Canberra –
Grup media unggulan Australia milik Rupert Murdoch, News Corp, hari ini mengumumkan akan menghentikan edisi cetak sekitar 60 surat kabar regional. Ini dilakukan karena sektor yang bermasalah tersebut menerima pukulan baru dari penurunan iklan di masa pandemi virus corona.
News Corp menyatakan, surat-surat kabar di negara bagian New South Wales, Victoria, Queensland dan Australia Selatan akan menghentikan edisi cetak dan beralih ke online.
“Kami tidak mengambil keputusan ini dengan mudah,” kata Australasia Executive Chairman News Corp, Michael Miller seperti dilansir kantor berita AFP, Rabu (1/4/2020).
“Krisis coronavirus telah menciptakan tekanan ekonomi yang belum pernah terjadi sebelumnya dan kami melakukan semua yang kami bisa untuk mempertahankan pekerja sebanyak mungkin,” ujar Miller.
“Penghentian edisi cetak komunitas kami telah dipaksakan kepada kami oleh penurunan cepat dalam pendapatan iklan setelah pembatasan yang diterapkan pada lelang real estate dan inspeksi rumah, penutupan terpaksa tempat-tempat acara dan restoran setelah darurat coronavirus,” tuturnya.
Banyak kelompok media Australia telah bergeser untuk fokus ke konten online sebelum pandemi virus corona dimulai.
Pengumuman ini mengikuti serangkaian pengumuman penutupan media Australia, termasuk wire nasional AAP, yang akan berhenti beroperasi akhir tahun ini.(RIF)
Madrid –
Otoritas Spanyol melaporkan adanya lonjakan 9.222 kasus virus Corona (COVID-19) dalam 24 jam. Jumlah total kasus virus Corona di negara ini melampaui 94 ribu kasus.
Seperti dilansir AFP, Selasa (31/3/2020), otoritas Spanyol kembali memperbarui data mereka untuk jumlah total kasus dan jumlah korban meninggal akibat virus Corona di wilayahnya.
Diumumkan pada Selasa (31/3) waktu setempat bahwa sedikitnya 849 orang meninggal dalam sehari akibat virus Corona. Jumlah ini mencetak rekor terbaru untuk kematian tertinggi dalam sehari di Spanyol.
Secara total, dikonfirmasi 8.189 orang meninggal dunia akibat virus Corona di negara tersebut.
Angka tersebut menjadikan Spanyol sebagai negara kedua dengan jumlah korban meninggal terbanyak, setelah Italia yang sejauh ini melaporkan lebih dari 11 ribu orang meninggal dunia.
Laporan terbaru otoritas Spanyol menyebut adanya tambahan 9.222 kasus baru dalam 24 jam tersebut. Dengan demikian, jumlah total kasus virus Corona di wilayah Spanyol kini mencapai 94.417 kasus.
Dengan angka ini, Spanyol menjadi negara ketiga dengan kasus virus Corona terbanyak di dunia, setelah Amerika Serikat (lebih dari 164 ribu kasus) dan Italia (lebih dari 101 ribu kasus).(NOV)
Florida –
Seorang pendeta di Florida, Amerika Serikat (AS), ditangkap karena ‘berulang kali’ mengabaikan perintah tetap di rumah (stay-at-home) yang diberlakukan demi memperlambat penyebaran virus Corona (COVID-19). Pastor bernama Ronald Howard-Browne ini nekat menggelar kebaktian yang dihadiri ratusan jemaatnya.
Seperti dilansir AFP dan Reuters, Selasa (31/3/2020), pendeta Howard-Browne yang berusia 58 tahun ini ditangkap polisi pada Senin (30/3) waktu setempat atas tuduhan menggelar acara berkumpul tanpa izin dan melanggar perintah karantina. Diketahui bahwa perintah darurat kesehatan membatasi perkumpulan publik di wilayah Florida hanya boleh dihadiri kurang dari 10 orang dan meminta warga tetap di rumah, kecuali ada keperluan sangat penting.
