut, melarang eksport tekstil dan mempekerjakan buruh Korut di luar negeri, dan memberlakukan pembekuan aset serta larangan perjalanan untuk pemimpin Korut Kim Jong-Un.
Sementara itu, China yang merupakan satu-satunya sekutu Korut menyatakan sepakat agar PBB mengambil aksi lebih tegas untuk Korut. Di sisi lain, China masih mendorong digelarnya dialog untuk menyelesaikan krisis Korut. “Merujuk pada perkembangan terbaru di Semenanjung Korea, China sepakat agar Dewan Keamanan PBB mengambil langkah dan respons yang diperlukan,” tegas Menteri Luar Negeri Wang Yi kepada wartawan.
“Setiap langkah apapun yang diambil oleh komunitas internasional terhadap DPRK (nama resmi Korut), harus mampu mencapai tujuan untuk membatasi program rudal dan nuklir DPRK, sementara itu pada saat yang sama secara kondusif memulai kembali dialog dan konsultasi,” imbuhnya.
China sejauh ini merupakan mitra perdagangan terbesar Korut, dengan nilai perdagangan kedua negara mencapai 92 persen untuk tahun lalu. China juga menyalurkan ratusan ribu ton minyak dan bahan bakar ke rezim komunis itu. Trump telah mendorong China untuk berbuat lebih banyak dalam mengendalikan Korut.(NGO)
New York –
Dewan Keamanan PBB menggelar pertemuan untuk membahas kekerasan yang kembali bergolak di Myanmar. Sekitar 18.500 warga Rohingya telah lari ke perbatasan Bangladesh untuk menyelamatkan diri dari operasi militer di negara bagian Rakhine, Myanmar.
Namun usai pertemuan tertutup pada Rabu (30/8) waktu setempat, tak ada statemen resmi yang disampaikan 15 anggota DK PBB. Namun Duta Besar Inggris Matthew Rycroft mengatakan, ada seruan dari negara-negara anggota DK PBB untuk de-eskalasi.
“Kami semua mengutuk kekerasan, kami semua menyerukan semua pihak untuk de-eskalasi,” tutur Rycroft kepada para wartawan seperti dilansir kantor berita AFP, Kamis (31/8/2017).
Kekerasan mulai bergolak di Rakhine pada pekan lalu setelah para militan dari minoritas muslim Rohingya melakukan serangan-serangan ke puluhan pos polisi Myanmar. Para tentara dan polisi Myanmar pun melakukan operasi penangkapan para militan. Setidaknya 110 orang telah tewas dalam kekerasan tersebut dan ribuan warga Rohingya telah mengungsi ke Bangladesh meskipun adanya upaya-upaya Dhaka untuk mencegah mereka masuk.
Buntut penyerangan para militan ke pos-pos polisi, militer Myanmar melancarkan operasi penangkapan para militan. Menurut warga setempat, para tentara melakukan pembakaran rumah-rumah warga dalam operasi tersebut.
Belum jelas mengenai rencana aksi PBB terkait kekerasan di Myanmar. Namun masalah ini akan dibahas dalam Majelis Umum PBB pada September mendatang.
Rycroft mengatakan, DK PBB masih mendukung Aung San Suu Kyi, peraih Nobel Perdamaian yang kini memimpin pemerintahan di Myanmar. “Banyak dari kami merupakan sekutu yang sangat mendukung dia yang telah mengikuti kemajuan dia dengan rasa kagum dari jauh,” tutur Rycroft.
“Kami menanti dia untuk mengambil sikap yang tepat dan melakukan kompromi dan de-eskalasi yang diperlukan untuk menyelesaikan konflik demi kebaikan seluruh rakyat di Burma,” tandasnya. (ADI)
Houston –
Tim Penyelamat menemukan sebuah mobil van yang diperkirakan hanyut saat banjir menerjang Houston, Amerika Serikat. Kendaraan itu mengangkut sebuah keluarga yang beranggotakan 6 orang.
Diberitakan AFP, Kamis (31/8/2017), Maneul dan Belia Saldivar bersama empat orang cucunya yang berusia mulai dari 16 tahun hilang sejak minggu lalu. Diduga saat itu mereka tengah berusaha menyelamatkan diri dari banjir.
