Portland, khatulistiwaonline.com
Demo masyarakat Amerika Serikat (AS) memprotes terpilihnya Donald Trump sebagai presiden berujung ricuh. Sejumlah kendaraan dan fasilitas umum dikabarkan rusak akibat demo yang terjadi di kawasan pantai barat dan timur AS tersebut.
Dilansir Al Jazeera, Sabtu (12/11/2016), ribuan pendemo melempar sejumlah objek ke anggota polisi yang melakukan penjagaan di Portland, Oregon. Sumber kepolisian Portland mengatakan pendemo juga merusak tempat parkir.
“Sejumlah pendemo juga dilaporkan melakukan vandalisme dengan melukis grafiti di mobil-mobil dan bangunan serta merusak jendela toko,” sebut media lokal di Portland.
Demo anti-Trump masih terus berlanjut hingga Kamis (10/11) malam waktu AS, bahkan meluas hingga ke 25 kota di negara tersebut. Mulai dari Washington, District of Columbia, New York, Minneapolis, Texas, Chicago, Boston, Philadelphia, Los Angeles, San Francisco dan sebagainya.
Sedikitnya 28 demonstran ditangkap di Los Angeles setelah memaksa masuk ke dalam jalan tol 101 Freeway. Juru bicara kepolisian Los Angeles, Liliana Preciado, seperti dilansir CNN menyebut, sedikitnya 3 ribu orang ikut dalam aksi protes pada Rabu (9/11) waktu setempat. Ada sejumlah kerusakan properti akibat aksi protes ini. Wali Kota Los Angeles Eric Garcetti pun mengimbau demonstran untuk tidak rusuh dan membahayakan orang lain.
Demonstran memprotes berbagai rencana kebijakan Trump, mulai dari membangun tembok perbatasan dengan Meksiko hingga retorika yang memicu xenofobia (kebencian pada warga asing). Sedikitnya 15 demonstran di luar Trump Tower ditangkap karena dianggap melanggar ketertiban. (RIF)
JAKARTA, khatulistiwaonline.com
Setelah merebut Pennsylvania dari Partai Demokrat, Donald Trump akhirnya memastikan menjadi Presiden ke-45 Amerika Serikat setelah kelima kalinya mencaplok negara bagian yang empat tahun lalu memilih kandidat partai Demokrat (Barack Obama) dengan memenangkan Wisconsin.
Setelah merebut 10 suara elektoral dari Wisconsin, maka calon presiden Amerika Serikat dari Partai Republik itu kini total sudah menguasai 276 suara elektoral atau kelebihan enam suara elektoral dari batas minimal 270 suara elektoral untuk bisa disebut pemenang Pemilu AS kali ini. Sebaliknya lawannya calon presiden dari Partai Demokrat Hillary Clinton meraih 218 suara.
Trump masih berpeluang besar menambah suara dari dua basis Republik tersisa, Arizona (11 suara elektoral) dan Alaska (3). Tidak hanya dua negara bagian itu, Trump yang sudah merebut dua negara bagian massa mengambang yang paling penting –Ohio dan Florida– juga berpeluang mengubah Michigan (16) menjadi pemilih Republik.
