Yangon –
Pengadilan Myanmar menolak banding dua wartawan Reuters, Wa Lone dan Kyaw Soe Oo. Keduanya tetap divonis bersalah dan dihukum 7 tahun penjara karena dinilai melanggar UU Rahasia Negara saat meliput soal dugaan kekerasan terhadap etnis Rohingya.
“Itu adalah hukuman yang sesuai,” kata Hakim Pengadilan Tinggi Myanmar, Aung Naing, seperti dilansir Reuters, Jumat (11/1/2019).
Meski banding ditolak, kedua wartawan itu masih berkesempatan melakukan upaya hukum selanjutnya ke pengadilan tertinggi negara itu yang berbasis di ibukota Naypyitaw. Namun, belum ada pernyataan bahwa upaya hukum itu akan dilakukan.
“Putusan hari ini adalah ketidakadilan lain di antara banyak yang menimpa Wa Lone dan Kyaw Soe Oo. Mereka tetap berada di balik jeruji besi karena satu alasan, mereka yang berkuasa berusaha membungkam kebenaran, “kata Pemimpin Redaksi Reuters, Stephen J Adler.
“Pelaporan bukan merupakan kejahatan, dan sampai Myanmar mengakui kesalahan yang mengerikan ini, pers di Myanmar tidak bebas, dan komitmen Myanmar terhadap supremasi hukum dan demokrasi masih diragukan,” imbuhnya.
Dalam argumen banding mereka bulan lalu, kuasa hukum kedua terdakwa menyebut kurangnya bukti kejahatan. Mereka menyatakan pengadilan di tingkat lebih rendah yang mengadili kasus tersebut secara salah menempatkan beban pembuktian pada para terdakwa.
Kuasa hukum terdakwa juga mengatakan para jaksa penuntut telah gagal membuktikan bahwa para wartawan mengumpulkan informasi rahasia, mengirim informasi ke musuh Myanmar atau memiliki niat untuk merusak keamanan nasional.
Wa Lone yang berusia 32 tahun, dan Kyaw Soe Oo, 28 tahun, dalam tugas jurnalistiknya saat itu mengumpulkan bukti tentang dugaan eksekusi yang dilakukan oleh tentara terhadap 10 warga desa Inn Din di bagian utara negara bagian Rakhine yang mayoritas warganya muslim. Saat melakukan penyelidikan, kedua wartawan itu disebut ditawari dokumen oleh dua petugas polisi.
Tetapi, mereka langsung ditangkap setelah mereka mendapatkan dokumen-dokumen tersebut. Pihak berwenang kemudian melakukan penyelidikan versi mereka sendiri atas pembunuhan di desa Inn Dinn. Hasilnya, mereka mengukuhkan terjadinya pembantaian itu dan menjanjikan akan dilakukannya tindakan terhadap mereka yang terlibat.(NOV)
Skopje –
Parlemen Makedonia menyetujui amandemen konstitusi untuk mengubah nama negara menjadi Republik Makedonia Utara. Hal itu disepakati untuk mengakhiri konflik dengan Yunani yang terjadi selama 27 tahun.
Dilansir dari Reuters, Sabtu (12/1/2019), 81 wakil di parlemen yang memiliki 120 kursi memberikan suara. Perwakilan dari oposisi VMRO-DPMNE, yang menentang perjanjian dengan Yunani, memboikot pemilihan.
Negara-negara mencapai kesepakatan dengan nama baru pada bulan Juni, tetapi Makedonia akan mulai menggunakannya hanya setelah parlemen di Athena juga meratifikasi perjanjian.
Yunani memblokir aspirasi tetangganya untuk menjadi anggota UE dan NATO atas penggunaan ‘Makedonia’. Hal itu terjadi karena Yunani menyatakan klaim teritorial tersirat oleh sebuah provinsi di Yunani dengan nama yang sama.
Pada awal sesi parlemen, Perdana Menteri Zoran Zaev mengatakan kepada para deputi perubahan nama akan membuka pintu menuju masa depan, masa depan Eropa Makedonia, dan bergabung dengan aliansi Atlantik Utara.
Ratusan orang juga telah memprotes kesepakatan di depan parlemen selama tiga hari terakhir.(MAD)
JAKARTA,KHATULISTIWAONLINE.COM
Sebuah ledakan menyebabkan kebakaran terjadi di kilang minyak utama milik Yaman di Kota Aden. Pemerintah setempat menduga kilang minyak itu sengaja dibakar.
