Teheran –
Presiden Iran Hassan Rouhani menyampaikan permintaan maaf karena militer Iran secara tak sengaja telah menembak jatuh pesawat sipil Ukraina dan menewaskan 176 orang. Rouhani menyebutnya sebagai kesalahan yang tak termaafkan.
“Republik Islam Iran sangat menyesalkan kesalahan yang membawa bencana ini,” ujar Rouhani dalam cuitan di Twitter seperti dilansir kantor berita AFP, Sabtu (11/1/2020). “Pikiran dan doa saya untuk semua keluarga yang berduka. Saya menyampaikan belasungkawa paling tulus,” imbuhnya.
“Penyelidikan internal Angkatan Bersenjata telah menyimpulkan bahwa disesalkan, rudal yang ditembakkan karena kesalahan manusia telah menyebabkan jatuhnya pesawat Ukraina dan kematian 176 orang tak bersalah,” imbuh Rouhani.
“Penyelidikan berlanjut untuk mengidentifikasi & mengusut tragedi besar & kesalahan tak termaafkan ini,” tegas Rouhani.
Pesawat penumpang milik maskapai Ukraine International Airlines tersebut ditembak jatuh pada Rabu (8/1) pagi waktu setempat, beberapa jam setelah Iran melancarkan serangan rudal balistik ke dua pangkalan militer yang menjadi markas pasukan Amerika Serikat di Irak. Serangan rudal itu sebagai pembalasan atas tewasnya jenderal Iran, Qassem Soleimani dalam serangan udara AS di Baghdad, Irak pada 3 Januari lalu.
Dalam statemen militer Iran yang dirilis media pemerintah Iran dan dilansir Associated Press, Sabtu (11/1/2020), militer menyatakan bahwa pesawat Boeing 737 tersebut telah secara keliru dikira sebagai “target musuh” setelah pesawat itu mengarah menuju “pusat militer sensitif” Garda Revolusi. Disebutkan bahwa saat itu, militer Iran dalam “kesiapan level tertinggi” di tengah meningkatnya ketegangan dengan AS.
“Dalam kondisi seperti itu, dikarenakan kesalahan manusia dan dalam cara yang tak disengaja, penerbangan itu ditembak,” demikian statemen militer Iran. Militer Iran pun meminta maaf atas musibah itu dan menyatakan akan memperbaiki sistemnya untuk mencegah terulangnya kesalahan serupa di masa mendatang.
Pengakuan ini disampaikan Iran setelah berhari-hari membantah bahwa pihaknya bertanggung jawab atas jatuhnya pesawat sipil Ukraina tersebut di Iran. Pemerintah Amerika Serikat dan Kanada telah menyatakan bahwa mereka yakin Iran telah menembak jatuh pesawat tersebut dengan sebuah rudal darat-ke-udara. Kesimpulan ini didukung oleh video amatir mengenai insiden tragis itu.(VAN)
Teheran –
Militer Iran akhirnya mengaku telah secara tak sengaja menembak jatuh pesawat penumpang milik maskapai Ukraina, yang menewaskan 176 orang. Pengakuan ini disampaikan setelah pemerintah Iran berulang kali membantah rudalnya telah menyebabkan jatuhnya pesawat sipil tersebut.
Seperti diberitakan kantor berita Associated Press, Sabtu (11/1/2020), pemerintah Iran telah membantah selama berhari-hari bahwa pihaknya bertanggung jawab atas jatuhnya pesawat sipil Ukraina tersebut di Iran. Namun kemudian pemerintah Amerika Serikat dan Kanada menyatakan bahwa mereka yakin Iran telah menembak jatuh pesawat tersebut dengan sebuah rudal darat-ke-udara. Kesimpulan ini didukung oleh video amatir mengenai insiden tragis itu.
“Ini langkah benar pertama bagi pemerintah Iran untuk mengakui tanggung jawab, dan memberi orang-orang satu langkah maju menuju penyelesaian dengan pengakuan ini,” Payman Parseyan, seorang tokoh Iran-Kanada di Kanada barat yang kehilangan sejumlah teman dalam peristiwa tersebut.
“Saya pikir investigasi akan mengungkap hal itu apakah mereka mengakuinya atau tidak. Ini akan memberi mereka kesempatan untuk menyelamatkan muka,” imbuhnya.
