Washington DC –
Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump menelpon Raja Arab Saudi, Raja Salman bin Abdulaziz terkait kasus hilangnya wartawan Jamal Khashoggi di Turki. Trump mengatakan, kemungkinan Khashoggi dibunuh oleh seorang penjahat.
Pernyataan itu disampaikan Trump saat wartawan mengajukan pertanyaan kepadanya di Gedung Putih, Senin (15/10) waktu setempat. Trump mengatakan Raja Salman dengan tegas membantah mengetahui apa yang telah terjadi pada Khashoggi.
“Kedengarannya bagi saya mungkin bisa jadi (Khashoggi) dibunuh penjahat. Siapa yang tahu,” kata Trump, dilansir BBC, Selasa (16/10/2018).
Saat memberikan pernyataan itu, Trump tidak mendukungnya dengan data atau fakta apapun.
Salah satu sumber keamanan di Truki mengatakan, para pejabat setempat memiliki rekaman audio dan video yang membuktikan bahwa Khashoggi dibunuh di dalam gedung konsulat. Raja Salman pun akhirnya turun tangan untuk memerintahkan penyelidikan atas kasus ini.
“Raja telah memerintahkan jaksa penuntut umum untuk membuka penyelidikan internal terhadap kasus Khashoggi berdasarkan informasi dari tim gabungan di Istanbul,” kata seorang pejabat.
Khashoggi (60) yang seorang wartawan dan kolumnis The Washington Post menghilang sejak masuk ke dalam Konsulat Saudi di Istanbul pada 2 Oktober lalu. Khashoggi mendatangi Konsulat Saudi untuk mengurus dokumen agar bisa menikahi tunangannya asal Turki, Hatice Cengiz.
Konsulat Saudi sebelumnya menyebut Khashoggi telah keluar dari gedung itu. Namun otoritas Turki dan tunangan Khashoggi menegaskan dia masih ada di dalam konsulat. Sumber-sumber pemerintahan Turki menyebut Khashoggi dibunuh di Konsulat Saudi. Tuduhan itu dibantah keras oleh Saudi. (ADI)
Kuala Lumpur –
Pemerintah Malaysia telah memutuskan untuk menghapuskan hukuman mati. Rancangan Undang-Undang (RUU) mengenai penghapusan tersebut akan segera diajukan ke parlemen untuk dibahas.
Menteri yang bertanggung jawab untuk urusan hukum di Departemen Perdana Menteri (PM), Liew Vui Keong mengatakan, masalah tersebut telah dibahas dalam rapat Kabinet pada Rabu (10/10) pagi.
“Semua hukuman mati akan dihapuskan. Titik,” ujar Liew dalam sebuah acara di Universiti Malaya seperti diberitakan Malay Mail dan dilansir Channel News Asia, Kamis (11/10/2018).
“Semua berkas-bekas sudah dalam tahap akhir. Jaksa Agung juga telah mengindikasikan kepada kami bahwa itu siap untuk diajukan, semoga dalam sesi (parlemen) ini,” imbuhnya. Sesi sidang parlemen tersebut akan dimulai pada Senin (15/10) mendatang.
Menteri Malaysia itu juga menyerukan moratorium untuk semua eksekusi mati hingga hukuman mati benar-benar dihapuskan. “Karena kita sedang menghapus hukuman itu, semua eksekusi mati tidak boleh dilakukan,” tegasnya.
“Kami akan menginformasikan kepada Dewan Pengampunan untuk melihat berbagai aplikasi untuk narapidana dalam daftar tunggu (hukuman mati) apakah akan diringankan atau dibebaskan,” tuturnya.
Malaysia selama ini menerapkan hukuman mati untuk kejahatan-kejahatan seperti pembunuhan dan peredaran narkoba. Setelah memenangi pemilihan umum pada Mei lalu, pemerintahan Pakatan Harapan menyatakan akan meninjau ulang hukuman mati dan UU keamanan nasional lainnya yang “tidak cocok”.
