Inggris – Otoritas Kesehatan Inggris menyatakan saat ini pandemi virus Corona di Inggris hampir mencapai puncaknya. Saat ini, jumlah pasien tewas akibat Corona di Inggris hampir mencapai 13 ribu orang.
Seperti dilansir AFP, Kamis (16/4/2020), Kepala Medis Inggris menyampaikan jumlah korban tewas karena Corona yang hampir mencapai 13 ribu orang di Inggris sudah mendekati puncaknya. Dia meyakini hal itu dengan melihat rata-rata pasien meninggal setiap harinya di Inggris.
“Pada masalah puncak, pandangan kami adalah bahwa itu mungkin mencapai puncak keseluruhan dan itulah yang ditunjukkan perataan,” kata Chris Whitty ketika ditanya terkait angka kematian di Inggris.
Meski demikian, Whitty menyampaikan angka kematian yang tinggi masih akan terus berlanjut. Menurutnya Inggris adalah salah satu negara yang paling parah terkena dampak pandemi global ini.
“Saya pikir ini penting, dan saya mengatakan ini karena data baru akan keluar besok. Perkiraan saya adalah bahwa jumlah kematian mungkin naik,” ucapnya.
Angka yang diumumkan oleh kementerian kesehatan Rabu (15/4) pagi menunjukkan bahwa 12.868 orang di rumah sakit Inggris telah meninggal karena virus corona. Angka ini disebut naik 761 kasus pada hari sebelumnya.
Itu sedikit turun dari 778 kematian yang tercatat pada hari Selasa (14/4). Namun secara nyata lebih rendah dari angka tertinggi 980 kematian yang diumumkan Jumat pekan lalu. Selain itu, jumlah orang yang dites positif COVID-19 sejauh ini di Inggris telah mencapai 98.476. (NOV)
Berlin – Hingga Rabu (15/04) siang jumlah kasus positif COVID-19 di seluruh dunia telah mencapai 1.982.552 kasus, di mana sebanyak 126.753 orang di antaranya meninggal dunia. Sejumlah negara pun terus gencar terapkan berbagai kebijakan guna menekan laju penyebaran virus corona, antara lain negara-negara Asia Tenggara.
Vietnam yang hingga kini belum melaporkan adanya angka kematian mengumumkan akan menjatuhkan denda bagi mereka yang menyebarkan berita palsu terkait virus corona di media sosial. Mereka yang terbukti bersalah akan didenda 10 hingga 20 juta dong atau setara 6,7 hingga 13,4 juta rupiah. Nilai ini setara dengan tiga hingga enam bulan UMR di Vietnam. Tercatat sedikitnya ada 267 kasus positif COVID-19 di Vietnam.
Sementara itu, Kementerian Kesehatan Singapura mewajibkan orang yang hendak keluar rumah untuk menggunakan masker pelindung wajah. Mereka yang kedapatan tidak mematuhi kebijakan tersebut akan didenda 300 dolar Singapura atau setara dengan 32 juta rupiah.Wakil Perdana Menteri Singapura, Heng Swee Keat, pihaknya akan mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk mengatasi keadaan ekonomi yang melemah akibat pandemi virus corona. Pernyataannya merujuk kepada laporan Dana Moneter Internasional (IMF) yang memprediksi pertumbuhan ekonomi dunia akan turun 3 persen, lebih buruk ketimbang krisis ekonomi global tahun 2008-2009.
Rabu (15/04), Otoritas Penerbangan Sipil Thailand (CAAT) memutuskan untuk memperpanjang larangan penerbangan penumpang yang masuk hingga akhir April sebagai upaya untuk menekan laju penyebaran virus corona.
Asosiasi Banker Thailand memprediksi Thailand merugi 1,3 triliun bath atau setara dengan 640 triliun rupiah. Hampir semuanya berasal dari sektor pariwisata yang lumpuh karena pandemi virus corona.
Pemotongan gaji
Sementara itu, Perdana Menteri Selandia Baru Jacinda Ardern akan memotong gaji pejabat negara sebesar 20 persen. Pemotongan ini akan dilakukan selama enam bulan ke depan untuk membantu ekonomi negara yang terkena dampak pandemi virus corona.