“Kami dengan sedih mengabarkan bahwa kami menemukan sebuah van yang tergenang banjir di Greens Bayou yang diduga berisi 6 anggota keluarga,” ujar Sheriff Harris County dalam keterangannya melalui Twitter.
Polisi telah melihat dua jenazah yang duduk di bangku depan kendaraan, sementara bagian belakang van itu masih terendam. Anak-anak yang ikut bersama van tersebut belum ditemukan.
Van yang berwarna putih itu terjebak dalam kolam lumpur di sebuah area pepohonan, dan mulai mengambang. Berdasarkan keterangan dari pihak kepolisian dan kerabat korban, Rick Saldivar bahwa van saat itu dikemudikan oleh saudaranya yang bernama Sammy.
Sammy Saldivar berhasil menyelamatkan diri dengan memanjat keluar dari kursi pengemudi, tetapi tidak dengan anggota keluarga lainnya.
“Hal yang terburuk adalah dia kerap mendengar jeritan anak-anak,” ucap Saldivar.
“Itu yang didengarnya berulang-ulang di kepalanya,” sambungnya.
Media AS menyebutkan sekitar 30 orang tewas akibat badai Harvey. Korban tewas diperkirakan akan terus bertambah. Polisi Houston menyebut pihaknya mendapatkan 17 laporan orang hilang dan belum ditemukan. (MAD)
Moskow –
Anggota parlemen Rusia mengomentari peluncuran rudal Korea Utara (Korut) yang melintasi wilayah udara Jepang. Rusia menyebut peluncuran terbaru ini menunjukkan ancaman Korut untuk Amerika Serikat (AS) bukan gertakan belaka.
Pada Selasa (29/8) pagi waktu setempat, Korut menembakkan rudal balistik ke arah timur laut, atau tepatnya melintasi wilayah Jepang bagian utara. Rudal Korut itu mengudara sejauh 2.700 kilometer dan mencapai ketinggian 550 kilometer, sebelum jatuh ke perairan Pasifik dekat Hokkaido.
Rudal yang belum diketahui jenisnya ini menjadi rudal pertama yang berhasil melewati wilayah Jepang sejak tahun 1998. Peluncuran rudal ini juga disebut sebagai yang paling provokatif dari Korut.
“Sangat disayangkan, Pyongyang menunjukkan bahwa ancamannya untuk pangkalan militer AS di Guam, bukan gertakan,” sebut Konstantin Kosachev selaku Ketua Komisi Urusan Internasional Majelis Tinggi Parlemen Rusia seperti dilansir Reuters, Selasa (29/8/2017).
Kosachev juga menyebut resolusi Dewan Keamanan PBB untuk program rudal Korut yang diloloskan bulan ini, telah gagal mencapai tujuannya. “Karena situasi telah menjadi menjadi konflik bilateral antara Korea Utara dengan Amerika Serikat,” tegas Kosachev yang merupakan politikus senior di Rusia ini.
Awal bulan ini, rezim Korut melontarkan ancaman untuk menyerang Guam dengan rudal balistiknya. Guam merupakan wilayah AS di Pasifik yang menjadi lokasi dua pangkalan militer AS. Terdapat sedikitnya 163 ribu warga sipil di Guam dan 6 ribu personel militer AS yang ditugaskan di pulau ini.
Secara tidak biasa, Korut bahkan membeberkan rencana serangannya ke publik. Korut mengklaim akan menembakkan empat rudal balistik jarak menengah ke Guam. Rudal-rudal itu disebut akan mengudara di atas wilayah Shimane, Hiroshima dan Koichi di Jepang.
Rudal-rudal itu juga disebut akan mengudara sejauh 3.356,7 kilometer dalam waktu 1.065 detik atau 17 menit 45 detik. Ditegaskan Korut bahwa rudal-rudal itu akan mendarat di perairan berjarak 30-40 kilometer dari daratan utama Guam.
Ancaman itu memancing reaksi keras AS dan dunia. Namun di tengah ketegangan yang memuncak, pemimpin Korut Kim Jong-Un akhirnya memutuskan menunda serangan rudal ke Guam. Dia menyatakan ingin mengawasi ‘tindakan bodoh’ AS lebih lama, sebelum melancarkan serangan.(NGO)
Texas –
Korban tewas akibat badai Harvey di Texas, Amerika Serikat (AS), bertambah menjadi tujuh orang. Puluhan ribu orang terpaksa mengungsi dari rumah mereka akibat banjir yang dipicu badai kuat ini.