“Hasil ledakan dan mungkin tindakan sabotase yang disengaja,” kata pejabat setempat seperti dilansir AFP, Sabtu (12/1/2019).
Kebakaran itu terjadi pada Jumat (11/1) malam waktu setempat. Setelah terjadi lekadakan, api membesar dan merambat ke tangki-tangki lainnya di lokasi tersebut.
Tangki-tangki tersebut merupakan sumbangan dari Arab Saudi. Namun, pemerintah Yaman belum menyebutkan siapa pihak yang harus bertanggungjawab atas peristiwa ini.
“Pemadam kebakaran sedang bekerja untuk mengendalikan api dan menghentikan penyebarannya ke tangki-tangki penyimpanan di sebelahnya, yang penuh dengan minyak dan diesel,” ujar pejabat itu.
Menyusul dugaan sabotase itu, pemerintah Yaman langsung memberikan pengamanan ketat di sekitar kilang minyak. Pasukan keamanan melarang orang-orang yang berada di wilayah itu untuk pergi guna kepentingan penyelidikan.
Pemerintah Yaman kini terpusat di kota pelabuhan selatan Aden setelah digulingkan kelompok Houthi dari ibukota Sanaa pada 2014 lalu. Setahun kemudian Kilang Aden rusak akibat pertempuran antara pasukan pemerintah melawan pemberontak Houthi.
Kilang minyak tersebut sempat tidak dioperasikan selama satu tahun. Kondisi itu membuat wilayah sekitarnya kekurangan bahan bakar dan pemadaman listrik.(ARF)
Berlin –
Pemerintah Afganistan menolak masuk seorang warganya yang dideportasi dari Jerman. Mereka mengklaim pria itu sakit mental dan mengirimnya kembali ke Jerman.
Harian Bild di Jerman hari Kamis (10/01) memberitakan, Afganistan memulangkan seorang warganya ke Jerman, yang sebenarnya dideportasi dari Jerman ke Afganistan. Upaya deportasi itu dilakukan awal minggu ini, namun otoritas Afganistan menolak menerima Mortaza D. yang berusia 23 tahun dan dia terpaksa diterbangkan kembali ke Mnchen.
Mortaza D. saat ini berada di pusat penahanan remaja di Mnchen, sambil menunggu kejelasan kasusnya. Dia pertama kali mengajukan permohonan suaka di Jerman tahun 2010, namun terlibat dalam beberapa tindakan kriminal dan akhirnya dipenjara. Tapi pemerintah Afganistan mengatakan, tindakan kriminal Mortaza D. bukan alasan mengapa dia ditolak.
“Orang itu sakit mental, dan ada kesepakatan bersama oleh kedua belah pihak (Afganistan dan Jerman), bahwa dia harus dikirim kembali ke Jerman,” kata Murtaza Rasuli, pejabat di Kementerian Pengungsian dan Repatriasi Afganistan.
Berdasarkan perjanjian bersama
“Berdasarkan perjanjian yang kami miliki dengan Jerman, orang-orang yang rentan tidak dapat dideportasi ke Afganistan. Pria ini memenuhi kriteria itu dan karenanya dikirim kembali ke Jerman,” kata Murtaza Rasuli.
Kementerian Dalam Negeri Jerman menolak mengomentari kesehatan mental Mortaza D. dan mengatakan, itu bagian dari ranah privasinya. Namun Kementerian Dalam Negeri membenarkan memang ada kesepakatan tentang penyakit serius. Jika seseorang perlu perawatan memadai yang tidak dapat ditawarkan di Afganistan, maka otoritas Afganistan berhak menolak deportasi.
Selain persoalan kesehatan, Kementerian Dalam Negeri membenarkan bahwa Mortaza D. juga ditolak masuk karena keraguan mengenai identitas aslinya dan keaslian dokumen perjalanannya.
Dokumen perjalanan dari konsulat
Kementerian Dalam Negeri di negara bagian Hessen yang bertanggung jawab untuk instruksi deportasi itu menyatakan, dokumen perjalanan Mortaza D. dikeluarkan oleh Konsulat Jenderal Afganistan di Jerman.