Sebelumnya, otoritas penerbangan Iran juga membantah tuduhan negara-negara Barat yang menyebut pesawat maskapai Ukraina dijatuhkan oleh rudal Iran. Ditegaskan Iran bahwa ada koordinasi erat antara otoritas pertahanan udara dan departemen penerbangan sipil.
Seperti dilansir Associated Press, Jumat (10/1/2020), bantahan ini disampaikan oleh Kepala Departemen Penerbangan Nasional Iran, Ali Abedzadeh, yang secara yakin menyatakan tidak ada rudal yang mengenai pesawat maskapai Ukraine International Airlines yang membawa 176 penumpang dan awak tersebut.
“Yang jelas bagi kami, dan yang bisa kami katakan dengan pasti, adalah tidak ada rudal yang mengenai pesawat,” tegas Abedzadeh dalam konferensi pers di Teheran.
“Jika mereka sangat yakin, mereka seharusnya datang dan menunjukkan temuan mereka kepada dunia,” imbuhnya, merujuk pada negara-negara Barat yang menyebut rudal Iran menjatuhkan pesawat maskapai Ukraina.
Jatuhnya pesawat jenis Boeing 737-800 itu terjadi pada Rabu (8/1) pagi waktu setempat, atau beberapa jam usai Iran melancarkan serangan rudal terhadap dua pangkalan militer Irak yang menjadi markas tentara AS. Serangan rudal ini untuk membalas kematian seorang jenderal Iran, Qassem Soleimani dalam serangan udara AS di Baghdad, Irak pada 3 Januari lalu.(RIF)
Teheran –
Sebuah video amatir menunjukkan sebuah rudal ditembakkan ke langit Teheran, Iran dan mengenai sebuah objek di udara. Pada saat bersamaan, sebuah pesawat milik maskapai Ukraina jatuh sesaat setelah lepas landas di Teheran.
Seperti dilansir CNN, Jumat (10/1/2020), video amatir itu dikirimkan ke CNN namun belum bisa diverifikasi keasliannya. Namun gedung-gedung yang terlihat dalam rekaman video itu mirip dengan gedung yang ada di wilayah Parand, pinggiran Teheran, ibu kota Iran.
Diketahui bahwa pesawat maskapai Ukraine International Airlines jatuh sesaat usai lepas landas di Bandara Internasional Imam Khomeini Teheran pada Rabu (8/1) waktu setempat. Lokasi jatuhnya pesawat jenis Boeing 737-800 itu ada di sebelah utara pinggiran Teheran.
Video itu didapatkan dari seseorang bernama Nariman Gharib yang mengirimkannya kepada CNN dan New York Times. Dalam video itu terlihat sebuah kilatan cahaya di tengah langit yang masih gelap, yang bergerak ke kanan dan kiri sebelum akhirnya meledak di udara.
Pihak CNN meminta informasi lebih banyak dari Gharib, termasuk soal siapa yang merekam video itu dan bagaimana dia mendapatkannya. Belum ada respons lanjutan dari Gharib.
Sebelumnya, pemimpin negara-negara Barat kompak menyatakan indikasi bahwa pesawat maskapai Ukraina dijatuhkan oleh rudal Iran. Perdana Menteri (PM) Kanada, Justin Trudeau, menyebut bukti-bukti intelijen mengindikasikan pesawat maskapai Ukraina terkena rudal darat-ke-udara (SAM) milik Iran.
“Kami memiliki informasi intelijen dari berbagai sumber termasuk dari sekutu-sekutu kami dan intelijen kami sendiri. Bukti mengindikasikan bahwa pesawat ditembak jatuh oleh sebuah rudal darat-ke-udara milik Iran. Ini bisa jadi tidak disengaja,” ucap Trudeau.
Mendukung Trudeau, PM Inggris Boris Johnson dan PM Australia Scott Morrison juga menyampaikan keterangan senada. Keduanya bahkan menyebut insiden itu bisa jadi tidak disengaja oleh Iran sendiri.
Morrison menyebut ditembak jatuhnya pesawat maskapai Ukraina oleh rudal Iran itu sebagai sebuah kesalahan. “Seluruh informasi intelijen yang diserahkan kepada kami hari ini tidak menunjukkan itu sebagai aksi yang disengaja,” ujar Morrison.
Pesawat Ukraine International Airlines dengan nomor penerbangan PS752 itu sedang mengudara dari Teheran menuju ibu kota Kiev, Ukraina, saat terjatuh sesaat usai lepas landas pada Rabu (8/1) waktu setempat. Pesawat itu diketahui membawa 176 orang yang terdiri atas 167 penumpang dan 9 awak pesawat. Seluruh penumpang dan awak dipastikan tewas.