Pendeta Howard-Browne diketahui tetap menggelar dua kebaktian di Tampa, Florida, pada Minggu (29/3) waktu setempat, yang dihadiri ratusan jemaat. Beberapa jemaat dibawa ke lokasi kebaktian dengan bus khusus yang disediakan pihak gereja.
“Pendeta ini secara sengaja dan berulang kali mengabaikan perintah kesehatan publik yang diberlakukan negara bagian maupun lokal, yang menempatkan jemaat dan masyarakat dalam bahaya,” sebut Sheriff Hillsborough, Chad Chronister, dalam pernyataan via Twitter.
Pendeta Howard-Browne yang diketahui merupakan pendukung setia Presiden Donald Trump ini, disebut tidak percaya bahwa virus Corona adalah penyakit serius dan menuduh pers telah ‘membangkitkan kefanatikan dan kebencian agama’. Dia menganggap gerejanya, yang bernama The River at Tampa Bay Church, merupakan layanan penting yang harus tetap buka selama pandemi virus Corona.
“Sikapnya yang secara sembrono mengabaikan nyawa manusia dengan menempatkan ratusan jemaatya dalam risiko (terinfeksi virus Corona) dan ribuan warga lainnya yang mungkin berinteraksi dengan mereka, pekan ini, dalam bahaya,” tegas Chronister dalam konferensi pers.(RIF)
Tel Aviv –
Kementerian Pertahanan Israel berencana menggunakan software (perangkat lunak) yang menganalisis data yang dikumpulkan dari telepon-telepon genggam (ponsel), untuk membantu mencari orang-orang yang kemungkinan membawa virus Corona (COVID-19) di wilayahnya.
Seperti dilansir Reuters dan Channel News Asia, Selasa (31/3/2020), Menteri Pertahanan Israel, Naftali Bennett, menuturkan kepada wartawan setempat bahwa penggunaan software bernama ‘coronameter’ itu masih membutuhkan persetujuan dari kabinet pemerintahan — yang kemungkinan besar akan diberikan.
Masih dibutuhkan juga penilaian untuk masalah privasi dari Jaksa Agung Israel, yang memiliki wewenang untuk menolaknya. Namun, begitu disetujui, operasional software ini bisa segera dilakukan dalam 48 jam.
Saat ini, Israel telah memeriksa sekitar 5 ribu orang per hari terkait virus Corona dan memberlakukan karantina ketat terhadap orang-orang yang dinyatakan terinfeksi. Otoritas Israel berniat untuk semakin menambah jumlah pemeriksaan dalam sehari.
Untuk membantu memutuskan siapa-siapa saja yang akan diperiksa, Israel menggunakan pengawasan level militer dalam melacak pergerakan warganya — yang sempat menuai kritikan soal invasi privasi dari kelompok HAM setempat.
Sejauh ini, otoritas Israel melaporkan 4.347 kasus virus Corona di wilayahnya, dengan 16 orang meninggal dunia. Pada Senin (30/3) waktu setempat, Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, menjalani isolasi diri (self-isolation) setelah salah satu ajudannya dinyatakan positif virus Corona.
Lebih lanjut, Bennett menyebut bahwa pelacakan telepon genggam dan data geolokasi yang kini digunakan, tidak lagi efektif dalam mencari orang-orang yang diduga kuat membawa virus Corona.
Menurut media-media lokal Israel, sistem ini memberikan peringkat 1 – 10 untuk kemungkinan seseorang membawa virus Corona. Informasi ini di-update secara real time dan bisa mengalami lonjakan jika seseorang mengunjungi sebuah toko bahan makanan di mana ada sejumlah pembawa virus Corona lainnya terdeteksi.