Sejauh ini Trump sudah mengubah lima negara bagian yang empat tahun lalu memilih Demokrat (Obama) menjadi Republik. Kelimanya adalah Pennsylvania, Wisconsin, Iowa, Ohio dan Florida
Berikut negara bagian yang memilih Donald Trump pada Pemilu 2016, dikutip dari laman Washington Post:
1. Indiana (11)
2. Kentucky (8)
3. West Virginia (5)
4. Tennessee (11)
5. South Carolina (9)
6. Alabama (9)
7. Mississippi (6)
8. Lousiana (8)
9. Arkansas (6)
10. Texas (38)
11. Oklahoma (7)
12. Kansas (6)
13. Nebraska (5)
14. South Dakota (3)
15. North Dakota (3)
16. Montana (3)
17. Wyoming (3)
18. Florida (29)
19. Ohio (18)
20. Utah (6)
21. Idaho (4)
22. Georgia (16)
23. Iowa (16)
24. Missouri (10)
26. Pennsylvania (20)
25. Wisconsin (10)
Negara bagian-negara bagian yang memilih Hillary Clinton:
1. New York (29)
2. Vermont (3)
3. Connecticut (7)
4. New Jersey (14)
5. Massachussets (11)
6. Delaware (3)
7. Maryland (10)
8. Rhode Island (4)
9. Illinois (20)
10. Washington DC (3)
11. New Mexico (5)
12. Colorado (9)
13. Virginia (13)
14. Nevada (6)
15. California (55)
16. Oregon (7)
17. Washington (12)
18. Maine (4)
19. Hawaii (4)
Lima negara bagian lainnya yang masih diproyeksikan hasilnya adalah:
1. Minnesota (10), kemungkinan besar pilih Hillary
2. New Hampshire (4), kemungkinan besar pilih Hillary
3. Michigan (16), Trump memimpin dalam hitung suara masuk
4. Alaska (3), kemungkinan besar pilih Trump menang
5. Arizona (11), kemungkinan besar pilih Trump menang. (RIF)
NEW YORK, khatulistiwaonline.com
Pusat bisnis dan ruas jalan Times Square, New York dipadati ribuan warga Amerika Serikat yang berkumpul bersama untuk menunggu hasil penghitungan cepat pemungutan suara pemilihan presiden AS ke-45.
Suasana di Times Square tidak hanya ramai warga, tetapi juga dikelilingi layar-layar besar yang menampilkan hasil sementara penghitungan cepat popular votes dan hasil sementara penghitungan electoral votes, demikian pantauan Antaranews di New York.
Ada dua layar besar – milik ABC News dan Fox News – masing-masing di dua sisi berbeda dari Time Square yang menayangkan hasil sementara pemilu presiden AS.
Pada layar yang menampilkan hasil sementara penghitungan cepat popular votes tampak bahwa calon presiden AS dari Partai Republik untuk sementara unggul sebesar enam persen dari lawannya Hillary Clinton – capres Partai Demokrat.
Ada pun perolehan suara sementara untuk popular votes adalah 45 persen untuk Hillary Clinton dan 51 persen untuk Donald Trump.
Sementara itu, hasil sementara suara electoral college yang terhitung, yang ditampil di layar Fox News, menunjukkan bahwa Donald Trump mendapatkan 139 suara elektoral dan Hillary Clinton mendapat 97 suara elektoral.
Para warga AS yang berkumpul di Time Square tidak hanya menunggu hasil sementara pemilu presiden AS dan merayakan US Election Night.
Pemungutan suara secara resmi akan ditutup pada pukul 09.00 malam waktu setempat, dan hasil penghitungan cepat popular votes diperkirakan akan keluar pada pukul 11.00 malam waktu setempat. (NOV)
JAKARTA,khatulistiwaonline.com
Tiba-tiba jalan kemenangan bagi calon presiden Amerika Serikat dari Partai Republik Donald Trump menjadi jauh lebih lapang, lapor Washington Post dalam lamannya, hari ini.
Tanda kemenangan Trump terlihat ketika dia merebut dua negara bagian massa mengambang (swing state) penting, yakni Ohio dan Florida yang empat tahun lalu memilih calon presiden dari Partai Demokrat, Barack Obama.
Trump kini juga kini tengah berada di jalan untuk memenangkan Pennsylvania dan North Carolina, serta Michigan atau Wisconsin yang empat tahun lalu memilih Obama dari Demokrat.
Menurut Washington Post, jika dia menang di Michigan atau Wisconsin, North Carolina dan New Hampshire, maka Trump adalah pemenang Pemilu AS kali ini.