Kementerian Dalam Negeri Hessen menambahkan, orang-orang yang dideportasi sebelumnya mendapat pemeriksaan medis untuk menentukan kebugaran dan kemampuan melakukan perjalanan.
Menurut Kantor Federal untuk Migrasi dan Pengungsi BAMF, tahun 2017 ada sekitar 24.000 pemohon suaka yang dideportasi dari Jerman. Sedangkan sekitar 29.500 pengungsi kembali ke negara asal mereka atas kemauan sendiri.(ADI)
Amsterdam –
Barcelona dan Manchester City disebut tertarik kepada gelandang muda Ajax, Frenkie de Jong. Namun De Jong menegaskan tidak akan hengkang pada Januari ini.
De Jong mampu mencuri perhatian di musim ini bersama Ajax. Ia digadang-gadang bakal menjadi salah satu gelandang bertahan terbaik di masa mendatang.
Musim ini ia telah tampil di 27 kali di semua kompetisi bersama Ajax. Di Eredivisie, gelandang 21 tahun itu tampil 15 kali dengan membukukan empat gol dan satu assist.
Performa menawan De Jong ini menarik minat dua tim besar Eropa yaitu Barcelona dan Manchester City. Namun niat dua tim besar ini tampaknya harus bertepuk sebelah tangan dalam waktu dekat. De Jong menegaskan tidak akan pergi pada bursa transfer Januari ini.
“Saya jelas tidak akan meninggalkan Ajax di musim dingin ini. Saya 100 persen akan bertahan sampai musim panas,” kata De Jong seperti dilansir dari ESPN.
“Saya tidak tahu apa yang dilakukan orang lain, tetapi secara pribadi saya akan suka jika seluruh anggota tim (Ajax) tetap bersama. Kami melewati paruh pertama yang cukup baik musim ini.”
“Suasana di tim sangat bagus dan kami punya kualitas yang cukup baik, jadi saya akan kecewa kalau ada yang hengkang,” tutur pemilik lima caps timnas Belanda ini menambahkan.(RIF)
Melbourne –
Australia Terbuka 2019 kemungkinan besar jadi turnamen grand slam terakhir Andy Murray. Murray berniat gantung raket setelah itu.
Keputusan itu tak lepas dari cedera yang membebat Murray dalam dua tahun terakhir. Murray mengalami masalah di pinggul yang membuatnya harus menjalani operasi dan hanya bermain 12 kali sepanjang 2018.
Padahal di awal 2017, Murray adalah petenis nomor satu dunia namun problem pinggul yang muncul kala itu jadi awal mula performanya menurun dan membuatnya sempat terlempar keluar dari ranking 800 besar dunia.
Memasuki tahun 2019, Murray yang kini berperingkat 230 dunia rupanya belum sepenuhnya lepas dari cedera pinggul. Hal ini membuat Murray akhirnya memutuskan pensiun lebih cepat.
Australia Terbuka yang sudah dimulai 7 Januari lalu bakal jadi ajang terakhir dalam karier profesional Murray. Petenis 31 tahun itu akan menghadapi Roberto Bautista di babak pertama.
“Saya tidak merasa enak. Saya sudah lama bergelut dengan cedera ini.. Saya tidak yakin apakah bisa bermain dengan rasa sakit ini untuk empat-lima bulan ke depan,” ujar Murray dengan emosional mengumumkan rencana pensiunnya.
“Saya sudah melakukan segalanya yang saya bisa agar pinggul ini lebih baik, tapi itu tidak membantu sama sekali… Saya rasa Australia Terbuka bakal jadi turnamen terakhir saya,” sambungnya seperti dikutip Yahoosports.
Murray adalah petenis Inggris Raya terbaik di era terbuka setelah Fred Perry. Debut profesional pada tahun 2005, Murray punya tiga gelar grand slam, yakni dua Wimbledon (2013 dan 2016) serta AS Terbuka (2012).
Memiliki rekor menang-kalah, 663-190, Murray sebenarnya masih ingin tampil di Wimbledon terakhirnya musim panas nanti. Meski hal itu masih menunggu perkembangan kondisi fisiknya.
“Saya bisa bermain sampai batas saya. Tapi, batasan itu serta rasa sakit ini justru membuat saya tidak nyaman saat bermain atau berlatih.”