Seperti dilansir Reuters, Selasa (29/8/2017), personel Garda Nasional, polisi, petugas penyelamat serta warga sipil terlibat dalam upaya penyelamatan ratusan orang yang masih terjebak banjir di Houston dan sekitarnya. Mulai dari helikopter, kapal hingga truk besar digunakan dalam upaya ini.
Badai Harvey disebut sebagai badai paling dahsyat yang menerjang Texas dalam lebih dari 50 tahun terakhir. Badai ini pertama menerjang wilayah pantai Texas, dekat Corpus Christi — 354 kilometer dari Houston — pada Jumat (25/8) waktu setempat.
Dampak dari badai yang membawa angin kencang dan hujan deras ini masih jauh dari berakhir. Dinas Prakiraan Cuaca Nasional (NWS) baru saja merilis sejumlah peringatan banjir di beberapa area Texas.
Presiden AS Donald Trump menghadapi bencana alam terbesarnya sejak dia menjabat pada Januari lalu. Pekan ini, Trump menandatangani pernyataan bencana untuk negara bagian Texas dan Louisiana. Ini berarti dia mengaktifkan upaya dan bantuan pemulihan bencana secara federal.
Dituturkan juru bicara kantor koroner Distrik Harris, Tricia Bentley, sedikitnya enam orang di wilayahnya tewas akibat badai ini. Salah satu korban tewas merupakan seorang pria yang rumahnya dilanda kebakaran saat badai Harvey menerjang pada Jumat (25/8) malam waktu setempat.
Satu korban tewas lainnya adalah seorang wanita lanjut usia yang nekat mengemudikan mobilnya menerjang genangan banjir di jalanan kota Houston.
Ditambahkan otoritas pemeriksa medis setempat, satu korban lainnya tewas di distrik tetangga, Distrik Montgomery. Korban yang seorang wanita berusia 60 tahun itu tertimpa pohon yang tumbang dan menimpa rumahnya. Wanita itu sedang tidur saat insiden ini terjadi.
Otoritas kota Houston menyebut, sedikitnya 5.500 orang telah berada di kamp-kamp pengungsian hingga Senin (28/8) pagi waktu setempat. Sedangkan Direktur Badan Penanggulangan Darurat Federal (FEMA), Brock Long, memperkirakan akan ada sekitar 30 ribu warga yang mengungsi. (ADI)
London –
Lebih dari 100 orang dilarikan ke rumah sakit setelah menderita gangguan pernapasan akibat dugaan kebocoran gas kimia di sepanjang pantai Sussex, Inggris.
Pantai Birling Gap dikosongkan pada hari Minggu (27/08) setelah orang-orang melaporkan kesulitan bernapas, mata perih dan muntah saat ‘suatu kabut’ muncul.
RS Umum Eastbourne District mengatakan telah merawat 133 orang.
Polisi mengatakan, masih sedang menyelidiki ‘kabut kimia’ yang misterius itu.
Disebutkan, polisi menduga kabut itu berasal dari laut. Sebelumnya pernah terjadi hal serupa, dan zat itu datang dari sebuah unit industri di Prancis.
Betapa pun, dinas pemadam kebakaran East Sussex mengatakan bahwa ‘sangat tidak mungkin’ bahwa zat itu adalah klorin. Polisi mengatakan sejauh ini efek zat itu kendati tidak nyaman, namun tidak serius.
Seorang juru bicara kepolisian mengatakan laporan pertama datang sebelum pukul 17:00 (23:00 WIB), dengan ‘sekitar 50 orang terkena iritasi pada mata dan tenggorokan.’
Awalnya muncul di Birling Gap, seterusnya gumpalan gas itu bergerak ke arah timur sepanjang pantai sampai ke Bexhill, kata polisi.
Pada Minggu (27/08) malam 133 pasien “didekontaminasi” di rumah sakit, kata dinas kesehatan setempat.
Tim penyelamat pantai dari Birling Gap, Eastbourne, Bexhill dan Newhaven bergegas membantu membersihkan pantai yang ramai saat para pengunjung cemas mereka terkena kebocoran klorin.
Kyle Crickmore, yang berada di pantai Birling Gap bersama keluarganya, mengatakan bahwa pantai dikosongkan dalam 10 menit setelah ada yang mulai merasa tidak sehat.