Bulan lalu, PM Malaysia Mahathir Mohamad membela seorang pria yang menghadapi hukuman mati karena menjual minyak ganja kepada para pasien. Mahathir mengatakan bahwa hukuman tersebut harus ditinjau ulang. (ADI)
Istanbul –
Penyelidikan otoritas Turki atas hilangnya wartawan Arab Saudi, Jamal Khashoggi kini difokuskan pada tujuh tersangka yang terekam CCTV ada di dekat Konsulat Saudi di Istanbul, Turki saat hari kejadian. Ketujuh tersangka itu dicurigai terlibat dalam insiden hilangnya Khashoggi.
Seperti dilansir media lokal Turki, Hurriyet Daily News, Rabu (10/10/2018), rekaman video yang didapat Kepolisian Turki terbatas hanya dari dua kamera keamanan atau CCTV yang ada di ruas jalan dekat Konsulat Saudi. Dua CCTV itu tepat menyorot ruas jalanan yang ada di luar Konsulat Arab Saudi.
Untuk rekaman kamera di dalam area kompleks Konsulat Saudi disebut tidak dioperasikan dengan baik pada hari hilangnya Khashoggi.
Khashoggi (59) menghilang sejak mendatangi Konsulat Saudi di Istanbul pada 2 Oktober, untuk mengurus dokumen resmi bagi pernikahannya dengan tunangannya asal Turki, Hatice Cengiz. Sang tunangan menemaninya namun tidak diizinkan masuk bersamanya. Cengiz pun menunggu di luar Konsulat Saudi, namun Khashoggi tidak pernah keluar.
Televisi swasta Turki, NTV, melaporkan bahwa tujuh tersangka yang kini sedang diselidiki itu terlihat memasuki Konsulat Saudi sekitar setengah jam sebelum Khashoggi masuk dan keluar setelah 3 jam berada di dalam konsulat. Khashoggi sendiri diketahui masuk ke Konsulat Saudi pada 2 Oktober siang hari.
Para tersangka itu, sebut NTV, meninggalkan Konsulat Saudi dengan dua mobil yang nomor platnya bisa dibaca oleh polisi. Tidak disebut lebih lanjut asal kewarganegaraan tujuh tersangka yang tengah diselidiki itu.
Laporan sebelumnya menyebut Kepolisian Turki fokus menyelidiki tentang 15 warga negara Saudi yang diketahui datang ke Turki dengan dua pesawat pada hari hilangnya Khashoggi. Kantor berita Demiroren News Agency menyebut salah satu pesawat telah digeledah otoritas Turki sebelum terbang ke Dubai. Tidak diketahui pasti apakah pesawat kedua yang terbang ke Mesir, juga digeledah.
Namun diketahui bahwa tujuan akhir dari dua pesawat itu adalah Riyadh, ibu kota Saudi.
Pada Selasa (9/10) waktu setempat, otoritas Saudi mengundang para pakar Turki dan pejabat terkait untuk mengunjungi konsulat mereka di Istanbul. Menurut sumber-sumber diplomatik, sebuah nota diplomatik telah dikirimkan ke Kementerian Luar Negeri Turki oleh otoritas Saudi.
“Kerajaan Arab Saudi mengundang para pakar Turki dan para pejabat terkait untuk mengunjungi Konsulat di Istanbul sejalan dengan prinsip kerja sama dengan pemerintah Republik Turki dan merujuk pada pentingnya upaya mencari kebenaran soal insiden hilangnya warga negara Arab Saudi Hamza Jamal Ahmad Khashoggi,” demikian bunyi nota diplomatik itu.
Sebelumnya, juru bicara Kementerian Luar Negeri Turki, Hami Aksoy, memastikan bahwa ‘penggeledahan akan dilakukan di gedung (konsulat) tersebut sebagai bagian dari penyelidikan’. (RIF)
London –
Dalam kasus yang belum pernah terjadi sebelumnya, lima pria Filipina menuntut ganti rugi kepada seorang terpidana paedofil Inggris, Douglas Slade. Dia dituding melakukan eksploitasi ketika mereka masih anak-anak.