Data dari otoritas setempat menyebut pesawat itu membawa 82 warga Iran, 63 warga Kanada, 11 warga Ukraina, 10 warga Swedia, empat warga Afghanistan, tiga warga Jerman dan tiga warga Inggris.(MAD)
Teheran –
Penyelidikan otoritas Iran menemukan bahwa pesawat maskapai Ukraina yang jatuh di Iran, putar balik ke bandara setelah mengalami masalah. Saat putar balik itulah, pesawat tersebut jatuh dan menewaskan keseluruhan 176 orang di dalamnya.
Pesawat tersebut jatuh tak lama setelah lepas landas dari Teheran, Iran.
“Pesawat itu, yang pada awalnya menuju ke barat untuk meninggalkan zona bandara, balik kanan setelah terjadi masalah dan kembali ke bandara pada saat kecelakaan,” kata Organisasi Aviasi Sipil Iran di situs resminya seperti dilansir kantor berita AFP, Kamis (9/1/2020).
“Pesawat menghilang dari layar radar saat pesawat mencapai ketinggian 8.000 kaki (2.400 meter). Pilot tidak mengirimkan pesan radio tentang keadaan yang tidak biasa,” demikian disampaikan.
“Menurut saksi mata, api terlihat di atas pesawat yang semakin meningkat intensitasnya,” organisasi itu menambahkan saat melaporkan temuan pertama penyelidikannya mengenai kecelakaan yang terjadi pada Rabu (8/1) tersebut.
Organisasi penerbangan Iran tersebut menyatakan pihaknya telah menanyai saksi mata di darat dan di dalam pesawat kedua yang sedang terbang di atas pesawat Boeing 737 milik maskapai Ukraina tersebut saat kecelakaan terjadi.
Pesawat Ukraine International Airlines dengan nomor penerbangan PS752 itu sedang mengudara dari Teheran menuju ibu kota Kiev, Ukraina, saat kecelakaan terjadi. Pesawat diketahui membawa 176 orang yang terdiri atas 167 penumpang dan 9 awak pesawat. Seluruh penumpang dan awak dipastikan tewas.
Data dari otoritas setempat menyebut banyak warga negara asing di dalam pesawat ini. Pernyataan Menteri Luar Negeri Ukraina, Vadym Prystaiko, yang disampaikan via Twitter menjabarkan bahwa pesawat itu membawa 82 warga Iran, 63 warga Kanada, 11 warga Ukraina, 10 warga Swedia, empat warga Afghanistan, tiga warga Jerman dan tiga warga Inggris.
Kebanyakan penumpang pesawat tersebut diyakini sebagai mahasiswa internasional yang kuliah di universitas-universitas Kanada, yang hendak terbang kembali ke Toronto melalui Kiev, Ukraina, setelah mengunjungi keluarga mereka saat liburan musim dingin.(RIF)
Washington DC –
Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menyalahkan kesepakatan nuklir yang ditandatangani pendahulunya, Presiden Barack Obama, yang disebut berkontribusi pada tindak kekerasan yang dilakukan Iran saat ini. Trump bahkan menyebut kesepakatan nuklir itu telah membantu mendanai aksi-aksi kekerasan Iran.
Seperti dilansir Associated Press, Kamis (9/1/2020), Trump dalam pidato terbaru di Gedung Putih pada Rabu (8/1) waktu setempat saat menanggapi serangan rudal Iran, menyinggung soal kesepakatan nuklir yang disebut Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA) yang ditandatangani Iran dengan negara kekuatan dunia tahun 2015.
AS yang saat itu di bawah Obama turut menandatangani JCPOA, yang isinya mengatur pembatasan program nuklir Iran dan mencabut sanksi-sanksi terhadap Iran.
“Permusuhan Iran meningkat secara substansial setelah kesepakatan nuklir Iran yang bodoh ditandatangani,” sebut Trump dalam pernyataannya.
“Dan mereka (Iran-red) diberi US$ 150 miliar, belum lagi US$ 1,8 miliar secara tunai,” imbuhnya.