Dia menggambarkan bagaimana ‘asap kabut bergulir entah dari mana’ dan tercium ‘bau klorin yang kuat di udara.’
“Ini hal tak biasa mengingat 10 menit sebelumnya hari begitu cerah ,” katanya.
“Saat itu pantai sangat ramai dan cuacanya panas.’
“Pantai dikosongkan dalam waktu sekitar 10 menit, cukup mengejutkan mengingat banyaknya orang yang ada di sana.”
Otoritas setempat mengatakan bahwa “kemungkinan beberapa jenis gas asap” melayang di udara sekitar pantai dan sejumlah besar orang di puncak tebing terkena gejala seperti iritasi, mata sakit dan muntah.(ADI)
Moskow –
Sebuah kapal tanker komersial untuk pertama kalinya berlayar melintasi Samudera Arktik dari Eropa ke Asia tanpa dilengkapi pemecah es.
Hal ini karena meningkatnya suhu di Kutub Utara sehingga memungkinkan kapal sepanjang 300 meter itu melintasi jalur tersebut.
Menurut pemiliknya, kapal bernama Christophe de Margerie itu berhasil memecahkan rekor baru dengan menyelesaikan misi pengantaran gas alam cair dari Norwegia ke Korea Selatan dalam waktu enam setengah hari.
Saat ini Christophe de Margerie adalah satu-satunya kapal pengangkut LNG pertama di dunia yang dilengkapi dengan peralatan penghancur es.
Kapal, yang lambungnya terbuat dari baja ringan tersebut, merupakan kapal komersial terbesar yang menerima sertifikasi Arc7. Itu artinya kapal tersebut mampu berlayar melewati lapisan es hingga setebal 2,1 meter.
Dalam perjalanan dari Norwegia ke Korsel, kapal tersebut mampu mempertahankan kecepatan rata-rata 14 knot meski berlayar melewati lapisan es setebal satu meter.
Situasi itu terjadi lantaran adanya penurunan lapisan es di Samudera Arktik selama 30 tahun terakhir. Para ilmuwan mengaitkannya dengan peningkatan suhu global. Tahun ini, menurut Pusat Data Salju dan Es Nasional AS (NSIDC), tingkat penurunan es laut Arktik mencapai rekor terendah tiga tahun berturut-turut.
Penurunan es di Kutub Utara ini adalah sesuatu yang diyakini akan berlanjut sampai masa yang akan datang.
“Jika ada perubahan material dalam ketebalan es, maka itu akan mempengaruhi periode pergerakan kapal melalui jalur laut utara,” kata Bill Spears dari perusahaan Sovcomflot yang menaungi Christophe de Margerie.
“Ada anggapan bahwa es tidak akan menebal secara dramatis selama umur operasional kapal-kapal ini, yang bisa lebih dari 30 tahun.”
Pada pelayaran perdana awal tahun ini, Christophe de Margerie membuang sauh di Pelabuhan Sabetta, Rusia.
Presiden Rusia Vladimir Putin mengucapkan selamat kepada para kru serta para pejabat perusahaan energi yang berkumpul di galangan kapal tersebut. Dia mengatakan: “Ini adalah sebuah peristiwa besar dalam pembukaan Arktik.”
Pemilik perusahaan kapal tanker Rusia, Sovcomflot, akan menggunakan kapal tanker yang dilengkapi pemecah es untuk mengekspor gas dari semenanjung Yamal ke pasar Asia akhir tahun ini.
Ini akan menjadi pelayaran pertama dari 15 armada yang direncanakan mengangkut gas dari ladang es ini sepanjang tahun.
“Sebelumnya hanya ada satu kesempatan berlayar dari musim panas sampai musim gugur, namun kapal ini akan bisa berlayar ke bagian barat dari Sabetta yang merupakan pelabuhan energi Yamal, sepanjang tahun dan ke arah timur dari bulan Juli sampai Desember,” kata juru bicara Sovcomflot, Bill Spears.
“Sebelum jalur laut utara dibuka empat bulan yang lalu, Anda harus memiliki kapal yang dilengkapi peralatan pemecah es – jadi ini adalah perkembangan yang signifikan.”
Pada tahun 2016, jalur laut utara menjadi tempat perlintasan 19 kapal dari Atlantik ke Pasifik.
