Khartoum –
Militer Sudan membubarkan secara paksa massa yang telah duduk selama berminggu-minggu di depan markas militer Khartoum. Ada 30 orang yang tewas dan ratusan lainnya terluka akibat pembubaran paksa ini.
Dilansir dari AFP, Selasa (4/6/2019), anggota Pasukan Pendukung Cepat paramiliter bersenjata berat dikerahkan di sekitar ibu kota, menjaga pintu masuk ke jembatan yang melintasi Sungai Nil, dan bergerak dalam konvoi di sekitar kota.
Amerika Serikat menyebut tindakan terhadap para pengunjuk rasa itu perbuatan brutal. Para demonstran sendiri disebut ingin para jenderal di belakang penggulingan presiden veteran Omar al-Bashir untuk diserahkan ke pemerintahan sipil.
Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres juga mengutuk penggunaan kekuatan berlebihan oleh pasukan keamanan terhadap pengunjuk rasa dan menyerukan penyelidikan independen. Dewan Keamanan PBB pun disebut akan bertemu secara tertutup untuk membahas Sudan usai permintaan perundingan olehInggris dan Jerman.
Komite Sentral Dokter Sudan, yang dekat dengan para pengunjuk rasa, mengatakan jumlah korban meningkat menjadi lebih dari 30 orang dan ratusan orang terluka. Seorang anak berusia delapan tahun disebut termasuk di antara mereka yang tewas.
Cuplikan dari rumah sakit Royal Care pada hari sebelumnya di dekat lokasi aksi duduk itu menunjukkan orang-orang di lantai bangsal menerima perawatan ketika pria berseragam yang duduk di truk pickup berkumpul di luar. Jalan-jalan di ibu kota disebut sebagian kosong pada Senin malam waktu kota itu, padahal biasa jalanan sibuk.
Beberapa jalan diblokade para demonstran yang mendirikan barikade yang terbuat dari batu, batang pohon, dan ban yang terbakar pada hari sebelumnya. Banyak toko dan bisnis tutup di sekitar kota.
Dewan militer telah membantah pasukannya secara paksa membubarkan aksi duduk di depan markas tentara. Namun, para pemimpin protes mengatakan tempat-tempat utama di Khartoum telah dibersihkan.
“Pasukan Dukungan Cepat, batalion tentara dan polisi serta milisi membubarkan aksi damai,” kata Aliansi untuk Kebebasan dan Perubahan.
Mereka juga menyebut tak ada seorang pun yang tersisa di luar markas tentara kecuali mayat yang belum memungkinkan untuk dievakuasi. Asosiasi Profesional Sudan, yang mempelopori protes nasional yang dimulai pada bulan Desember, mengatakan tindakan keras pada hari Senin merupakan ‘pembantaian berdarah’.
Dia menyerukan warga Sudan mengambil bagian dalam pembangkangan sipil total untuk menjatuhkan dewan militer. Mereka juga meminta orang-orang untuk pergi keluar pada Selasa (4/6) untuk mengadakan salat Id.
Mereka mengajak warga berdoa bagi orang-orang yang tewas dan kemudian melakukan demonstrasi secara damai. Kantor berita SUNA mengatakan Idul Fitri di Sudan sendiri telah ditetapkan jatuh pada Rabu (5/6).
Unjuk rasa menentang Bashir yang memerintah selama tiga dasawarsa menyebabkan sang presiden mundur pada April 2019. Namun, demonstran tetap di luar markas tentara dan meminta para jenderal menyerahkan kekuasaan kepada otoritas transisi.(ADI)
Rabat –
Arab Saudi mengumumkan hari raya Idul Fitri 1 Syawal 1440 H jatuh hari ini. Selain Saudi, negara yang merayakan Idul Fitri hari ini adalah Uni Emirat Arab (UEA).
Dilansir dari Morocco World News, Selasa (4/6/2019), pengumuman hari pertama Idul Fitri itu dilakukan usai pihaknya melakukan pengamatan bulan pada Senin (3/6).
Perayaan akan dimulai dengan salat Idul Fitri, yang akan dimulai setelah salat Subuh. Setelah salat, keluarga akan berkumpul untuk makan sarapan pertama mereka di pagi hari setelah sebulan penuh puasa dari fajar hingga matahari terbenam di bulan Ramadhan.