Pernyataan Trump soal dana US$ 150 miliar ini tidak sesuai fakta, karena menurut Associated Press, tidak pernah ada pembayaran sebesar itu dari Departemen Keuangan AS maupun dari negara lainnya terhadap Iran. Faktanya, ketika Iran menandatangani kesepakatan multinasional tahun 2015, negara itu kembali mendapatkan akses pada aset-asetnya yang dibekukannya di luar negeri. Dengan kata lain, Iran mendapatkan kembali uangnya setelah menandatangani JCPOA.(NOV)
Baghdad –
Militer Irak memastikan tidak ada tentaranya yang menjadi korban serangan rudal Iran yang ditargetkan terhadap markas tentara Amerika Serikat (AS). Namun tidak diketahui pasti soal korban jiwa dari pihak tentara asing yang ditugaskan di Irak.
“Tidak ada korban di antara pasukan Irak,” tegas militer Irak dalam pernyataan terbaru seperti dilansir AFP, Rabu (8/1/2020).
Tidak disebutkan lebih lanjut oleh militer Irak soal korban jiwa dari pihak tentara asing, khususnya tentara AS yang ditempatkan di pangkalan militer yang diserang rudal Iran pada Rabu (8/1) dini hari waktu setempat.
Dalam pernyataannya, militer Irak hanya menyebutkan bahwa 22 rudal balistik mengenai dua pangkalan militernya pada Rabu (8/1) dini hari, sekitar pukul 01.45 waktu setempat hingga pukul 02.15 waktu setempat. Militer Irak tidak menyebut langsung Iran dalam pernyataannya.
Militer Irak menyebut 17 rudal mengenai pangkalan udara Ain al-Asad, yang menjadi markas tentara asing termasuk pasukan AS dan koalisinya. Lima rudal lainnya disebut mengenai pangkalan militer di Arbil, Irak bagian utara.
Pejabat tinggi dari kota Arbil menuturkan bahwa tidak ada pangkalan militer AS maupun Konsulat AS di wilayah itu yang terkena serangan rudal. Pejabat tinggi yang tidak disebut namanya itu juga menyatakan tidak ada korban jiwa akibat serangan rudal di Arbil.
Sebelumnya, Iran dalam pernyataannya mengklaim ‘puluhan rudal’ diluncurkan terhadap target pangkalan udara Ain al-Asad di Irak. Laporan televisi nasional Iran menyebut serangan rudal itu merupakan respons atas serangan drone AS yang menewaskan Mayor Jenderal Qasem Soleimani, Komandan Pasukan Quds pada Garda Revolusi Iran, yang merupakan salah satu sosok terpenting dalam pemerintahan Iran.
Belum diketahui dampak kerusakan akibat serangan tersebut. Pentagon atau Departemen Pertahanan AS menyatakan proses penaksiran kerusakan tengah berlangsung. Presiden AS Donald Trump sebelumnya menyatakan ‘All is well’ via Twitter setelah Iran melancarkan serangan rudal terhadap markas tentara AS di Irak.
Namun laporan media Iran, IRNA, melaporkan bahwa pesawat-pesawat tempur AS terbakar akibat serangan rudal Iran di Irak. IRNA mengutip informasi dari sejumlah sumber. Otoritas AS belum memberikan tanggapan atas laporan IRNA tersebut.(RIF)
Teheran –
Pesawat maskapai Ukraina jatuh di Iran tak lama setelah lepas landas. Seluruh penumpang tewas.
“Jelas tidak mungkin bahwa penumpang penerbangan PS-752 masih hidup,” kata kepala palang merah Iran seperti dikutip AFP dari kantor berita Iran, ISNA, Rabu (8/1/2020).
Palang merah Iran menyebut ada 170 penumpang dan awak kabin di pesawat tersebut. Sebelumnya, pesawat itu sempat disebut membawa 180 orang.
Pesawat maskapai Ukraine International Airlines itu jatuh tak lama setelah lepas landas dari Bandara Imam Khomeini di Teheran untuk menuju Kiev, Ukraina. Belum ada keterangan dari maskapai terkait insiden ini. Televisi nasional Iran menyatakan bahwa kecelakaan itu akibat masalah teknis.
Pesawat yang jatuh ini merupakan jenis Boeing 737. Juru bicara Boeing menyatakan bahwa mereka telah mengetahui laporan media terkait peristiwa di Iran dan masih mengumpulkan informasi lebih lanjut.