Media lokal Israel juga melaporkan bahwa software ini dikembangkan dalam kerja sama dengan sebuah perusahaan spyware bernama NSO. Diketahui bahwa NSO tengah diselidiki oleh Biro Investigasi Federal (FBI) atas kecurigaan peretasan warga dan perusahaan AS, serta mengumpulkan informasi intelijen pemerintah AS.
Pihak WhatsApp, yang ada di bawah Facebook, menggugat NSO pada Oktober tahun lalu setelah menemukan bukti bahwa NSO menyalahgunakan celah dalam aplikasi chat populer itu untuk membajak ratusan telepon genggam dari jarak jauh.
NSO enggan berkomentar dan Bennett menyatakan dirinya tidak akan ‘mengumumkan siapa dan apa (yang memproduksi software), karena ada elemen kompleks dalam konteks ini’. Namun dia menyatakan, meskipun tidak sempurna, software baru ini menjadi opsi terbaik yang ada dalam mencari pembawa virus Corona.(NOV)
Tel Aviv –
Seorang ajudan untuk Perdana Menteri (PM) Israel, Benjamin Netanyahu, dinyatakan positif virus Corona (COVID-19). Temuan awal mengindikasikan sang ajudan tidak memberikan risiko penularan kepada Netanyahu yang berusia 70 tahun.
Namun sebagai langkah pencegahan, seperti dilansir Reuters dan Channel News Asia, Senin (30/3/2020), Netanyahu telah dijadwalkan untuk menjalani pemeriksaan virus Corona pada Selasa (31/3) besok. Diketahui bahwa Netanyahu telah menjalani pemeriksaan pada 15 Maret lalu dan hasilnya dinyatakan negatif.
Aturan dari Kementerian Kesehatan Israel pada dasarnya menginstruksikan isolasi diri (self-isolation) selama 14 hari bagi siapa saja yang dianggap berada dalam jarak dekat dengan seseorang yang membawa atau terinfeksi virus Corona.
Sang ajudan yang positif virus Corona ini tidak diungkap identitasnya ke publik, hanya disebut berjenis kelamin perempuan.
Laporan media-media Israel menyebut bahwa sang ajudan sempat hadir dalam sidang parlemen yang digelar pekan lalu dan dihadiri Netanyahu juga para anggota parlemen dari kelompok oposisi. Sidang parlemen tersebut membahas upaya penanganan krisis yang dipicu virus Corona.
“Penilaian awal menyatakan tidak ada keperluan bagi Perdana Menteri (Netanyahu-red) untuk mengisolasi diri karena dia tidak melakukan kontak dekat dengan pasien, dia juga tidak bertemu dengannya,” sebut seorang pejabat Israel yang enggan disebut namanya.
Otoritas Israel sejauh ini melaporkan 4.347 kasus virus Corona di wilayahnya, dengan 15 orang meninggal dunia.
Kementerian Kesehatan Israel memperingatkan bahwa jumlah korban meninggal akibat virus Corona bisa mencapai ribuan orang pada akhirnya. Netanyahu harus menghadiri sidang parlemen pada awal pekan ini untuk membahas rencana lockdown parsial. Ditegaskan pejabat Israel bahwa Netanyahu telah mematuhi saran medis yang diberikan dan menggelar sebagian besar rapat via video-conference.(DAB)
Ottawa –
Istri Perdana Menteri (PM) Kanada Justin Trudeau yang terinfeksi virus corona, telah dinyatakan sembuh dari penyakit mematikan itu. Namun sang PM Kanada menyatakan bahwa dirinya masih akan terus melakukan karantina mandiri hingga 14 hari lagi.
PM Trudeau mengatakan, meskipun sang istri, Sophie Gregoire Trudeau telah dinyatakan sembuh oleh para dokter pada Sabtu (28/3) waktu setempat, dan dirinya tidak mengalami gejala sakit, namun dia “telah tinggal seatap dengan seseorang yang dites positif COVID-19.”