Empat pemuda dan seorang anak laki-laki mengajukan tuntutan ganti rugi di Pengadilan Tinggi London. Mereka mulai memberikan kesaksian dari Manila melalui sambungan video dalam sidang hari pertama, Selasa (09/10).
Slade juga ditampilkan di pengadilan melalui saluran video dari Penjara Albany di pulau kecil Isle of Wight, Inggris, tempat ia menjalani hukuman selama 24 tahun dalam kasus kejahatan seksual anak yang ia lakukan di Inggris.
Dalam kesaksian, mereka membeberkan tuduhan perundungan yang dilakukan oleh Douglas Slade antara tahun 1965 hingga 1980 ketika warga negara Inggris itu tinggal di Filipina.
Mereka menuntut Slade atas “luka-luka pribadi akibat dari serangan seksual”. Terduga korban termuda pada saat itu berusia 10 tahun.
Slade menyatakan tuduhan itu “rekayasa belaka”.
Hakim mengatakan Slade “sama sekali tidak menyesali” perbuatannya yang dilakukan selama periode 1965 dan 1980.
Slade tercatat sebagai salah satu pendiri Paedophile Information Exchange, organisasi yang mengkampanyekan agar hubungan seksual antara anak-anak dan orang dewasa dilegalkan pada tahun 1970-an dan 1980-an.
‘Orang-orang menghindari saya’
Kasus ini diyakini sebagai kasus pertama yang melibatkan terduga korban warga negara asing atas kejahatan di luar Inggris yang menempuh jalur hukum terhadap warga negara Inggris di negara ini.
Slade berpindah ke Filipina tahun 1985, membeli rumah di lingkungan permukiman yang miskin. Sejumlah warga mengatakan ia membujuk anak-anak untuk masuk ke rumahnya dan mengeksploitasi mereka secara seksual.
Ia tinggal di Filipina selama 30 tahun. Meskipun pihak berwenang beberapa kali melakukan penyelidikan, ia tidak pernah berhasil diadili di sana.
Salah satu terduga korban mengatakan kepada BBC bahwa ia berkali-kali diserang oleh Slade dan mengatakan: “Banyak orang menghindari saya dan mengira saya membawa penyakit karena apa yang telah saya lakukan. Saya diejek. Saya terlalu malu untuk keluar dari rumah.”
‘Bukan tidak terjangkau’
Ayah dari salah seorang dari mereka yang menuntut Slade menyerukan kepada para terduga korban dan keluarga mereka untuk “memperjuangkan hak-hak mereka”.
Ditambahkannya: “Mereka seharusnya seperti kita, kami tidak dibutakan oleh uang, kami memperjuangkannya karena kami memperjuangkan hak-hak anak-anak kami.”
Alan Collins, pengacara mereka, mengatakan mereka yang bepergian ke luar negeri untuk melakukan kejahatan seksual terhadap anak dan orang-orang muda perlu memahami bahwa “mereka tidak akan lepas dari jangkauan”.
Pastor Shay Cullen, yang turut berperan dalam membantu upaya ekstradisi Slade dari Filipina ke Inggris, menghendaki agar kasus ini menjadi peringatan kepada mereka yang keluar negeri untuk melakukan apa yang diduga telah dilakukan oleh Douglas Slade.
Pastor Cullen, yang menjalankan organisasi bernama Preda untuk membantu anak-anak yang rentan di Filipina itu, mengatakan: “Kami akan mengejar mereka kapan pun mungkin dan kami akan terus memburu dan menangkap mereka di Filipina dan di mana pun mereka berada, kami akan mengejar mereka dengan langkah hukum.
“Ini adalah kejahatan yang keji dan anak-anak terus menderita sepanjang hidup mereka,” ujarnya.
Sidang kasus tuntutan kerugian yang diajukan oleh lima warga negara Filipina di Pengadilan Tinggi London itu diperkirakan akan berlangsung selama tiga hari.(ARF)
Budapest –
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan meminta otoritas Arab Saudi untuk membuktikan jurnalis Jamal Khashoggi telah meninggalkan konsulat Saudi di Istanbul. Erdogan meminta konsulat Saudi membuka rekaman CCTV.