Pemotongan ini berlaku bagi para menteri termasuk dirinya, dan kepala lembaga-lembaga pelayanan publik. Sementara polisi dan tenaga medis tidak akan dikenakan pemotongan. “Ini tentang kepemimpinan. Jika ada waktu untuk menutup celah antara posisi yang berbeda, sekaranglah saatnya,” ujar Ardern, Rabu (15/04).
Juru bicara pemerintah Jepang, Yoshihide Suga menyampaikan bahwa warga Jepang harus membatasi 70 persen interaksi dengan orang lain. Pemerintah Jepang saat ini juga mempertimbangkan pemberian bantuan uang senilai 100.000 yen atau 14,4 juta rupiah per orang di tengah krisis ini.
Diberitakan dari Korea Selatan, meski dalam situasi pandemi virus corona tak halangi Korea Selatan untuk menggelar pemilu legislatif. Lebih kurang 43,9 juta warga Korea Selatan terdaftar sebagai pemilih dalam pemilu yang berlangsung hari ini, Rabu (15/04).
Namun, pemilu berlangsung dengan pengawasan yang sangat ketat. Berbagai pembatasan diterapkan untuk memastikan pemilih tidak ada yang berdekatan selama proses pemilu berjalan.
“Kami menggelar pemilu di saat yang sulit dengan adanya pembatasan sosial dan gangguan terhadap aktivitas ekonomi. Oleh karenanya, datanglah ke tempat pemungutan suara, gunakan hak pilih, dan tunjukkan bahwa Korea Selatan adalah milik kalian,” ujar Ketua Komisi Pemilihan Umum Korea Selatan, Kwon Soon-il, Rabu (15/04) dikutip dari laman Channel News Asia.
Warga Jerman dipulangkan
Sekitar 225.000 warga Jerman yang terdampar di luar negeri karena larangan penerbangan internasional yang diterapkan sejumlah negara karena pandemi virus corona dilaporkan telah dipulangkan pemerintah Jerman melalui operasi repatriasi.
Operasi repatriasi ini sudah berjalan selama satu bulan terakhir. Namun Kementerian Luar Negeri Jerman mengatakan masih ada warga Jerman yang terjebak di beberapa negara antara lain Afrika Selatan, Argentina, dan Peru.
Rabu (15/04), Kanselir Jerman Angela Merkel bertemu dengan 16 pemimpin negara bagian Jerman membahas langkah-langkah yang diambil untuk menekan laju penyebaran virus corona setelah batas waktu kebijakan pembatasan di negara tersebut berakhir 19 April mendatang.
Sementara itu, Komisi Eropa dilaporkan siap mengumumkan “peta jalan keluar” atas kebijakan lockdown yang diambil negara-negara Eropa.(RIF)
Washington – Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengumumkan penghentian pendanaan untuk Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Trump beralasan badan kesehatan PBB tersebut telah menutup-nutupi keseriusan wabah virus Corona di China sebelum menyebar ke seluruh dunia.
Dalam konferensi pers, Trump mengatakan dirinya telah memerintahkan pemerintahannya untuk menghentikan pendanaan selagi “peninjauan dilakukan untuk menilai peran WHO dalam salah kelola yang parah dan menutupi penyebaran virus Corona.”
Menurut Trump, WHO tidak transparan mengenai wabah tersebut dan AS — pendana terbesar WHO yang menyediakan US$ 400 juta tahun lalu — kini akan membahas “apa yang akan kami lakukan dengan semua uang yang ditujukan ke WHO itu.””Dengan terjadinya pandemi COVID-19, kami memiliki keprihatinan mendalam apakah kemurahan hati Amerika telah dimanfaatkan sebaik mungkin,” kata Trump seperti dilansir kantor berita AFP, Rabu (15/4/2020).
Trump menyebut WHO bias terhadap China dan berkolusi untuk mencegah saingan utama ekonomi AS itu terbuka tentang bencana kesehatan yang sedang berlangsung. Menurut Trump, hal ini telah menyebabkan negara-negara lain kehilangan waktu krusial untuk bersiap dan menunda keputusan untuk menghentikan perjalanan internasional.
“Seandainya WHO melakukan tugasnya untuk membawa para ahli medis ke China untuk menilai secara obyektif situasi di lapangan dan membeberkan kurangnya transparansi China, wabah itu bisa diatasi pada sumbernya dengan kematian yang sangat sedikit,” cetus Trump.”Ini akan menyelamatkan ribuan nyawa dan menghindari kerugian ekonomi di seluruh dunia,” tandasnya.