“Saya harus terus dalam isolasi untuk memastikan bahwa kami mengikuti semua protokol dan rekomendasi oleh Kesehatan Kanada,” kata Trudeau seperti dilansir kantor berita AFP, Senin (30/3/2020).
Trudeau mengatakan, dikarenakan para dokter tidak tahu pasti kapan istrinya bebas dari virus corona, maka sang PM mengatakan bahwa dirinya akan terus menjalani isolasi diri hingga 14 hari ke depan.
PM Trudeau telah menjalani karantina mandiri sejak istrinya dinyatakan positif coronavirus pada 12 Maret lalu usai perjalanan ke London, Inggris.
Menurut data dari Johns Hopkins University, hingga Minggu (29/3) waktu setempat, sebanyak 6.243 warga Kanada dinyatakan positif coronavirus, dengan 64 orang meninggal.(DAB)
Washington –
Ilmuwan senior Amerika Serikat Dr. Anthony Fauci mengeluarkan prediksi bahwa virus corona bisa merenggut hingga 200 ribu nyawa di AS.
Dr. Fauci, yang memimpin riset penyakit menular di National Institutes of Health, memperkirakan bahwa antara 100 ribu hingga 200 ribu kematian terkait virus corona bisa terjadi di AS, dengan jutaan kasus infeksi coronavirus. Dia tidak sependapat dengan prediksi terparah yang menyebut kematian akan mencapai sekitar 1 juta orang atau lebih.
Namun Fauci yang merupakan anggota terkemuka gugus tugas coronavirus yang dibentuk Presiden Donald Trump tersebut mengingatkan untuk tidak berpatokan pada perkiraan tersebut.
“Saya tidak ingin terikat dengan itu. Ini seperti target yang bergerak sehingga Anda dengan mudah bisa salah dan menyesatkan orang,” ujar ilmuwan tersebut seperti dilansir kantor berita AFP, Senin (30/3/2020).
Untuk perbandingan, wabah flu di AS pada tahun 2018-2019 menewaskan 34 ribu orang.
Di AS, hanya butuh waktu sebulan untuk bergerak dari kematian pertama pasien virus corona pada 29 Februari, menjadi 1.000 kematian. Namun dalam dua hari pekan ini, angka tersebut telah meningkat dua kali lipat menjadi hampir 2.200 kematian pada Minggu (29/3) waktu setempat.
Menurut data yang dirilis Johns Hopkins University, hingga Minggu (29/3) waktu setempat, total 136.880 kasus telah tercatat di AS. Ini menjadikan AS sebagai negara dengan jumlah kasus infeksi virus corona tertinggi di dunia, melampaui Italia, China dan Spanyol.
Negara bagian New York yang menjadi episentrum wabah coronavirus di AS, hingga kini telah mencatat hampir 60 ribu kasus dan 965 kematian. Demikian menurut statemen yang dirilis pada Minggu (29/3) oleh Gubernur New York, Andrew Cuomo.
Sementara itu, Ketua DPR AS, Nancy Pelosi menyalahkan Trump atas kematian yang terjadi karena awalnya meremehkan pandemi virus corona.
“Penyangkalan dia di awal terbukti mematikan,” katanya di acara “State of the Union” di televisi CNN. “Jangan main-main saat orang-orang meninggal, Tuan Presiden,” cetusnya.(RIF)
Paris –
Otoritas Prancis melaporkan 365 orang meninggal akibat virus Corona dalam 24 jam terakhir. Salah satunya seorang remaja perempuan berusia 16 tahun yang tidak memiliki penyakit bawaan.
Seperti dilansir AFP, Jumat (27/3/2020), otoritas kesehatan Prancis menyatakan jumlah total korban meninggal akibat virus Corona di wilayahnya kini mencapai 1.696 orang. Tambah 365 orang meninggal dalam 24 jam merupakan jumlah korban meninggal tertinggi dalam sehari di Prancis.