Kecelakaan pesawat ini terjadi hannya beberapa jam setelah Iran meluncurkan serangan rudal yang menargetkan dua markas tentara AS di Irak. Iran dalam pernyataannya menegaskan bahwa ‘puluhan rudal’ diluncurkan terhadap target pangkalan udara Ain al-Asad di Irak, yang menjadi markas tentara AS sebagai balasan atas serangan drone AS yang menewaskan Mayor Jenderal Qasem Soleimani. (RIF)
Teheran –
Ratusan ribu orang memenuhi jalanan kota Teheran, Iran, untuk mengikuti prosesi pemakaman Komandan Pasukan Quds Garda Revolusi Iran, Mayor Jenderal Qasem Soleimani, yang tewas dalam serangan Amerika Serikat (AS). Lautan manusia menyelimuti area sekitar Universitas Teheran yang menjadi lokasi prosesi.
Seperti dilansir AFP dan Associated Press, Senin (6/1/2020), prosesi pemakaman Soleimani digelar di berbagai kota secara berurutan sejak akhir pekan. Para pelayat yang hadir tampak memegang foto Soleimani yang dianggap sebagai pahlawan tanpa pamrih oleh banyak warga Iran. Sebagai Komandan Pasukan Quds, Soleimani banyak memimpin dan mengawasi misi-misi Garda Revolusi Iran di luar negeri.
Laporan koresponden AFP di lokasi menyebut kerumunan massa berkumpul di sekitar Universitas Teheran pada Senin (6/1) waktu setempat. Pemimpin tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, hadir dalam prosesi ini untuk membacakan doa bagi jenazah Soleimani. Prosesi pemakaman Soleimani disiarkan langsung oleh televisi nasional Iran.
Foto-foto dari udara menunjukkan lautan manusia yang berpakaian serba hitam menyemut di sekitar lokasi. Di tengah suhu dingin, warga Iran baik pria dan wanita berjalan kaki bersama dari Alun-alun Enqelab-e-Eslami (Revolusi) menuju ke Universitas Teheran.
“Tumbanglah Amerika Serikat,” demikian bunyi tulisan pada salah satu poster yang dibawa seorang wanita muda yang ikut proses ini.
Soleimani tewas dalam usia 62 tahun akibat serangan drone militer AS pada Jumat (3/1) lalu di dekat Bandara Internasional Baghdad. Serangan itu diperintahkan oleh Presiden AS Donald Trump, yang menyebut Soleimani sedang merencanakan ‘serang besar dan segera’ terhadap diplomat dan personel militer AS di Irak.
Khamenei telah bersumpah akan membalas kematian Soleimani. Dia juga menetapkan masa berkabung selama tiga hari untuk menghormati Soleimani.
Dalam aksi berkabung di Teheran pada Senin (6/1) pagi waktu setempat, para pelayat yang berpakaian serba hitam bergerak di sepanjang ruas jalan Enqelab — ruas jalan utama di Teheran — sambil membawa bendera Syiah warna merah dengan tulisan berwarna putih.
Salah satu pelayat membawa poster bertuliskan #hard_revenge. Para pelayat lainnya meneriakkan slogan berbunyi ‘Matilah Amerika’ dan ‘Matilah Israel’. Selain bendera Iran, terdapat juga bendera Irak dan Lebanon yang dibawa para pelayat.
Proses pemakaman Soleimani digelar di Iran setelah jenazahnya tiba dari Irak pada akhir pekan. Jenazah Soleimani diarak dari kota Ahvaz menuju kota Mashhad. Garda Revolusi Iran menyatakan prosesi pemakaman pada Minggu (5/1) malam terpaksa dibatalkan karena membeludaknya para pelayat.
Arak-arakan jenazah Soleimani juga akan digelar di kota Qom dan Teheran pada Senin (6/1) waktu setempat. Rencananya, jenazah Soleimani akan dimakamkan di kota asalnya di Kerman pada Selasa (7/1) besok.(RIF)
Florida –
Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menegaskan dirinya memerintahkan pembunuhan Mayor Jenderal Qasem Soleimani untuk menghentikan perang, bukan untuk memulai perang baru. Diungkapkan Trump bahwa Soleimani sedang merencanakan serangan jahat terhadap diplomat dan tentara AS.
Seperti dilansir AFP dan CNN, Sabtu (4/1/2020), Trump dalam pernyataan yang disiarkan televisi dari Florida pada Jumat (3/1) waktu setempat, memberikan komentar terbaru soal serangan udara AS di Baghdad, Irak, yang menewaskan Soleimani yang menjabat Komandan Pasukan Quds pada Garda Revolusi Iran.