Tidak jelas sampai kapan AS akan menghentikan pendanaan untuk WHO.(NOV)
Washington –
Keganasan virus Corona terus menelan korban jiwa di Amerika Serikat. Negeri itu mencatat 1.514 kematian terkait virus Corona dalam waktu 24 jam terakhir.
Demikian menurut data laporan harian yang dirilis Johns Hopkins University seperti dilansir kantor berita AFP, Senin (13/4/2020). Angka tersebut lebih rendah dari jumlah kematian harian sebanyak 1.920 jiwa pada sehari sebelumnya.
Sejauh ini, menurut data Johns Hopkins, wabah virus Corona telah merenggut setidaknya 22.020 orang di AS. Angka kematian di AS ini telah melampaui Italia, sehingga kini AS mencatat jumlah kematian COVID-19 terbesar di dunia.
AS saat ini juga menjadi negara dengan jumlah kasus positif Corona terbanyak di dunia. Menurut laporan Johns Hopkins, hingga Minggu (12/4) malam waktu setempat, sudah 555.313 orang dinyatakan positif virus Corona di negeri itu.
Menurut kepala badan yang menangani penyakit menular di AS, Dr Anthony Fauci, angka kasus positif dan jumlah kematian di negara itu “mulai turun” namun upaya-upaya mitigasi seperti menjaga jarak (social distancing), tidak boleh dikendurkan.
Kebijakan social distancing dikeluarkan oleh Presiden AS Donald Trump dan berlaku hingga 30 April mendatang.
Trump kini dihadapkan pada masalah lainnya akibat pandemi virus Corona, yakni jumlah pengangguran yang meningkat menjadi 16 juta orang seiring dengan wabah yang menghantam perekonomian negara itu.(RIF)
Roma –
Jumlah kasus baru dan kematian harian akibat virus Corona (COVID-19) di Italia mengalami penurunan. Otoritas Italia melaporkan 431 kematian dalam 24 jam terakhir, yang tercatat sebagai angka terendah sejak 19 Maret.
Seperti dilansir Reuters, Senin (13/4/2020), angka 431 kematian baru dalam 24 jam itu lebih rendah jika dibandingkan sehari sebelumnya, dengan 619 kematian. Secara keseluruhan, angka itu merupakan angka kematian harian terendah di Italia sejak 19 Maret lalu.
Jumlah kasus baru dalam sehari juga mengalami penurunan ke 4.092 kasus dalam sehari, dari tadinya 4.694 kasus dalam sehari.
Badan Perlindungan Sipil Italia melaporkan bahwa total korban meninggal akibat virus Corona kini mencapai 19.899 orang. Angka ini merupakan angka tertinggi kedua di dunia setelah Amerika Serikat (AS) yang sejauh ini melaporkan lebih dari 22 ribu orang meninggal.
Sementara itu, jumlah pasien virus Corona yang dinyatakan sembuh di Italia kini mencapai 34.211 orang.
Total kasus positif virus Corona di Italia sejauh ini mencapai 156.363 kasus. Angka ini menjadikan Italia sebagai negara ketiga di dunia dengan jumlah kasus terbanyak setelah AS — lebih dari 555 ribu kasus dan Spanyol — lebih dari 166 ribu kasus.
Badan Perlindungan Sipil Italia menyatakan bahwa hingga Minggu (12/4) waktu setempat, masih ada 3.343 pasien yang dirawat di Unit Perawatan Intensif (ICU). Jumlah itu mengalami penurunan jika dibandingkan Sabtu (11/4) lalu, dengan 3.381 pasien dirawat di ICU.
Secara keseluruhan, jumlah pasien yang dirawat di ICU mengalami penurunan dalam sembilan hari terakhir.(NOV)
Pyongyang –
Pemimpin Korea Utara (Korut), Kim Jong-Un, melakukan perombakan besar terhadap badan pemerintahan tertinggi, Komisi Urusan Negara. Lebih dari sepertiga anggota komisi itu diganti oleh Kim Jong-Un.
Seperti dilansir AFP, Senin (13/4/2020), Komisi Urusan Negara atau SAC merupakan badan pengambil keputusan tertinggi di Korut. Kim Jong-Un menjabat sebagai Ketua SAC, yang beranggotakan 13 orang.