Berikut negara-negara bagian yang sudah dimenangkan oleh Donald Trump yang sudah 20 negara bagian atau 197 suara elektoral:
1. Indiana
2. Kentucky
3. West Virginia
4. Tennessee
5. South Carolina
6. Alabama
7. Mississippi
8. Lousiana
9. Arkansas
10. Texas
11. Oklahoma
12. Kansas
13. Nebraska
14. South Dakota
15. North Dakota
16. Montana
17. Wyoming
18. Montana
19. Florida
20. Ohio
Sebaliknya Hillary Clinton baru memenangkan 131 suara elektoral dari 13 negara bagian. Ketigabelas negara bagian itu adalah:
1. New York
2. Vermont
3. Connecticut
4. New Jersey
5. Massachussets
6. Delaware
7. Maryland
8. Rhode Island
9. Illinois
10. Washington DC
11. New Mexico
12. Colorado
13. Virginia
Setelah kehilangan Ohio dan Florida, Hillary tinggal mengharapkan suara dari basis-basis Demokrat di Washington, Oregon, California, Nevada, Minnesota, Pennsylvania, Maine, Iowa dan New Hampshire yang empat tahun silam memilih wakil Demokrat, Barack Obama. (NOV)
BERLIN,khatulistiwaonline.com
Presiden Jerman Joachim Gauck mengkhawatirkan prospek kemenangan Donald Trump dalam pemilihan presiden (pilpres) Amerika Serikat (AS) yang digelar 8 November mendatang. Gauck menyebut karakter Trump yang tidak bisa ditebak memicu kekhawatiran tersendiri.
“Kita tidak bisa mengatakan apa yang diharapkan dari seorang Presiden Donald Trump,” tutur Gauck dalam wawancara dengan majalah ternama Jerman, Der Spiegel, seperti dilansir AFP, Senin (7/11/2016).
“Bagi saya, dan bagi banyak orang di Amerika Serikat dan di sini di tanah air, hal ini menjadi masalah,” imbuhnya.
Kurang dari 48 jam lagi, pemungutan suara secara nasional akan digelar di AS. Trump yang merupakan capres Partai Republik akan bersaing sengit melawan capres Partai Demokrat Hillary Clinton untuk memperebutkan dukungan rakyat AS.
Pilpres AS sendiri yang diwarnai berbagai skandal, mulai dari skandal pelecehan seks yang menyeret Trump hingga skandal email yang menyeret Hillary, banyak menjadi perhatian dunia. Glauck menambahkan: “Ketika saya melihat ke Washington, saya khawatir.”
Sebagai Presiden Jerman, peranan Glauck memang lebih banyak bersifat seremonial. Aktivitas pemerintahan lebih banyak dilakukan oleh Kanselir Jerman Angela Merkel. Namun Glauck memiliki harapan khusus untuk presiden baru AS nantinya.
“Demokrasi Amerika, yang tidak mengizinkan presiden bertindak seperti autokrat, sistem pengawasan dan keseimbangan, kekuasaan saling menguntungkan tetap dipertahankan,” imbuhnya.(RIF)
Washington,khatulistiwaonline.com
Semakin mendekati pilpres Amerika Serikat (AS), sejumlah polling nasional terbaru menunjukkan keunggulan capres Partai Demokrat Hillary atas capres Partai Republik Donald Trump. Namun kedua capres bersaing sengit untuk merebut suara di sejumlah swing states.
Swing states merupakan negara bagian dengan jumlah dukungan yang sama kuat untuk kedua partai, baik Partai Demokrat maupun Partai Republik. Pemungutan suara akan digelar secara nasional pada Selasa (8/11) malam waktu AS, atau Rabu (9/11) pagi WIB.
Seperti dilansir AFP dan Reuters, Senin (7/11/2016), polling terbaru NBC/Wall Street Journal menunjukkan keunggulan Hillary atas Trump dengan selisih 4 persen. Polling yang dirilis Minggu (6/11) itu juga menyertakan kandidat alternatif dari Partai Libertarian Gary Johnson dan Partai Hijau Jill Stein.
Polling terbaru NBC/Wall Street Journal menunjukkan sebanyak 44 persen responden mendukung Hillary dan sebanyak 40 persen responden mendukung Trump. Sedangkan Johnson memperoleh 6 persen dukungan dan Stein memperoleh 2 persen dukungan.