“Saya sebenarnya ingin pensiun saat Wimbledon, tapi saya tidak yakin bisa melakukannya,” demikian Murray.(NOV)
Meksiko –
Otoritas Meksiko menemukan 21 mayat di perbatasan AS-Meksiko. Mayat ditemukan setelah adanya baku tembak geng narkoba di sebuah kota dekat tempat Presiden AS Donald Trump dijadwalkan akan berkunjung di kemudian hari.
Sebagian mayat yang ditemukan itu terbakar parah. Mayat ditemukan di kota perbatasan Miguel Aleman sekitar 170 mil (270 kilometer) dari McAllen, Texas, kota yang akan dikunjungi Trump ketika dia terus mendorong untuk membangun dinding perbatasan yang sudah direncanakan.
“Kami menerima laporan bahwa terjadi baku tembak pada hari kemarin (Rabu) antara dua kelompok kriminal yang menyebabkan 21 orang tewas,” kata juru bicara keamanan negara bagian Tamaulipas, Luis Alberto Rodriguez, seperti dilansir AFP, Jumat (11/1/2019).
“Beberapa di antaranya terbakar. Sebanyak tujuh kendaraan ditemukan… Itu merupakan sebuah konfrontasi antara dua kelompok yang terlibat perang wilayah atas rute penyelundupan narkoba,” sambungnya.
Tentara Meksiko menemukan mayat-mayat itu di sebuah daerah terpencil setelah mereka menerima informasi. Tamaulipas telah menjadi salah satu negara bagian paling kejam di Meksiko ketika kartel narkoba saling bertarung untuk mendapatkan posisi strategis di perbatasan AS.
Meksiko telah terseret oleh kekerasan terkait narkoba dalam beberapa tahun terakhir– sesuatu yang disinggung Trump dalam berdalih temboknya diperlukan untuk mencegah para penjahat dan narkotika yang melakukan kekerasan.
McAllen, tempat dia bertemu dengan agen patroli perbatasan, duduk di seberang Tamaulipas. Departemen Luar Negeri AS mengeluarkan peringatan perjalanan paling parah untuk negara bagian itu karena kejahatan kekerasan, mengklasifikannya bersama negara-negara seperti Irak dan Afghanistan.
Lebih dari 200 ribu orang telah terbunuh di Meksiko sejak pemerintah mengerahkan tentara untuk memerangi kartel narkoba yang kuat di negara itu pada tahun 2006, termasuk rekor 28.711 pada tahun 2017. (ADI)
Mainz –
Pengadilan Jerman memerintahkan ekstradisi warga Suriah ke Belanda atas dugaan merencanakan aksi teror. Warga Suriah tersebut ditangkap bersama empat orang lainnya.
Warga Suriah yang akan diekstradisi ditangkap di Mainz pada Sabtu (29/12/2018). Warga Suriah tersebut dituduh berkonspirasi dengan empat orang lainnya yang telah di tahan di Rotterdam, Belanda.
“Mereka terlibat persiapan terorisme,” kata polisi Belanda seperti dilansir AFP, Kamis (10/1/2019).
Warga Suriah tersebut akan dipindah pekan depan. Belanda mengalami beberapa kali menerima rencana serangan teror.
Juni tahun lalu dua tersangka teror ditangkap saat hampir melakukan serangan termasuk di jembatan ikonik di Rotterdam dan di Prancis. Lalu pada Agustus, seorang warga Afghanistan berusia 19 tahun dengan izin tinggal Jerman menikam dan melukai dua wisatawan Amerika di Stasiun Pusat Amsterdam sebelum ditembak dan terluka.
Pada bulan September, penyelidik Belanda mengatakan bahwa mereka telah menangkap tujuh orang dan menggagalkan serangan terhadap warga sipil di sebuah acara besar di Belanda. Mereka mengatakan telah menemukan sejumlah besar bahan pembuatan bom termasuk pupuk yang kemungkinan akan digunakan dalam bom mobil.(ADI)
Washington –
Sebuah video anak kecil diseret dengan hoodie jaketnya di Bandara Washington, Amerika Serikat, beredar luas. Diduga pria yang menyeret anak kecil itu adalah ayahnya.