Laporan kantor berita resmi Korut, Korean Central News Agency (KCNA), menyebut lima dari 13 anggota SAC itu diganti dalam rapat Dewan Rakyat Tertinggi — parlemen Korut — yang digelar baru-baru ini di tengah pandemi virus Corona (COVID-19).
Beberapa anggota SAC yang diganti antara lain, diplomat Ri Yong Ho dan mantan Menteri Luar Negeri Korut, Ri Su Yong. Sedangkan salah satu anggota yang baru ditunjuk adalah Ri Son Gwon, mantan pejabat senior militer yang baru ditunjuk menjadi Menteri Luar Negeri Korut awal tahun ini.
Laporan kabinet Korut menegaskan bahwa ‘tidak ada satupun kasus’ virus Corona di negara komunis tersebut. Padahal diketahui Korut berbatasan dengan dua negara dengan total kasus virus Corona terbanyak di Asia, yakni China dan Korea Selatan (Korsel).
Dalam laporannya, KCNA tidak menyebut secara detail apakah Kim Jong-Un memimpin langsung rapat parlemen itu. Kim Jong-Un tidak tampak dalam foto-foto yang dipublikasikan media-media resmi Korut.(MAD)
Roma –
Perdana Menteri (PM) Italia, Giuseppe Conte, memutuskan untuk memperpanjang lockdown demi membatasi penyebaran virus Corona (COVID-19) hingga 3 Mei mendatang. Perpanjangan diumumkan meskipun PM Conte mendapat tekanan kuat dari sektor bisnis untuk mengakhiri lockdown yang berlaku sejak awal Maret.
Seperti dilansir AFP dan Xinhua News Agency, Sabtu (11/4/2020), perpanjangan lockdown ini diumumkan PM Conte pada Jumat (10/4) waktu setempat, saat otoritas Italia melaporkan 570 kematian dalam sehari. Total korban meninggal di Italia mencapai 18.849 orang, yang merupakan angka tertinggi di dunia.
Total kasus virus Corona di Italia saat ini ada di angka 147.577 kasus. Jumlah itu merupakan angka terbanyak ketiga di dunia setelah Amerika Serikat (AS) — lebih dari 501 ribu kasus dan Spanyol — lebih dari 158 ribu kasus.
Pengumuman perpanjangan lockdown ini disampaikan sebulan setelah dekrit pertama soal lockdown diberlakukan pada 12 Maret lalu. Sejak saat itu, PM Conte secara berkala memperkuat aturan di bawah lockdown dan memperpanjang masa pemberlakuannya. Sebelum perpanjangan diumumkan, lockdown rencananya akan dicabut pada Senin (13/4) mendatang.
Keputusan untuk memperpanjang lockdown ini diambil PM Conte meski mendapat tekanan dari kalangan pebisnis setempat untuk segera mengakhiri lockdown. Laporan media-media lokal menyebut serikat-serikat bisnis dari berbagai wilayah menulis surat kepada PM Conte yang isinya memperingatkan bahwa perusahaan-perusahaan tidak akan mampu membayar gaji para pegawai jika penutupan dilanjutkan.
Dalam pernyataannya, PM Conte menegaskan bahwa Italia tidak bisa lagi menghadapi lonjakan kasus dan perlu mempraktikkan kewaspadaan lebih besar dalam menghadapi ancaman virus Corona. “Saya kira kita semua tidak sabar untuk memulai lagi,” ucapnya.
Lebih lanjut, PM Conte menyebut perpanjangan lockdown untuk tiga pekan ke depan ini sebagai ‘keputusan sulit tapi diperlukan, dengan saya mengambil tanggung jawab penuh secara politik’. Keputusan ini diambil setelah PM Conte berkonsultasi dengan para ilmuwan dan ketua serikat bisnis beberapa hari terakhir.
Dengan perpanjangan ini, berarti seluruh warga Italia masih tidak diperbolehkan keluar rumah kecuali untuk alasan ‘penting’ seperti belanja makanan atau berobat.
PM Conte juga menyatakan bahwa dirinya ini memperingan aturan lockdown ‘sesegera mungkin’ dan jika ada perubahan signifikan, hal itu bisa terjadi sebelum 3 Mei. Disebutkannya bahwa beberapa toko — seperti toko barang anak-anak yang tidak banyak pengunjungnya — akan diperbolehkan buka kembali mulai 14 April.(RIF)
Kuala Lumpur –
Otoritas Malaysia memperpanjang penerapan lockdown yang dinilai membantu mengurangi penyebaran virus Corona (COVID-19) hingga 28 April mendatang. Pada Jumat (10/4) waktu setempat, otoritas Malaysia melaporkan jumlah pasien sembuh dalam sehari melampaui jumlah kasus baru.