Selain acara keagamaan, Arab Saudi juga mengumumkan serangkaian konser untuk merayakan Idul Fitri. Negara Teluk itu akan menjadi tuan rumah salah satu festival Idul Fitri terbesar di Timur Tengah yang mengumpulkan 13 penyanyi dari seluruh wilayah pada akhir minggu ini.
Sementara itu, negara-negara lain mengumumkan Idul Fitri di negaranya jatuh pada hari Rabu (5/6). Negara-negara itu antara lain Tunisia, Australia, Indonesia, dan Filipina.
Sementara Maroko baru menggelar pengamatan bulan pada hari ini. Artinya, kemungkinan hari raya Idul Fitri di Maroko jatuh pada Rabu.(RIF)
Washington DC –
Seorang pria nekat membakar diri di dekat Gedung Putih, Washington DC, Amerika Serikat (AS). Pria ini langsung diamankan oleh Secret Service.
Seperti dilansir AFP, Kamis (30/5/2019), insiden ini terjadi di Ellipse — sisi sebelah selatan kediaman Presiden AS — tepatnya dekat 15th Street dan Constitution Avenue pada Rabu (29/5) siang waktu setempat.
Secret Service, pengawal kepresidenan AS, langsung mengamankan pria ini dan memberikan pertolongan pertama di lokasi kejadian.
“Personel Secret Service ada di lokasi kejadian membantu @NatlParkService dan @usparkpolicepio dalam memberikan pertolongan pertama,” demikian pernyataan Secret Service via akun Twitternya, merujuk pada otoritas pertamanan dan kepolisian setempat.
Tidak diketahui pasti motif pria ini nekat membakar dirinya sendiri. Identitas pria ini tidak diungkap ke publik.
Insiden semacam ini bukan yang pertama terjadi di sekitar Gedung Putih. Bulan lalu, seorang pria membakar jaket yang dikenakannya di luar pagar Gedung Putih, tepatnya di Pennsylvania Avenue. Akibat aksinya, pria itu mengalami luka bakar yang tidak membahayakan nyawa.(ARF)
Naypyitaw –
Biksu radikal yang kontroversial di Myanmar, Ashin Wirathu, mengaku tak takut ditangkap setelah surat penangkapan terhadapnya diterbitkan pengadilan setempat. Wirathu yang dikenal anti-muslim ini tengah diburu polisi Myanmar atas dakwaan memicu keresahan publik.
Pada Selasa (28/5) waktu setempat, pengadilan setempat menerbitkan perintah penangkapan untuk Wirathu. Perintah penangkapan itu didasarkan pada pasal 124(a) yang menargetkan siapa saja ‘yang berusaha membawa kebencian atau penghinaan atau upaya untuk membangkitkan ketidakpuasan terhadap pemerintah’. Pelanggaran terhadap pasal 124(a) itu memiliki ancaman hukuman maksimum tiga tahun penjara.
Seperti dilansir AFP, Kamis (30/5/2019), Wirathu memberikan tanggapan atas perintah penangkapan itu dalam wawancara via telepon dengan media lokal. Dalam wawancara itu, Wirathu mengakui dirinya sedang berada Yangon dan menyatakan polisi sama sekali belum mendatanginya.
“Jika mereka ingin menangkap saya, mereka bisa melakukannya,” ucap Wirathu dalam wawancara via telepon dengan surat kabar Irrawaddy.
“Saya tidak takut,” tegas biksu kontroversial ini.
Alasan pasti di balik perintah penangkapan ini belum diklarifikasi oleh otoritas Myanmar. Namun diketahui bahwa Wirathu baru-baru ini melontarkan sejumlah pidato provokatif saat hadir dalam rally nasionalis.
Pada April lalu, Wirathu melontarkan serangan verbal untuk pemimpin sipil Myanmar, Aung San Suu Kyi. “Dia berpakaian seperti fashionista, memakai makeup dan berjalan memakai sepatu hak tinggi yang bergaya, menggoyangkan bokongnya di hadapan orang-orang asing,” ucap Wirathu merujuk pada Suu Kyi.
Dalam sebuah acara rally di Yangon, Wirathu diketahui memicu kritikan keras setelah menyatakan bahwa ‘tentara-tentara yang melindungi negara seharusnya disembah seperti Buddha’.