“Dia memasuki konsulat umum sendiri, Jdia masuk sendiri lalu dia tidak keluar, tentu saja ini harus dibuktikan oleh konsulat umum,” kata Erdogan pada konferensi pers di Budapest, Hungaria, yang dilansir CNN, Selasa (9/10/2018).
Erdogan menambahkan, tidak ada bukti yang menyatakan, Jamal sudah keluar dari konsulat. Erdogan pun meminta Kementerian Kehakiman dan Kejaksaan memulai penyelidikannya.
“Kementerian Kehakiman dan kepala Jaksa di Istanbul memulai penyelidikan dan upaya pencarian terus berlanjut,” kata Erdogan.
Pihaknya juga telah melakukan pemeriksaan terhadap orang-orang Saudi di bandara-bandara. Dia pun meminta kepada Arab Saudi untuk mau bekerja sama mengungkap kasus hilangnya jurnalis Jamal.
“Kepala penyelidik kami juga sedang menyelidiki segala kemungkinan dalam masalah ini,” ungkapnya.
Sebelumnya Konsul Jenderal Arab Saudi di Istanbul, Mohammad Al-Otaibi menegaskan bahwa Khashoggi tidak ada di dalam kompleks konsulat Saudi. Dalam pernyataan terpisah kepada Bloomberg, putra mahkota Saudi Pangeran Mohammed bin Salman (MBS) menyebut Khashoggi keluar setelah satu jam berada di dalam Konsulat Saudi pada 2 Oktober lalu. Pernyataan itu membantah otoritas Turki yang bersikeras bahwa Khashoggi masih berada di dalam Konsulat Saudi.
Otoritas Saudi, melalui kantor berita Saudi Press Agency (SPA), juga telah membantah keras laporan media-media yang menyebut Khashoggi dibunuh di dalam kompleks konsulat. Pejabat Konsulat Saudi di Istanbul menegaskan bahwa laporan itu merupakan ‘tuduhan tak berdasar’. (ADI)
Canberra –
Sebuah survei terbaru mengungkapkan sebanyak 65 persen awak kabin maskapai penerbangan di Australia mengaku pernah mengalami pelecehan seksual di tempat kerja.
Hasil survei yang diadakan Serikat Pekerja Transportasi (TWU) ini menyebutkan satu dari lima awak kabin mengaku alami lebih dari 10 kali kejadian pelecehan seksual dalam karir mereka.
Surevi ini melibatkan 400 awak kabin di seluruh maskapai penerbangan.
Disebutkan, empat dari lima awak kabin mengaku alami pelecehan seksual dari rekan kerjanya sendiri dan tiga dari lima awak kabin mengaku mengalaminya dari penumpang.
Survei menanyakan pengalaman para awak kabin tentang pelecehan seksual dan bagaimana penanganannya di tempat kerja.
Ketua TWU Michael Kaine menjelaskan dalam 12 bulan terakhir, kalangan industri penerbangan banyak melaporkan kejadian pelecehan seksual di tempat kerja.
“Kami putuskan melakukan survei agar mereka menyampaikannya sendiri,” katanya.
Hasil survei menunjukkan adanya kasus penumpang yang mengekspos dirinya ke awak kabin. Begitu pula penumpang yang meraba paha dan pantat awak kabin.
Selain itu, ada kasus berupa ucapan-ucapan berbau seksual dan merendahkan yang ditujukan pada awak kabin.
“Ini laporan serius serangan seksual. Para pekerja diserang di tempat kerjanya,” kata Kaine.
Laporan ini, katanya, tentunya mengejutkan masyarakat Australia dan harus segera diubah.
“Kami menyerukan maskapai penerbangan mengatasi budaya yang memungkinkan terjadinya keadaan mengerikan ini,” ujarnya. (ARF)
Beijing –
Otoritas China memberikan keterangan soal Bos Kepolisian Internasional atau Interpol, Meng Hongwei, yang dilaporkan hilang misterius sejak akhir September lalu. Otoritas China menyatakan bahwa Meng sedang diselidiki atas dugaan tindak kriminal.