Biaya asuransi tinggi serta peralatan pemecah es yang mahal membuat para pengusaha kapal Rusia tidak berani membiarkan armadanya melintasi jalur laut utara yang berisiko.
Tapi keuntungan ekonomisnya menarik – Christophe de Margerie hanya membutuhkan waktu 19 hari untuk berlayar, menghemat waktu sekitar 30% lebih cepat dibanding harus melintasi Terusan Suez.
Para penggiat lingkungan khawatir bahwa meningkatnya lalu lintas di wilayah yang tidak ramah ini berpotensi menimbulkan dampak yang signifikan.
“Kami khawatir bahwa ini adalah sebuah peluang komersial yang terbuka karena pemanasan global, dan kami sangat prihatin bahwa setelah memanfaatkan es yang menipis, operasional kapal kian berkembang di sana, ” kata John Maggs dari organisasi Seas at Risk.
“Ini bukan seperti berlayar di perairan terbuka. Kalaupun Anda memiliki kapal khusus untuk melintas di jalur lapisan es, resikonya meningkat secara dramatis.”
Sama halnya dengan risiko kecelakaan atau tumpahan oli, ada kekhawatiran bahwa beberapa kapal yang akan berlayar di sepanjang jalur ini akan menyalakan mesin mereka dengan bahan bakar yang lebih banyak dan kotor. Karbon hitam yang mereka hasilkan bisa sangat merusak salju dan es di wilayah ini, dan meningkatkan pencairan lapisan es.
“Resiko lingkungan sangat besar,” kata John Maggs.
“Anda mengambil instalasi berskala industri lalu memindahkannya di lingkungan Arktik yang murni. Semua itu akan berdampak dan apa yang akan kita dapatkan sebagai imbalannya, waktu perjalanan yang sedikit lebih singkat? Keuntungan 30% tidak banyak memberi keuntungan kepada saya.(NGO)
London –
Seorang pria bersenjatakan pisau menyerang dua polisi di luar Istana Buckingham, Inggris. Kedua polisi tersebut mengalami luka-luka dan telah dilarikan ke rumah sakit untuk dirawat.
Tersangka pelaku penyerangan telah ditangkap pada Jumat (25/8) malam waktu setempat. Tidak disebutkan identitas pria berumur 20-an tahun tersebut.
Juru bicara Kepolisian Metropolitan London mengatakan, dirinya saat ini belum bisa berkomentar mengenai motif penyerangan tersebut.
“Pria tersebut dicegat malam ini, Jumat 25 Agustus sekitar pukul 20.35 oleh para polisi di The Mall, di luar Istana Buckingham atas kepemilikan sebuah pisau,” demikian disampaikan kepolisian seperti dilansir kantor berita Reuters, Sabtu (26/8/2017).
Menurut saksi mata di lokasi, polisi telah menutup kawasan-kawasan untuk keamanan, termasuk The Mall, sebuah jalan lebar yang menuju ke Istana Buckingham. Dalam tayangan televisi Sky News terlihat kendaraan-kendaraan darurat berbaris di jalanan di luar istana.
Akibat penyerangan tersebut, kedua polisi mengalami luka-luka ringan.
Tersangka juga mengalami luka-luka ringan dan telah dibawa ke rumah sakit di London. Untuk selanjutnya, tersangka akan diinterogasi oleh detektif kepolisian. Kepolisian menyatakan masih terlalu dini untuk berspekulasi lebih jauh mengenai insiden ini. (ADI)
Singapura –
Sebuah kapal militer Amerika Serikat (AS) bertabrakan dengan kapal tanker di perairan dekat Singapura. Sedikitnya 10 tentara AS hilang usai insiden ini terjadi.
Kapal penghancur rudal milik AS, USS John McCain, bertabrakan dengan kapal niaga Alnic MC pada Senin (21/8) pagi, sekitar pukul 05.24 waktu setempat. Insiden ini terjadi di perairan sebelah timur timur Singapura, dekat Selat Malaka.
“Kapal penghancur rudal USS John S MccCain (DDG 56) terlibat tabrakan dengan kapal niaga Alnic MC, saat berlayar di perairan timur Selat Malaka dan Singapura pada 21 Agustus,” demikian pernyataan Angkatan Laut AS, seperti dilansir AFP, Senin (21/8/2017).