Pejabat tinggi kesehatan Prancis, Jerome Salomon, menuturkan kepada wartawan bahwa total jumlah korban meninggal yang diumumkan, tidak menyertakan para pasien yang meninggal akibat virus Corona di rumah atau di panti-panti jompo.
Seorang remaja perempuan, yang disebut bernama Julie A, meninggal dunia di Paris. Remaja berusia 16 tahun ini menjadi korban meninggal akibat virus Corona, dengan usia termuda di Prancis. Diketahui bahwa virus Corona lebih berdampak parah pada orang lanjut usia (lansia) atau orang dengan penyakit bawaan.
“Tidak tertahankan,” ucap ibunda remaja itu, Sabine, kepada AFP via telepon dari kediamannya di pinggiran Paris. “Kita seharusnya menjalani hidup biasa,” imbuhnya.
Sepekan lalu, remaja itu mengalami batuk ringan. Tapi pada Sabtu (21/3) waktu setempat, remaja ini mulai mengalami sesak napas. Remaja ini lantas menjalani pemeriksaan di rumah sakit dan menjalani pemeriksaan virus Corona. Dia dinyatakan positif virus Corona dan dirawat di rumah sakit setempat. Namun sayang, kondisinya memburuk dan dia dinyatakan meninggal dunia pada Kamis (26/3) waktu setempat. Remaja ini tidak memiliki penyakit bawaan.(RIF)
Washington DC –
Otoritas Amerika Serikat (AS) resmi mendakwa Presiden Venezuela, Nicolas Maduro dan sejumlah pejabat Venezuela atas dakwaan ‘terorisme narkoba’. Imbalan sebesar US$ 15 juta atau setara Rp 238 miliar ditawarkan AS untuk setiap informasi yang mengarah pada penangkapan Maduro.
Seperti dilansir AFP, Jumat (27/3/2020), Departemen Kehakiman AS dalam dakwaannya menuduh Maduro memimpin sebuah geng pengedar kokain bernama ‘The Cartel of the Suns’, yang mengedarkan ratusan ton narkotika ke wilayah AS dalam dua dekade terakhir. Geng narkoba ini diyakini meraup ratusan juta dolar AS.
Disebutkan penyidik AS bahwa kartel pimpin Maduro bekerja sama dengan kelompok pemberontak bernama Pasukan Bersenjata Revolusioner Kolombia (FARC), yang telah dilabeli AS sebagai ‘organisasi teroris’. FARC diyakini telah terlibat praktik perdagangan narkoba sejak tahun 1999 lalu.
AS mendakwa Maduro, yang menjabat Presiden Venezuela sejak tahun 2013, telah menggunakan kokain sebagai ‘senjata’ untuk merusak masyarakat AS.
“Selama lebih dari 20 tahun, Maduro dan sejumlah pejabat tinggi yang menjadi koleganya diduga berkonspirasi dengan FARC, membuat berton-ton kokain masuk dan menghancurkan masyarakat Amerika,” tegas Jaksa Agung AS, Bill Barr, dalam dokumen dakwaan itu.
“Inilah saatnya untuk meminta pertanggungjawaban rezim ini atas apa yang dilakukannya. Rezim Maduro dibanjiri korupsi dan kriminalitas,” imbuhnya.
Maduro merupakan salah satu dari 16 pejabat dan mantan pejabat tinggi Venezuela, beserta dua pemimpin FARC, yang dijerat atas serangkaian dakwaan tindak pidana perdagangan narkoba dan pencucian uang oleh AS.
Departemen Kehakiman AS menyatakan pihaknya menargetkan tindak korupsi luas oleh jajaran pejabat tinggi Venezuela, yang disinyalir menjadi penyebab kemiskinan memprihatinkan di negara tersebut.