“Jika Anda hanya meraup 44 persen suara, itu berarti Anda masih rapuh jika sebagian besar pemilih yang belum menentukan pilihan mengambil langkah tertentu. Dalam kondisi itu, kedua kandidat masih membutuhkan jumlah pemilih yang besar saat hari pemilu dan masih harus meraup dukungan mereka,” sebut pakar polling Nate Silver dari situs FiveThirtyEight.com kepada ABC.
Polling terbaru itu juga menunjukkan Hillary unggul atas Trump dengan perolehan 51 persen melawan 39 persen di kalangan warga AS yang telah memilih lebih awal.
Sedangkan polling terbaru Washington Post/ABC yang dirilis Minggu (6/11) pagi waktu setempat, menunjukkan Hillary unggul 5 persen atas Trump. Sebanyak 48 persen responden menyatakan dukungannya pada Hillary dan sebanyak 43 persen mendukung Trump.
Kemudian polling terbaru Reuters/Ipsos yang digelar 30 Oktober – 3 November, menunjukkan Hillary mengalahkan Trump dengan selisih 5 persen. Sebanyak 44 persen dukungan mengalir untuk Hillary melawan 39 persen dukungan untuk Trump.
Pertempuran Hillary dan Trump sendiri akan berlangsung sengit di sejumlah swing states yang sulit diprediksi oleh polling. Beberapa swing states seperti Florida dan North Carolina yang sebelumnya mendukung Hillary, semakin mendekati pilpres mulai condong ke Trump.
Polling CBS News yang digelar khusus di beberapa swing states, menunjukkan Trump unggul tipis atas Hillary di Ohio dengan perolehan 46 persen melawan 45 persen. Untuk negara bagian Florida, hasil polling CBS News menunjukkan kedua capres sama kuat dengan perolehan 45 persen melawan 45 persen.
Florida sendiri merupakan ‘induk’ dari seluruh swing states di AS. Dengan 29 electoral college yang diperebutkan di negara bagian ini, Florida seringkali dianggap menjadi penentu pilpres AS. Kedua capres harus meraup 270 electoral college dari total 538 electoral college yang diperebutkan. (RIF)
KABUL,khatulistiwaonline.com
Serangan-serangan udara Amerika Serikat menewaskan 30 warga sipil di Afghanistan. Mereka yang tewas termasuk wanita dan anak-anak.
Serangan udara di provinsi Kunduz, Afghanistan utara tersebut dilancarkan pada Kamis (3/11) pagi waktu setempat, setelah dua tentara AS tewas dalam serangan militan Taliban di negeri itu.
“Dalam gempuran tersebut, 30 warga sipil Afghan menjadi martir dan 25 orang lainnya luka-luka,” kata juru bicara provinsi setempat, Mahmood Danish seperti dikutip kantor berita AFP, Jumat (4/11/2016).
Juru bicara kepolisian Afghanistan, Mahmoodullah Akbari menyampaikan jumlah korban tewas yang sama. Dikatakannya, mereka yang tewas termasuk beberapa bayi, bahkan ada yang baru berumur tiga bulan, serta anak-anak lainnya.
Serangan tersebut menuai aksi protes para keluarga korban yang mendatangi gedung kantor Gubernur Kunduz. “Saya hancur. Saya ingin tahu mengapa anak-anak tak bersalah itu tewas. Apakah mereka Taliban,” ujar seorang buruh bernama Taza Gul (55). “Tidak, mereka anak-anak tak bersalah,” imbuhnya.
Lewan akun Twitter, NATO menyatakan serangan-serangan udara itu dilakukan oleh pesawat perang AS.
Atas serangan tersebut, juru bicara Departemen Luar Negeri AS Mark Toner menolak berbicara lebih jauh. Namun disebutnya insiden itu merupakan “peristiwa mengerikan.” (RIF)
LONDON,khatulistiwaonline.com
Seorang mantan dokter anak di Inggris diadili karena mencabuli 19 pasiennya yang masih anak-anak. Tindak pencabulan ini terjadi pada tahun 1970-an dan tahun 1980-an.