Tidak hanya itu, perilaku Wirathu juga membuat kesal Komisi Nasional Sangha Maha Nayaka — badan majelis tertinggi untuk para biksu Buddha di Myanmar. Pekan lalu, komisi tersebut memanggil Wirathu untuk menghadiri audiensi disiplin terkait ‘keterlibatannya dalam urusan sosial saat rally’. Audiensi itu rencananya akan digelar Kamis (30/5) ini, namun pada Rabu (29/5) kemarin diumumkan ditunda karena ‘situasi terkini’.
Sosok Wirathu tidak asing dengan jeruji besi. Tahun 2003 lalu saat Myanmar masih dikuasai junta militer, Wirathu dijatuhi vonis 25 tahun penjara atas sejumlah dakwaan termasuk memberikan khotbah soal ekstremisme dan menyebarkan buku-buku yang dilarang.
Ketika junta militer lengser, Wirathu dibebaskan tahun 2012 bersama ribuan tahanan politik lainnya. Dia pun kembali pada ajarannya yang beraliran garis keras, menyerukan boikot terhadap bisnis-bisnis milik warga muslim dan melarang pernikahan beda agama.
Tahun 2013, Wirathu muncul dalam sampul majalah ternama TIME dan dijuluki sebagai ‘Wajah Teror Buddha’. Tahun 2015, dia menyebut Utusan Khusus PBB Yanghee Lee sebagai ‘pelacur’.
Badan majelis tertinggi para biksu Buddha di Myanmar pada tahun 2017 lalu melarang seluruh ceramah Wirathu selama satu tahun. Larangan itu diberlakukan karena Wirathu berulang kali menyampaikan ceramah kebencian terhadap agama tertentu, hingga memicu perselisihan komunitas dan menghalangi penegakan hukum. Namun sejak larangan ceramah itu berakhir pada Maret 2018 lalu, Wirathu diketahui kembali berceramah di berbagai acara pro-militer Myanmar.
Pada Januari 2018, Facebook menghapus akun Wirathu setelah serentetan postingan bernada menghasut yang menargetkan Rohingya. Kelompok-kelompok HAM menyebut postingan Wirathu membantu mengobarkan kebencian terhadap minoritas muslim di Myanmar.(ADI)
California –
Seorang bocah laki-laki berusia 4 tahun ‘sangat beruntung’ selamat dari serangan singa gunung di San Diego. Bocah tersebut hanya mengalami cedera kepala.
Dilansir dari ABC News, Rabu (29/5/2019), serangan terjadi di Cagar Alam Los Penasquitos Canyon.
Letnan Scott Bringman dari Departemen Ikan dan Satwa Liar California (CDFW) dalam konferensi pers mengatakan bocah lelaki itu diselamatkan ayahnya saat singa menyerang. Sang ayah melawan balik serang singa dengan melemparkan batu agar singa tersebut kabur.
“Untungnya ayah ada di sana dan menangkis binatang itu,” kata Bringman.
Bocah lelaki yang tak disebutkan namanya itu lalu dilarikan ke Rumah Sakit Anak Rady pada hari Senin.
“Bocah 4 tahun itu dalam kondisi baik, pulih dari cedera dan diharapkan akan segera dibebaskan dari rumah sakit. Keluarga meminta privasi saat ini,” kata seorang juru bicara RS mengatakan dalam sebuah pernyataan.
Petugas lalu mematikan singa tersebut pada Senin (27/5) sore. Bringman mengatakan singa betina dewasa seberat 80 ton tersebut tidak takut pada sipir.
Pejabat belum mengkonfirmasi apakah singa eutanasia adalah hewan yang sama dengan yang menyerang anak berusia 4 tahun, kata Bringman. Pejabat akan menguji singa untuk DNA dari bocah itu.
Bringman mengatakan ini adalah serangan singa gunung pertama di San Diego County dalam lebih dari 20 tahun.(ARF)
Berlin –
Anabel Hernandez menjadi perempuan pertama yang mendapat penghargaan DW Freedom of Speech Award, penghargaan yang diprakarsai oleh Deutsche Welle sejak lima tahun terakhir. Dia memulai karirnya sebagai jurnalis tahun 1993. Sejak masa mahasiswa, dia sudah bergabung dengan harian Reforma. Pada tahun-tahun berikutnya Anabel Hernandez makin dikenal sebagai jurnalis investigatif. Dia sering menulis tentang kasus-kasus korupsi di kalangan pemerintahan, kekerasan seksual dan sindikat narkoba di negaranya.