“Anda memuakkan, Donald Trump!” ucap Maduro dalam pernyataan dari Istana Kepresidenan Venezuela di Carcas, yang disiarkan televisi setempat, Kamis (26/3) tengah malam. Sejumlah pejabat Venezuela yang ikut didakwa AS, tampak mendampingi Maduro saat menyampaikan pernyataan itu.
Disebutkan Maduro bahwa tuduhan AS yang disebutnya ‘tuduhan palsu’. Maduro juga menyebut tuduhan itu sebagai konspirasi yang diatur oleh AS dan Kolombia untuk melengserkan dirinya.
Dakwaan terhadap Maduro ini menandai dakwaan pidana langka yang dijeratkan terhadap seorang kepala negara lain. Namun Barr menekankan bahwa AS tidak lagi mengakui Maduro sebagai pemimpin Venezuela yang sah. Lebih dari 50 negara termasuk AS telah menyatakan dukungan bagi pemimpin oposisi Venezuela, Juan Guaido, saat dia menetapkan dirinya sebagai pelaksana tugas (Plt) Presiden Venezuela usai pemilu tahun 2018 yang dipandang sarat kecurangan.
Maduro terancam hukuman maksimum penjara seumur hidup jika diadili dan dinyatakan bersalah atas dakwaan terorisme narkoba tersebut. Namun tidak diketahui secara pasti bagaimana otoritas AS akan membawa Maduro ke pengadilan.(NOV)
Moskow –
Pemerintah Rusia akan menghentikan sementara seluruh penerbangan internasional dalam upaya membatasi penyebaran virus Corona atau COVID-19.
Seperti dilansir AFP dan South China Morning Post (SCMP), Kamis (26/3/2020), langkah ini diatur dalam sebuah dekrit pemerintah yang dirilis Kamis (26/3) waktu setempat. Dekrit itu memerintahkan otoritas penerbangan sipil Rusia untuk menghentikan sementara seluruh penerbangan regular dan charter dari dan ke Rusia.
Penghentian sementara akan mulai berlaku pada Jumat (27/3) besok. Tidak disebut lebih lanjut hingga kapan penghentian akan dilakukan.
Ada pengecualian yang diterapkan, yakni untuk penerbangan khusus yang mengevakuasi warga Rusia dari luar negeri. Atau dengan kata lain, setiap maskapai Rusia masih diizinkan terbang ke negara lain untuk membawa pulang warga Rusia atau jika mereka mendapat izin oleh keputusan khusus pemerintah.
Langkah penghentian penerbangan internasional ini diambil Rusia setelah melaporkan penambahan terbesar untuk kasus virus Corona, yakni 163 kasus baru, dalam sehari pada Rabu (25/3) waktu setempat. Saat ini total 658 kasus virus Corona terkonfirmasi di wilayah Rusia.
Wali Kota Moskow, Sergei Sobyanin, menuturkan kepada televisi lokal Rusia bahwa dirinya akan mengumumkan langkah-langkah lebih keras di wilayah ibu kota Moskow. Sobyanin menuturkan dirinya ingin menutup taman, kafe, restoran dan mal mulai pekan depan.
Pada Rabu (25/3) malam waktu setempat, Departemen Kesehatan Kota Moskow mengumumkan bahwa dua warga lanjut usia (lansia) yang positif virus Corona, telah meninggal dunia. Keduanya disebut menderita pneumonia dan penyakit komplikasi.
Otoritas Rusia selama ini belum mengonfirmasi satu pun kematian akibat virus Corona. Belum diketahui secara jelas apakah dua warga lansia yang meninggal ini akan dimasukkan dalam data penghitungan resmi pemerintah Rusia atau tidak.
Pekan lalu, otoritas kesehatan Moskow mengumumkan kematian satu pasien wanita yang positif virus Corona, namun kemudian menyatakan bahwa hasil autopsi menunjukkan wanita itu meninggal karena terjadi gumpalan darah, bukan karena virus Corona.(VAN)