Total lima personel Garda Revolusi Iran dan lima anggota milisi Hashed al-Shaabi yang pro-Iran tewas dalam serangan yang dilancarkan oleh drone militer AS di luar kompleks Bandara Internasional Baghdad pada Jumat (3/1) pagi waktu setempat.
Serangan drone itu mengenai dua kendaraan yang ditumpangi Soleimani dan seorang wakil komandan Hashed, Abu Mahdi al-Muhandis. Sebagai Komandan Pasukan Quds, Soleimani bertugas memimpin dan mengawasi misi-misi Garda Revolusi Iran di luar negeri.
“Soleimani merencanakan serangan segera dan jahat terhadap para diplomat dan personel militer Amerika tapi kita menangkapnya saat beraksi dan mengakhirinya,” ucap Trump kepada wartawan di resor Mar-a-Lago miliknya di Florida.
Trump menyebut Soleimani sebagai sosok kejam yang ‘menjadikan kematian orang-orang tak bersalah sebagai keinginannya yang sakit’. “Kita merasa nyaman bahwa kekuasaan terornya telah berakhir,” imbuhnya.(DAB)
Washington DC –
Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump disebut telah memerintahkan pembunuhan Komandan Garda Revolusi Iran, Jenderal Qasem Soleimani, yang tewas dalam serangan di Bandara Baghdad, Irak. Pentagon menyebutnya sebagai ‘langkah defensif yang tegas untuk melindungi personel AS di luar negeri’.
Seperti dilansir AFP, Jumat (3/1/2019), usai kabar kematian Soleimani mencuat, Trump memposting gambar bendera nasional via Twitter, tanpa penjelasan lebih lanjut. Pentagon atau Departemen Pertahanan AS kemudian merilis pernyataan resmi.
“Atas arahan Presiden (Donald Trump-red), militer AS telah mengambil langkah defensif tegas untuk melindungi personel AS di luar negeri dengan membunuh Qasem Soleimani, kepala Pasukan Quds pada Garda Revolusi Iran, yang ditetapkan AS sebagai Organisasi Teroris Asing,” ungkap Pentagon.
“Serangan itu bertujuan untuk menangkal rencana serangan Iran di masa mendatang,” imbuh Pentagon dalam pernyataannya.
Garda Revolusi Iran telah mengonfirmasi kematian Soleimani dalam serangan udara yang dilancarkan helikopter-helikopter militer AS di Bandara Internasional Baghdad, pada Jumat (3/1) pagi waktu setempat. Serangan udara itu juga dilaporkan menewaskan Abu Mahdi al-Muhandis yang menjabat wakil komandan Hashed al-Shaabi atau Pasukan Mobilisasi Populer (PMF) — milisi pro-Iran di Irak.
Diketahui bahwa pekan ini, anggota milisi Hashed al-Shaabi bersama warga Irak menyerbu dan mengepung Kedutaan Besar AS di Bagdhad untuk meluapkan kemarahan atas serangan udara AS terhadap markas milisi Hashed. AS sebelumnya menyebut serangan ke markas milisi Hashed merupakan respons atas serangan roket yang menewaskan seorang kontraktor sipil AS di Irak.
Sumber keamanan Irak menuturkan kepada AFP bahwa serangan udara AS itu mengenai konvoi milisi Hashed yang menjemput Soleimani dari bandara Baghdad. Sedikitnya 8 orang termasuk Soleimani dan Al-Muhandis tewas dalam serangan itu.
Selain memimpin Pasukan Quds pada Garda Revolusi Iran, Soleimani juga diketahui menjadi pointman — sosok yang selalu ada di garda terdepan — bagi Iran dalam situasi konflik di Irak.
“Jenderal Soleimani secara aktif mengembangkan rencana untuk menyerang diplomat-diplomat dan personel militer Amerika di Irak dan sekitarnya. Jenderal Soleimani dan Pasukan Quds yang dipimpinnya, bertanggung jawab atas kematian ratusan warga Amerika dan anggota koalisi dan melukai ribuan orang lainnya,” sebut Pentagon dalam pernyataannya.
Lebih lanjut disebutkan Pentagon bahwa Soleimani telah mengatur serangan terhadap pangkalan-pangkalan koalisi di Irak dalam beberapa bulan terakhir, termasuk pada 27 Desember 2018 saat serangan roket menewaskan seorang kontraktor sipil AS di Irak.
“Jenderal Soleimani juga menyetujui serangan-serangan terhadap Kedutaan Besar AS di Baghdad yang terjadi pekan ini,” ujar Pentagon.(RIF)