Fakta-fakta yang digalinya, termasuk tentang kegiatan sindikat narkoba, kemudian dibukukan. Kegiatan Anabel Hernandez membuat dia juga menjadi sasaran kartel narkoba, sehingga dia harus meninggalkan negaranya dan kini hidup di Eropa. Dia mendapat banyak ancaman pembunuhan dan harus memboyong keluarganya keluar dari Meksiko.
“Pada masa-masa dramatis dalam sejarah Meksiko ini, kebisuan telah membunuh lelaki, perempuan dan anak-anak Meksiko, para tokoh masyarakat sipil dan pejuang hak asasi manusia, wakil-wakil pemerintah dan para jurnalis, kata Anabel Hernandez tahun 2012 ketika menerima penghargaan “Golden Pen of Freedom Award” dari asosiasi internasional penerbit buku dan suratkabar WAN-IFRA. Dia menambahkan: “Tetapi memecah kebisuan juga bisa berarti menantang maut.”
Ancaman pembunuhan dan impunitas
Anabel Hernndez tahu betul resiko yang dihadapi masyarakat Meksiko sehubungan dengan tingginya tingkat kriminalitas di negaranya. Ayahnya, yang tidak ingin dia menjadi jurnalis, dibunuh tahun 2000 di Mexico City. Hingga kini polisi belum berhasil mengungkap siapa pembunuhnya. Tapi peristiwa itu justru memicu tekadnya menjadi jurnalis.
Dia memulai kerja investigatifnya tahun 2001. Dia menyelidiki pengeluaran-pengeluaran tidak wajar selama masa pemerintahan Presiden Vicente Fox. Untuk laporan-laporannya dia mendapat penghargaan jurnalistik di Meksiko. Namun tak lama sesudah itu, koran “Milenio” tempatnya bekerja mendapat ancaman kekerasan, dan akhirnya koran itu memutuskan untuk tidak menurunkan berita-berita sensitif lagi.
Tetapi Anabel Hernandez pantang menyerah. Dia melanjutkan investigasinya secara diam-diam. Tahun 2003 dia menerima penghargaan dari UNICEF untuk laporan-laporannya mengenai perbudakan dan pelecehan seksual yang dialami anak-anak perempuan Meksiko di kota San Diego di Kalifornia, AS.
Perang narkoba di Meksiko
Setelah melakukan penyelidikan selama lima tahun, Anabel Hernandez tahun 2010 menerbitkan buku Los Seores del Narco (tahun 2013 terbit versi bahasa Inggrisnya Narcoland: The Mexican Drug Lords And Their Godfathers). Buku itu tidak hanya mengungkap para aktor dibalik sindikat narkoba, melainkan juga mengungkap jaringan sistem penyebaran narkotika yang melibatkan politisi, anggota militer dan para pelaku kalangan bisnis.
Pemaparan kasus-kasus korupsi secara rinci dalam buku ini membuat penulisnya menerima banyak ancaman pembunuhan. Dia akhirnya mendapat perlindungan selama 24 jam. “Fakta yang menyedihkan adalah: Ancaman ini datang dari kalangan pemerintah dan politisi yang berpengaruh”, kata Hernandez.
Dia juga menyelidiki kasus hilangnya 43 pelajar di kota Iguala. Tahun 2016 dia membukukan hasil penyelidikannya dalam buku berjudul La verdadera noche de Iguala. Tahun 2018 diterbitkan dalam versi bahasa Inggris dengan judul: A Massacre in Mexico: The True Story Behind the Missing Forty-Three Students.
Buku ini mengungkap secara detail peristiwa pembunuhan massal para pelajar yang dilakukan oleh sebuah komplotan yang terdiri dari para birokrat dan anggota militer yang korup, didukung oleh geng narkoba. Para pelajar itu dibunuh ketika sedang menuju ke Mexico City untuk ikut dalam sebuah aksi protes.