Dikutip dari laporan media Fox News, Selasa (8/1/2019), peristiwa tersebut terjadi di Bandara Internasional Washington Dulles pada hari Tahun Baru lalu.
Dalam video yang beredar tampak seorang pria menyeret anak kecil yang menggunakan jaket pink melewati area pengambilan bagasi. Saudara perempuan anak itu berjalan beberapa langkah di belakangnya.
“Dia (anak kecil yang diseret) tidak berteriak sama sekali,” tulis pengunggah video seperti dilansir dari Fox News.
Belum diketahui apa penyebab pria itu menyeret anaknya. Apakah anak kecil itu telah melakukan kesalahan atau sebuah kebiasaan saja.
Sejumlah netizen di YouTube memberikan komentar terkait video tak biasa tersebut. Di antaranya ada yang menyarankan agar pria itu diberi medali.(ARF)
Queensland –
Salah seorang senator kontroversial Australia Fraser Anning ternyata juga menggunakan uang pembayar pajak untuk membiayai perjalanannya menghadiri pawai kelompok kanan bulan Juli lalu.
Anning yang berasal dari negara bagian Queensland tersebut menjadi pemberitaan media di sini karena menghadiri protes yang dilakukan pendukung sayap kanan di Melbourne hari Sabtu lalu, dan perjalanannya dibebankan kepada negara.
Data biaya perjalanan yang didapat dari Otoritas Independen Pengeluaran Biaya Parlemen (IPEA) menunjukkan bahwa Senator Anning menghabiskan biaya $AUD 1.810 (sekitar Rp 18,5 juta) untuk terbang dari Brisbane ke Sydney guna hadir dalam protes bulan Juli lalu.
Dia hadir bersama dengan aktivis sayap kanan asal Kanada, Lauren Southern untuk menunjukkan dukungan kepada para petani kulit putih Afrika Selatan.
Anning juga menghabiskan biaya $AUD 810 (sekitar Rp 8,5 juta) untuk biaya akomodasi.
Juru bicara kantor Anning juga mengukuhkan bahwa dia hadir dalam acara Pawai bagi Kebebasan Berbicara yang diselenggarakan oleh Australian Liberty Alliance bulan Oktober tahun lalu, yang dipimpin oleh aktivis Israel-Australia Avi Yemini.
Data yang dikeluarkan oleh IPEA tidak menunjukkan pengeluaran biaya yang harus ditanggung oleh pembayar pajak, namun diperkirakan jumlahnya ribuan dolar.
Juru bicara Senator Anning mengatakan perjalanan itu masih sesuai dengan peraturan pengeluaran biaya sebagai anggota parlemen.
“Senator Anning menghadiri sebuah acara guna mendukung komunitas petani Afrika Selatan yang sekarang tinggal di Queensland. Atas permintaan penyelenggara dia hadir.” kata juru bicara tersebut.
Senator yang sekarang menjadi senator independen menghabiskan biaya $AUD 3 ribu (sekitar Rp 30 juta) untuk penerbangan ke Melbourne guna menghadiri acara yang diorganisir kelompok sayap kanan di sini bernama United Patriots Front.
Senator Anning membela tindakannya untuk menghadiri acara tersebut dimana beberapa peserta tampak menunjukkan salam gaya Nazi dan menggunakan pakaian dan asesori bernada Nazi.
Dia mengatakan hadir dalam acara demo di Pantai St Kilda itu sebagai protes terhadap kekerasan yang dilakukan kelompok ‘geng asal Afrika.”
“Tugas saya adalah mewakili warga Queensland, dan itulah yang saya lakukan,” katanya hari Senin.
Senator dari Partai Hijau Sarah Hanson-Young mengatakan bahwa Senator Anning memperlakukan para pembayar pajak Australia sebagai ‘sapi perah’.
“Saya kira tidak seharusnya pembayar pajak Australia membiayai perjalanan di mana dia bergabung dengan teman-teman Nazinya.” kata Hanson-Young.
Perdana Menteri Australia Scott Morrison juga mengutuk ‘protes rasis’ di St Kilda tersebut namun tidak menyebut nama Senator Anning.
Di Australia sering terjadi kontroversi mengenai biaya perjalanan anggota parlemen untuk menghadiri berbagai acara, biaya yang sebagian besar dibebankan kepada negara, yang artinya dananya berasal dari pembayar pajak.(ADI)