Seperti dilansir Press TV, Rabu (2/11/2016), Michael Salmon yang berprofesi sebagai konsultan dokter anak, didakwa melakukan kekerasan seksual terhadap 18 anak perempuan dan seorang anak laki-laki.
Salmon yang kini berusia 81 tahun, menyangkal 25 dakwaan pencabulan terhadap anak-anak dengan usia paling muda 8 tahun. Dia juga mengaku tak bersalah atas dakwaan pemerkosaan terhadap remaja perempuan berusia 14 tahun.
“Para korban dipisahkan dari orangtua mereka dengan keberadaan tirai atau Salmon membujuk orangtua mereka menunggu di luar ruangan,” terang jaksa Miranda Moore dalam persidangan.
Jaksa Moore menyebut, para korban melaporkan Salmon setelah dia diadili tahun 2015 atas dakwaan lainnya. Salmon sendiri telah dilucuti gelar medisnya pada tahun 1991 setelah dia dipenjara atas tiga dakwaan pencabulan terhadap sejumlah pasien perempuan muda.
Penghitungan baru di Inggris menunjukkan bahwa jumlah kasus kekerasan seksual terhadap anak-anak, yang dilaporkan kepada polisi mengalami kenaikan drastis. Dalam laporan terbaru media Inggris, The Guardian, disebutkan bahwa jumlah kasus kekerasan seksual yang dilaporkan ke polisi meningkat sebesar 80 persen antara tahun 2012 hingga 2015.
Penghitungan itu mengindikasikan jika kenaikan semacam itu terus berlangsung, maka setidaknya pada tahun 2020, polisi Inggris akan menyelidiki 200 ribu kasus kekerasan seksual pada anak. (RIF)
Washington, khatulistiwaonline.com
Polling terbaru menunjukkan capres Amerika Serikat (AS) dari Partai Demokrat Hillary Clinton masih mengungguli capres Partai Republik Donald Trump, kurang dari dua pekan menjelang pilpres. Namun polling ini digelar sebelum FBI mengumumkan akan mengkaji ulang kasus email Hillary.
Seperti dilansir Reuters, Sabtu (29/10/2016), polling terbaru Reuters/Ipsos yang digelar 21-27 Oktober menunjukkan 42 persen responden, baik yang sudah memilih lebih awal atau yang baru akan memilih pada 8 November nanti, mendukung Hillary.
Hanya 36 persen responden yang menyatakan mendukung Trump. Dengan demikian, selisih suara keduanya mencapai 6 persen. Jumlah itu tergolong naik jika dibandingkan dengan selisih pekan lalu yang mencapai 4 persen untuk keunggulan Hillary.
Untuk kategori pemilih perempuan, Hillary juga mengungguli Trump dengan selisih 10 persen. Jumlah itu naik dari selisih 4 persen dalam polling pekan lalu. Hillary sendiri selalu memimpin polling untuk kategori pemilih perempuan dalam dua bulan terakhir.
Kendati demikian, Trump sedikit lebih unggul dari Hillary untuk kategori lebih spesifik, yakni pemilih wanita kulit putih. Trump unggul dengan selisih 2 persen dalam kategori ini. Namun jumlah itu menurun drastis jika dibandingkan selisih dalam polling pekan lalu, yang mencapai 12 persen.
Secara keseluruhan, pemilih perempuan di AS memang lebih condong ke Partai Demokrat daripada Partai Republik. Namun polling Reuters/Ipsos bulan ini menunjukkan mayoritas pemilih perempuan memiliki pandangan tidak menyenangkan untuk Hillary, yang merupakan capres wanita pertama di AS.
Baca juga: Kasus Email Dikaji Ulang, Hillary Tantang FBI Ungkap Fakta Lengkap ke Publik
Kebanyakan pemilih perempuan, menurut polling Reuters/Ipsos menyakini Hillary tidak jujur dan tidak tulus.