Penerbitan buku itu membuat ancaman terhadap penulis dan keluarganya makin besar lagi. Anabel Hernandez akhirnya memutuskan untuk meninggalkan Meksiko. Dia pergi dan menetap di AS dan mendalami jurnalisme investigasi di University of California di Berkeley tahun 2014 sampai 2016. (ADI)
JAKARTA,KHATULISTIWAONLINE.COM
Angkatan Laut Australia baru-baru ini diikuti oleh militer China di dekat pulau-pulau di Laut China Selatan, yang secara kontroversial diklaim oleh Beijing.
Departemen Pertahanan Australia mengonfirmasi bahwa mereka melakukan interaksi yang “profesional” dan “ramah” dengan Tentara Pembebasan Rakyat China selama tur Indo-Pasifik Endeavour 2019, sebuah misi keterlibatan Kawasan Angkatan Pertahanan Australia yang selesai pada hari Senin (27/5/2019).
Kapal induk HMAS Canberra telah berlabuh di Darwin, mengakhiri tur selama tujuh bulan di tujuh negara Asia yang melibatkan tiga kapal perang Australia lainnya, pesawat terbang dan lebih dari 1.200 personel pertahanan.
Komodor Udara Richard Owen berbicara kepada ABC di atas kapal induk HMAS Canberra setelah ia tiba di ujung utara Australia itu.
Ia mengatakan Kelompok Tugas Australia melakukan dua transit melalui Laut China Selatan, di mana militer China mengawasi dengan ketat para pengunjung internasional yang melewati perairan yang disengketakan tersebut.
“Itu kontroversial, kami cukup sadar akan hal itu,” kata Komodor Udara Owen.
“Kami transit di utara dan selatan melalui Laut China Selatan di perairan internasional dan kami diikuti angkatan laut lainnya, seperti biasa.”
Personel militer Australia itu dibuntuti dengan ketat oleh militer China pada awal bulan ini ketika mereka pergi ke Vietnam, dan ketika Kelompok Tugas tersebut meninggalkan pelabuhan Cam Ranh.
“Kami peka terhadap semua interaksi angkatan laut, kami terlatih untuk itu, kami menyadari bagaimana mereka akan berperilaku dan bagaimana kami berperilaku, jadi saya sama sekali tidak khawatir tentang hal itu, saya yakin dengan kemampuan Angkatan Laut Australia dan Angkatan Pertahanan Australia, ” kata Komodor Owen.
“Mereka ingin tahu siapa kami, ke mana kami pergi dan apa niat kami, dan orang China sungguh tak berbeda – mereka ramah, mereka profesional.”
Tahun lalu ABC mengungkap tiga kapal perang Australia yang juga ditantang oleh militer China ketika mereka pergi ke Vietnam untuk kunjungan persahabatan tiga hari di kota Ho Chi Minh.
Selama misi Endeavour Indo-Pasifik tahun ini, kapal HMAS Canberra bergabung dengan kapal HMAS Success, HMAS Newcastle dan HMAS Parramatta, serta menerbangkan helikopter tempur maritim MH-60R dan helikopter dukungan maritim MRH-90.(ADI)
Roma –
Pemimpin umat Katolik sedunia, Paus Fransiskus, kembali menyamakan praktik aborsi dengan menyewa seorang pembunuh bayaran. Dia menegaskan bahwa aborsi tidak akan pernah diterima.
Seperti dilansir CNN, Senin (27/5/2019), hal ini disampaikan Paus Fransiskus saat berbicara dalam konferensi internasional anti-aborsi ‘Yes to Life’ yang digelar di Roma, Italia pada Sabtu (25/5) waktu setempat.
Dalam konferensi itu, Paus Fransiskus menegaskan bahwa aborsi tidak akan pernah diterima bahkan dalam kasus saat janin menderita sakit parah. Dia juga mendorong para dokter untuk mendukung para wanita dalam menuntaskan masa kehamilan mereka.
“Apakah sah untuk menghilangnya nyawa manusia untuk menyelesaikan masalah? … Apakah sah untuk menyewa seorang pembunuh bayaran untuk menyelesaikan masalah?” tanya Paus Fransiskus kepada para hadirin.
“Itu tidak sah. Tidak akan pernah (sah untuk) menghilangkan nyawa manusia atau menyewa pembunuh bayaran untuk menyelesaikan masalah,” imbuhnya.