Kabar soal hilangnya Meng (64) terungkap setelah sang istri, Grace Meng, melaporkan hilangnya sang suami ke polisi Prancis. Sejak menjabat Presiden Interpol tahun 2016, Meng bersama istri dan dua anaknya tinggal di Prancis, tempat markas Interpol berada.
Kepada polisi Prancis, sang istri mengaku tidak bisa berkomunikasi dengan Meng sejak 25 September. Meng menghilang misterius usai pergi ke negara asalnya, China. Tak diketahui pasti tujuan Meng ke China. Juru bicara Interpol menolak menjawab saat ditanya apakah Meng ada tugas resmi di sana.
Seperti dilansir CNN dan AFP, Senin (8/10/2018), dalam pernyataan pada Sabtu (6/10) lalu, Sekjen Interpol Jurgen Stock menyatakan pihaknya telah meminta klarifikasi dari pemerintah China soal status Meng.
Jawaban dari otoritas China datang pada Senin (8/10) waktu setempat. Komisi Pengawasan Nasional dalam pernyataannya yang hanya satu kalimat menyebut Meng sedang diselidiki oleh pihaknya. Diketahui bahwa Komisi Pengawasan Nasional merupakan badan antikorupsi tertinggi di China.
“(Meng) Sedang diselidiki oleh Komisi Pengawasan Nasional atas dugaan pelanggaran hukum,” demikian pernyataan Komisi Pengawasan Nasional tanpa menjelaskan lebih lanjut. Tidak diketahui pasti dugaan pelanggaran hukum yang menjerat Meng.
Keterangan terbaru dari istri Meng pada Minggu (7/10) waktu setempat menyebut dirinya mendapat pesan aneh via nomor WhatsApp milik suaminya. Pesan itu berbunyi ‘Wait for my call’ yang disertai gambar emoji sebuah pisau. Isi pesan itu diungkapkan Grace kepada wartawan setempat.
Menanggapi jawaban otoritas China soal suaminya, Grace menuturkan kepada AFP bahwa kasus suaminya akan diawasi oleh ‘hukum internasional dan opini publik internasional’. Grace menyebut situasi yang menjerat suaminya sebagai ‘kejatuhan politik’.
Secara terpisah, otoritas Prancis sedang menyelidiki insiden hilangnya Meng ini. “Prancis menyelidiki situasi terkait Presiden Interpol dan khawatir soal ancaman yang diterima istrinya,” demikian pernyataan Kementerian Dalam Negeri Prancis.
Diketahui bahwa Meng Hongwei merupakan Presiden Interpol pertama yang berasal dari China. Setelah dia dilantik pada 2016 lalu, untuk masa jabatan 4 tahun, Meng bersama istri dan kedua anaknya tinggal di Prancis. Sebelumnya, Meng sempat menjabat sebagai Wakil Menteri untuk Keamanan Publik China dan sempat memimpin cabang Interpol di China.
Laporan media Hong Kong, South China Morning Post (SCMP), menyebut Meng ‘diamankan’ untuk ditanyai usai mendarat di China, pekan lalu. Laporan SCMP itu mengutip sumber yang tak disebut namanya. Tidak disebut lebih lanjut di mana keberadaan Meng saat ini.
Insiden menghilangnya Meng ini memiliki indikasi serupa dengan hilangnya sejumlah pejabat senior China lainnya, yang diduga melanggar aturan Partai Komunis China, yang terkadang terkait praktik korupsi. Biasanya, para pejabat senior China yang hilang akan muncul kembali saat disidang. (ADI)
South Carolina –
Sedikitnya tujuh polisi ditembak di Florence, South Carolina, Amerika Serikat (AS). Satu polisi di antaranya tewas dan enam polisi lainnya luka-luka.
Juru bicara Kantor Sheriff Florence County, Mayor Mike Nunn mengatakan seperti dilansir CNN dan AFP, Kamis (4/10/2018), penembakan terjadi saat para deputi Sheriff Florence County melaksanakan surat perintah penggeledahan di sebuah rumah di kawasan tersebut.