“Laporan awal mengindikasikan John S McCain mengalami kerusakan di bagian port side aft (bagian kiri belakang kapal),” imbuh pernyataan itu.
Angkatan Laut AS menyebut, insiden ini memicu korban luka dan korban hilang. Upaya penyelamatan dilakukan dengan melibatkan kapal tongkang, helikopter, kapal patroli laut dan pesawat militer AS.
“Saat ini ada 10 pelaut yang hilang dan lima orang lainnya luka-luka. Upaya pencarian dan penyelamatan masih berlangsung dengan berkoordinasi dengan otoritas lokal,” sebut Angkatan Laut AS dalam pernyataan itu.
Saat insiden ini terjadi, kapal militer AS itu sedang berlayar ke pelabuhan Singapura dalam misi kunjungan rutin. Kapal AS ini bertabrakan dengan sebuah kapal tanker berbendera Liberia seberat 30 ribu ton, yang digunakan untuk membawa minyak dan zat kimia.
Pemicu tabrakan ini masih diselidiki. Namun usai tabrakan, kapal militer AS ini mampu berlayar dengan tenaganya sendiri menuju pelabuhan Singapura. “Besarnya kerusakan dan jumlah personel yang luka-luka masih diperiksa. Insiden ini akan diselidiki,” imbuh Angkatan Laut AS.
Kapal militer ini diberi nama sesuai nama Senator senior AS dari Partai Republik, John McCain, yang juga purnawirawan militer AS. McCain bersama istrinya mendoakan para pelaut AS yang ada di kapal itu, usai mendengar kabar terjadinya tabrakan.
Insiden ini merupakan insiden kedua yang melibatkan kapal perang AS dalam dua bulan terakhir. Pada 17 Juni lalu, tujuh tentara AS tewas usai kapal penghancur rudal USS Fitzgerald bertabrakan dengan kapal kargo berbendera Filipina di dekat perairan Jepang. (ADI)
Madrid –
Jumlah korban tewas dalam serangan teror di Barcelona dan Cambrils, Spanyol bertambah menjadi 14 orang. Seorang wanita yang mengalami luka-luka, akhirnya meninggal dunia di rumah sakit.
Disampaikan otoritas darurat Catalan, seperti dilansir Reuters, Sabtu (19/8/2017), wanita yang tidak disebut identitasnya ini, akhirnya meninggal karena luka-luka yang dideritanya dalam serangan teror minibus di Cambrils, kota pantai yang berjarak 120 kilometer sebelah selatan Barcelona.
Minibus yang berisi lima pelaku itu menabrak kerumunan orang di Cambrils pada Kamis (18/8), selang 8 jam usai teror van melanda Barcelona. Enam orang lainnya, termasuk seorang polisi, mengalami luka-luka dalam insiden di Cambrils itu.
Sedangkan 13 orang tewas akibat teror van di Barcelona, yang dipicu sebuah mobil van yang menabrak orang-orang di kawasan La Rambla yang ramai orang. Pelaku yang mengemudikan van itu berhasil kabur dan masih diburu hingga kini.
Sementara itu, jumlah korban luka dalam teror ganda di Spanyol ini bertambah menjadi 130 orang. Juru bicara otoritas darurat Spanyol menyatakan, 17 korban luka di antaranya dalam kondisi kritis di rumah sakit setempat. Sedangkan 30 orang lainnya dalam kondisi serius.
Kebanyakan korban tewas maupun korban luka dalam teror mematikan di Spanyol ini, diketahui berasal dari 34 negara yang berbeda. Para korban tewas diketahui berasal dari Amerika Serikat (1 orang), Kanada (1 orang), Argentina (1 orang), Italia (2 orang), Belgia (1 orang), dan Portugal (1 orang). Otoritas negara-negara tersebut telah memastikan warga mereka ikut menjadi korban tewas.
Sedangkan para korban luka diketahui kebanyakan berasal dari Prancis (28 orang), Jerman (13 orang), Irlandia (4 orang), Inggris (beberapa orang), Belanda (3 orang), Belgia (2 orang), Rumania (3 orang), Australia (3 orang), Yunani (2 anak-anak dan ibunya), Maroko (3 orang), Kuba (4 orang), Hungaria, Macedonia, Australia dan Turki — masing-masing 1 orang, dan Taiwan (2 orang) serta Hong Kong (1 orang). (ADI)