Vatikan menyatakan bahwa sekitar 400 orang dari 70 negara menghadiri konferensi yang disponsori oleh Vatikan ini. Mereka yang hadir mewakili konferensi uskup, keuskupan dan para dokter.
Berbicara dalam konferensi internasional, Paus Fransiskus juga mengkritik ‘budaya dominan’ yang marak akhir-akhir ini, yang menurutnya telah mempromosikan ‘takut dan ketakutan untuk ketidakmampuan’ di dalam anak-anak. Dia juga mengkritik pandangan yang menjadikan aborsi sebagai pilihan.
“Setiap anak yang dihadirkan dalam rahim seorang wanita adalah sebuah karunia,” sebut Paus Fransiskus.
Dalam situasi jika seorang bayi diperkirakan bisa meninggal setelah dilahirkan, Paus Fransiskus menyatakan bahwa bayi itu seharusnya tetap mendapatkan perawatan medis saat masih di dalam rahim. Dia menyebut pendekatan ini bisa membantu orangtua untuk berduka.
“Merawat anak-anak ini membantu orangtua untuk berduka dan tidak hanya memikirkannya sebagai kehilangan, tapi sebagai langkah menuju jalan yang ditempuh bersama,” ucapnya.
Pernyataan Paus Fransiskus yang mengecam aborsi ini bukan yang pertama kali. Tahun lalu, Paus Fransiskus juga menyamakan aborsi dengan ‘menyewa seorang pembunuh bayaran untuk menyelesaikan masalah’ saat bicara di hadapan jemaat di Vatikan.
Gara-gara pernyataannya ini, Paus Fransiskus dihujani kritikan tajam dari aktivis dan politikus pro-pilihan (pro-choice) untuk isu aborsi. Menteri Urusan Keluarga Jerman, Franziska Giffey, menyebut pernyataan Paus Fransiskus itu ‘sepenuhnya tidak bisa diterima’.
Kecaman untuk aborsi yang disampaikan Paus Fransiskus ini muncul saat Amerika Serikat (AS) tengah memanas terkait larangan aborsi yang diberlakukan beberapa negara bagian AS. Awal Mei lalu, Gubernur Georgia Brian Kemp menandatangani Rancangan Undang-undang (RUU) yang melarang aborsi saat telah terdeteksi denyut jantung bayi. Situasi ini bisa terjadi paling cepat enam minggu usia kehamilan, sebelum kebanyakan wanita menyadari mereka mengandung.
Senat negara bagian Alabama yang didominasi Partai Republik baru saja meloloskan aturan hukum yang mengatur larangan aborsi nyaris secara total, termasuk untuk korban pemerkosaan. Berdasarkan aturan hukum di Alabama ini, nantinya setiap dokter yang melakukan prosedur aborsi bisa dipenjara hingga maksimum 99 tahun.(NGO)
Riyadh –
Arab Saudi menembak jatuh sebuah drone (pesawat tanpa awak) yang dipasangi bom yang mengudara di wilayahnya. Drone itu diketahui dikirimkan oleh kelompok pemberontak Houthi yang didukung Iran, rival Saudi.
Seperti dilaporkan kantor berita Saudi Press Agency (SPA) dan dilansir AFP, Senin (27/5/2019), drone yang dipasangi peledak itu digerakkan untuk menyerang Bandara Jizan, salah satu bandara di Saudi, pada Minggu (26/5) waktu setempat.
Disebutkan koalisi pimpinan Saudi dalam memerangi Houthi di Yaman bahwa Angkatan Udara Saudi telah mencegat dan menghancurkan drone tersebut.
Dalam pernyataan melalui sayap media Al-Masirah TV, pemberontak Houthi sebelumnya menyebut drone itu menargetkan hanggar militer yang ada di Bandara Jizan.
Bandara tersebut diketahui digunakan oleh ribuan warga sipil setiap tahunnya. Koalisi pimpinan Saudi menyebut tidak ada korban jiwa akibat drone itu dan memperingatkan adanya reaksi keras dari pemberontak Houthi setelah drone-nya ditembak jatuh.
Serangan drone yang dilancarkan Houthi ini merupakan serangan kedua, setelah pada pada Kamis (23/5) lalu, serangan serupa menargetkan Bandara Najran yang terletak dekat perbatasan Yaman. Serangan saat itu juga melibatkan drone yang dipasangi peledak, namun menargetkan sistem pertahanan udara Patriot.