Seorang pria tiba-tiba melepas tembakan saat para deputi sheriff melakukan penggeledahan. Identitas pria itu tidak disebut lebih lanjut. Pria tersebut kemudian bersembunyi di dalam rumah dengan membawa seorang anak hingga memicu pengepungan selama dua jam pada Rabu (3/10) waktu setempat. Personel kepolisian lainnya yang dikerahkan ke lokasi untuk membantu operasi penggeledahan itu, malah terkena tembakan.
“Polisi-polisi ini pergi ke sana (lokasi-red) tanpa mengetahui kemampuan tembak yang dimiliki tersangka ini. Mereka mengira ini operasi penggeledahan acak,” sebut Sheriff Florence County, Kenney Boone.
“Tembakan dilepaskan ke segala arah. Cara tersangka mengambil posisi, sudut pandang tembakannya adalah beberapa ratus yard. Jadi dia memiliki keuntungan,” sebut Boone.
Pengepungan itu akhirnya berakhir dan pelaku penembakan ditangkap otoritas setempat. Sedikitnya tiga polisi Florence dan tiga deputi sheriff setempat mengalami luka-luka dalam insiden itu.
Satu polisi yang tewas diidentifikasi sebagai Terrence Carraway. Juru bicara kota Florence, John Wukela, menyebut Carraway sebagai anggota Kepolisian Florence yang baru-baru ini menerima pin untuk mengenang 30 tahun mengabdi pada publik.
“Hari ini akan menandai hari sangat mengerikan dalam sejarah Departemen Kepolisian Florence. Hari ini, kita kehilangan seorang teman baik, seorang polisi yang sudah saya kenal selama 30 tahun,” ujar Wukela dalam pernyataannya.
“Berdoa untuk keluarga yang kehilangan polisi paling berani yang pernah saya kenal,” kata Kepala Kepolisian Florence, Allen Heidler.
Presiden Donald Trump telah menyampaikan belasungkawa untuk polisi yang gugur. “Pikiran dan doa saya tertuju pada Kantor Sheriff Florence County dan Departemen Kepolisian Florence di South Carolina. Kita selamanya berterima kasih atas apa yang dilakukan para penegak hukum dalam 24/7/365,” tulis Trump via Twitter. (ADI)
Washington –
Sebuah kapal perang China berlayar sangat dekat dengan sebuah kapal perusak milik militer Amerika Serikat di perairan Laut China Selatan. Jaraknya sangat dekat hingga memaksa kapal militer AS berubah haluan.
Seorang pejabat AS menyebut manuver kapal perang China tersebut “tidak profesional dan tak aman”.
Pejabat AS tersebut mengatakan seperti dilansir kantor berita AFP, Selasa (2/10/2018), kapal perusak berpandu rudal Amerika Serikat, USS Decatur tengah melakukan apa yang oleh militer AS disebut “operasi kebebasan navigasi” pada Minggu (30/9/2018), ketika melewati 12 mil laut dari karang Gaven dan Johnson di Kepulauan Spratly yang terpencil.
China mengklaim nyaris seluruh wilayah Laut China Selatan, meski Taiwan, Filipina, Brunei, Malaysia dan Vietnam mengklaim sebagian perairan sengketa itu.
Selama operasi itu, kapal perusak China, Luyang mendekati kapal USS Decatur “dalam sebuah manuver tidak aman dan tidak profesional di dekat Karang Gaven di Laut China Selatan,” ujar juru bicara Armada Pasifik AS, Komandan Nate Christensen.
Dikatakannya, kapal perang China itu kemudian melakukan serangkaian “manuver yang makin agresif, dan mengingatkan Decatur untuk meninggalkan wilayah tersebut.”
Christensen menambahkan, kapal perusak China bahkan mendekat dalam jarak puluhan meter dari kapal Decatur hingga memaksa kapal militer AS bermanuver untuk mencegah tabrakan.
Sementara itu, Kementerian Pertahanan China menyatakan kapalnya telah memberikan peringatan untuk pergi bagi kapal militer AS yang memasuki wilayah tersebut tanpa izin.