Kedua polling Reuters/Ipsos itu dilakukan secara online di sebanyak 50 negara bagian, dengan melibatkan 1.627 warga AS dewasa yang kemungkinan besar akan memilih dalam pilpres mendatang. Margin of error polling ini mencapai 3-4 persen.
Polling itu digelar sebelum Direktur FBI James Comey mengumumkan rencana untuk mengkaji ulang kasus email Hillary, setelah ada temuan baru. Comey menyebut pengkajian ulang perlu dilakukan demi mencari tahu apakah temuan baru itu mengandung informasi rahasia negara. Kekhawatiran baru pun muncul bahwa pengkajian ulang kasus email Hillary itu akan mempengaruhi dukungan publik terhadapnya.(RED/DTK)
OHIO, khatulistiwaonline.com
Dalam kampanye di Ohio, Amerika Serikat (AS), capres Partai Republik Donald Trump menyebut kebijakan perdagangan rivalnya, capres Partai Demokrat Hillary Clinton, sangat buruk. Trump bahkan bercanda agar pilpres AS dibatalkan dan dirinya langsung dinyatakan sebagai Presiden AS.
Saat berkampanye di Toledo, Ohio, seperti dilansir Reuters dan news.com.au, Jumat (28/10/2016), Trump menyinggung soal NAFTA atau Perjanjian Perdagangan Bebas Amerika Utara yang ditandatangani suami Hillary, Bill Clinton saat menjabat Presiden AS. Trump menyebut, NAFTA memicu alih daya ribuan lapangan pekerjaan dari Ohio ke Meksiko. Di hadapan warga Ohio, Trump bersumpah, praktik seperti ini akan berakhir jika dirinya menjadi Presiden AS.
“Kita seharusnya membatalkan pilpres dan menyerahkan semuanya kepada Trump, bukan?” ucap Trump kepada pendukungnya.
“Untuk apa kita menggelarnya (pilpres)? Kebijakan dia (Hillary-red) sangat buruk,” imbuhnya.
Trump juga menyebut keyakinannya, bahwa Hillary akan mencari jalan untuk mewujudkan Kemitraan Trans Pasifik atau TPP yang beranggotakan 12 negara, yang merupakan kesepakatan perdagangan yang diusulkan Presiden Barack Obama. Padahal Hillary kini mengaku menentang TPP.
Dalam kampanyenya, Trump juga menyinggung soal ungkapan ‘Drain the swamp!’ yang diklaimnya kembali populer dikarenakan dirinya dalam sejumlah kampanye. Ungkapan yang secara harfiah berarti ‘menguras air’ itu sebenarnya sudah sejak lama ada di AS, terutama dalam dunia politik. Ungkapan ‘drain the swamp’ sendiri berarti ‘membasmi hal-hal yang membahayakan’ atau dalam dunia politik berarti memberantas korupsi atau pemborosan pemerintah.
“Sekarang itu menjadi ungkapan yang terkenal di mana-mana di dunia,” sebut Trump bangga.
Tidak hanya itu, di hadapan pendukungnya, Trump juga bersikeras akan menang dalam pilpres yang digelar 8 November mendatang, atau kurang dari dua minggu lagi. “Kita akan memenangkan Gedung Putih,” tegasnya, seperti dilansir AFP.
“Jika kita menang pada 8 November… Saat! Oke, oke. Saat kita menang pada 8 November!” teriak Trump kepada pendukungnya, mengganti kata ‘jika’ dengan ‘saat’ yang mengindikasikan keyakinan menang.
“Kita tidak ingin meremehkannya, tapi kita menang di banyak negara bagian,” imbuhnya lagi. “Kita menang di Florida, menang di North Carolina, menang di Iowa. Menang di Ohio,” ujar Trump.
Padahal pada praktiknya, kumpulan polling terbaru dari Real Clear Politics menyatakan Trump sama sekali tidak unggul di Florida maupun North Carolina dalam sebulan terakhir. Trump memang unggul sedikit dari Hillary di Ohio, namun selisih suaranya sangat tipis. Selama beberapa bulan terakhir, sebagian besar polling menunjukkan keunggulan Hillary atas Trump.(RED/DTK)