Diketahui bahwa koalisi pimpinan Saudi mengintervensi konflik Yaman sejak Maret 2015, untuk memukul mundur Houthi yang menguasai ibu kota Sanaa dan memulihkan kekuasaan Presiden Yaman Abedrabbo Mansour Hadi.
Sejak saat itu, konflik Yaman yang terus berkelanjutan telah menewaskan ribuan orang, yang kebanyakan merupakan warga sipil. Badan Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) menyebut konflik Yaman telah menimbulkan krisis kemanusiaan terburuk di dunia, dengan 24,1 juta orang — lebih dari dua pertiga populasi total Yaman — membutuhkan bantuan kemanusiaan.(MAD)
Tokyo – Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menjadi pemimpin asing pertama yang bertemu dengan Kaisar Jepang Naruhito yang baru saja naik takhta. Trump menyatakan dirinya merasa terhormat atas momen ini.
Seperti dilansir AFP, Senin (27/5/2019), Trump mendatangi Istana Kekaisaran Jepang di Tokyo untuk menemui Kaisar Naruhito pada Senin (27/5) waktu setempat. Keduanya saling menyapa kemudian berdiri bersisian di atas karpet merah yang dibentangkan di luar istana sambil lagu kebangsaan AS dan Jepang berkumandang.
Diiringi drumband militer Jepang, Trump yang memakai setelan jas warna gelap dengan dasi merah ini, memeriksa barisan pasukan kehormatan Jepang. Trump juga menyapa puluhan warga Jepang serta para pejabat AS yang ikut dalam kunjungannya, termasuk perunding perdagangan top Gedung Putih Robert Lighthizer.
Kaisar Naruhito yang memakai setelan jas warna gelap dengan dasi biru muda, tampak berdiri di sebelah Trump. Permaisuri Masako, istri Kaisar Naruhito, menemani Melania, istri Trump. Trump menjadi pemimpin asing pertama yang ditemui Kaisar Naruhito sejak dia naik takhta tiga pekan lalu.
Kunjungan Trump ke Istana Kekaisaran Jepang ini menjadi agenda utama dalam kunjungannya selama empat hari ke Jepang. Sejak mendarat di Tokyo pada Sabtu (25/5) lalu, Trump mengawali kunjungan dengan bermain golf, makan bersama lalu menghadiri pertandingan sumo dengan Perdana Menteri (PM) Jepang Shinzo Abe.
Pada Senin (27/5) malam waktu setempat, Trump dan Melania akan menghadiri jamuan makan malam di Istana Kekaisaran Jepang.
Saat makan malam bersama PM Abe dan pasangan masing-masing di restoran Tokyo pada Minggu (26/5) waktu setempat, Trump menyebut dirinya memiliki ‘waktu yang menyenangkan’ selama berada di Jepang. Dia juga sangat menantikan pertemuan perdana dengan Kaisar Naruhito.
“Lebih dari 200 tahun sejak hal seperti ini terjadi. Jadi ini menjadi sebuah kehormatan besar untuk mewakili Amerika Serikat,” ucap Trump, merujuk pada turun takhtanya Kaisar Akihito, ayah Kaisar Naruhito, yang menjadi peristiwa langka dalam dua abad terakhir.
Sejauh ini, kunjungan Trump ke Jepang diwarnai suasana baik dalam agenda-agenda yang ringan dan menyenangkan. PM Abe berharap suasana baik ini akan berlanjut dalam pembicaraan serius soal perdagangan, hubungan militer, isu nuklir Korea Utara dan bertumbuhnya rivalitas antara AS dan China.
Para perunding perdagangan top AS dan Jepang menghabiskan lebih dari dua jam untuk berunding pada Sabtu (25/5) malam lalu, namun gagal mencapai terobosan. Meskipun Jepang menyebut ada banyak ‘kesepahaman’ antara kedua negara.
Pada Selasa (28/5) besok, Trump dijadwalkan untuk bertemu dan berpidato di hadapan tentara AS yang ditugaskan di Jepang. Kedatangan Trump ini menggarisbawahi prioritas AS soal penjualan senjata ke Jepang, yang mempertimbangkan pembenahan Angkatan Udaranya dengan menambah armada jet tempur F-35 buatan AS.(ARF)