“AS telah berulang kali mengirimkan kapal-kapal perang ke wilayah perairan dekat karang-karang dan kepulauan China di Laut China Selatan,” demikian disampaikan Kementerian Pertahanan China dalam sebuah statemen.
“Itu (manuver) secara serius mengancam kedaulatan dan keamanan China, dengan serius merusak hubungan antara China dan AS serta militer mereka, dan secara serius melukai perdamaian dan stabilitas regional,” imbuh kementerian.
Hubungan AS-China telah dilanda ketegangan di berbagai level sejak Donald Trump dilantik menjadi presiden AS pada tahun 2017. Terbaru, perang dagang yang dilancarkan Trump telah membuat marah Beijing, ditambah lagi dengan persetujuan Trump mengenai penjualan senjata senilai US$ 1,3 miliar ke Taiwan, yang dianggap pemerintah China sebagai provinsi pemberontak. (ADI)
Washington –
Indonesia seharusnya sudah memiliki sistem pendeteksi dini tsunami yang dikembangkan oleh ilmuwan Amerika Serikat. Namun pemasangan prototipe pertama yang seharusnya dilakukan pada 2017/2018 terhalang minimnya anggaran.
Instalasi pendeteksi gelombang tsunami berbasis hidropon yang dikembangkan oleh ilmuwan Amerika Serikat dan Indonesia gagal dipasang menyusul ketidakjelasan anggaran. Seharusnya prototipe pertama sudah bisa diujicoba sejak 2017 silam, namun diundur hingga akhir 2018 lantaran ketiadaan anggaran.
Hal ini pertama kali dilaporkan oleh stasiun televisi AS, CNBC, yang kemudian dikonfirmasi oleh Iyan Turlyana, Pakar Teknik Kelautan di Laboratorium Otomasi Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT). Lembaga pemerintah itu sedianya diminta bantuan menyediakan kabel optik untuk keperluan transmisi data.
Menurutnya Amerika Serikat menentukan tenggat pemasangan prototipe sistem peringatan dini pada 2017, namun kemudian diundur hingga 2018.
BPPT yang “baru dilibatkan di akhir,” memastikan tidak bisa menyiapkan anggaran untuk pengadaan kabel, kata Iyan. “kami kelabakan,” kisahnya saat BPPT diminta terlibat. “Maka dicarilah dana dari tempat lain, tapi tidak berhasil,” kata dia saat dihubungi Deutsche Welle. Tapi “bisa dikonfirmasikan BPPT tidak bisa menyediakan dana yang diminta hingga akhir 2018,” kata Iyan lagi.
Pihak BPPT banyak dilibatkan ketika sistem pendeteksi dini yang dikembangkan AS mulai diujicoba di Indonesia pada 2016 silam.
Menurut laporan CNBC, Louis Comfort, Professor dan Direktur Pusat Manajemen Bencana di University of Pittsburgh, mendapat tugas mengembangkan sistem pendeteksi dini tsunami untuk diuji coba di Indonesia. Dana penelitian dikabulkan pada 2013 silam dan sukses diujicoba pada 2016.
Menurut Comfort, pada Juli silam pemerintah Indonesia sudah mengabulkan permintaan dana untuk pemasangan prototipe pendeteksi, namun “dananya tidak cukup untuk membiayai pemasangan” lantaran melemahnya nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat.
Ia menduga birokrasi yang rumit menghambat implementasi proyek. “Ada tiga lembaga yang harus bekerjasama, ditambah kami yang merupakan gabungan dari lima institusi, empat dari Amerika Serikat dan dua dari Indonesia. Semua itu harus dikoordinasikan,” kata dia.
Hal ini disayangkan oleh BPPT. Karena menurut Iyan, sistem pendeteksi baru itu “menjawab masalah Vandalisme dan biaya yang sangat tinggi,” terkait pengadaan dan perawatan buoy tsunami. Terutama biaya pengadaan yang murah membuat penggunaan sistem pendeteksi berbasis akustik bisa dipasang di lebih banyak lokasi.(MAD)