Seperti dilansir Channel News Asia, Sabtu (11/4/2020), Kementerian Kesehatan Malaysia mengumumkan adanya 118 kasus baru dalam sehari, sehingga total kasus virus Corona di negara ini mencapai 4.346 kasus.
Dalam laporannya, Kementerian Kesehatan Malaysia juga mengumumkan 222 pasien virus Corona dipulangkan dalam sehari, setelah dinyatakan sembuh. Jumlah total pasien virus Corona yang dinyatakan sembuh di Malaysia bertambah menjadi 1.830 orang.
“Ini merupakan hari ketiga, secara berturut-turut, saat jumlah pasien yang dipulangkan melebihi jumlah kasus baru COVID-19,” sebut Kementerian Kesehatan Malaysia dalam pernyataannya.
Diumumkan juga oleh Kementerian Kesehatan Malaysia bahwa jumlah korban meninggal kini mencapai 70 orang, dengan adanya tiga kematian baru. Ketiga korban meninggal itu semuanya pasien lanjut usia dengan penyakit bawaan.
Direktur Jenderal Kesehatan pada Kementerian Kesehatan Malaysia, Dr Noor Hisham Abdullah, menyebut angka kesembuhan di Malaysia mencapai 42,11 persen dari total kasus positif. Sedangkan angka kematian akibat virus Corona di Malaysia kini mencapai angka 1,61 persen.
Dalam pernyataan yang disiarkan langsung televisi setempat, Perdana Menteri (PM) Muhyiddin Yassin, mengumumkan perpanjangan lockdown atau perintah pengendalian pergerakan (MCO) selama 14 hari atau hingga 28 April mendatang.(RIF)
Vatikan –
Perayaan Paskah pada tahun ini terasa berbeda lantaran wabah virus Corona (COVID-19) yang mengancam dunia. Paus Fransiskus memimpin 1,3 miliar umat Katolik dalam perayaan hari Minggu Paskah via live streaming.
Seperti dilansir AFP, Minggu (10/4/2020) Vatikan ditutup lantaran wabah Corona yang masih terus menyebar. Oleh karena itu, tradisi suci seperti pesan Paus kepada umat Katolik di Lapangan Santo Petrus digantikan oleh doa live streaming yang dipimpin oleh Paus Fransiskus dari perpustakaan pribadinya.
Vatikan telah ditutup untuk pengunjung selama sebulan, tanggapan terhadap virus Corona yang masih mewabah. Sementara itu, Paus Frasiskus sendiri sempat mengeluh merasa ‘dikurung’ karena kondisi ini. Namun, dia mengingatkan bahwa ada opsi untuk tetap kreatif di situasi seperti ini.
“Kami harus menanggapi pengurungan kami dengan semua kreativitas kami,” kata Francis dalam sebuah wawancara yang diterbitkan oleh beberapa surat kabar Katolik minggu ini.
“Kita bisa menjadi depresi dan terasing … atau kita bisa menjadi kreatif,” ungkapnya.
Ada sekitar 1,3 miliar umat Katolik dalam perayaan hari Minggu Paskah ini. Mereka tak bisa pergi ke gereja seperti biasa karena gereja-gereja ditutup lantaran wabah Corona.
Doa-doa Paus yang disiarkan secara live streaming hanyalah contoh lain dari improvisasi keagamaan di tengah situasi social distancing untuk mencegah penularan virus Corona.
Sementara itu, Uskup Agung Panama memberkati negaranya yang kecil di Amerika Tengah dari udara. Yakni dengan menaiki helikopter. Sedangkan umat Kristiani di Spanyol menyanyikan lagu religius dari balkon mereka selama Pekan Suci. Gereja Katolik di Filipina mendesak umatnya untuk tidak mencium salib, mengingat virus Corona bisa menempel pada benda.(DON)
Guayaquil, Ekuador –
Ada momen dramatis ketika warga di Guayaquil, Ekuador menunggu berita keluarganya yang meninggal karena COVID-19. Beberapa warga merasa lega ketika diperbolehkan untuk membawa jenazah keluarganya yang meninggal karena Corona.
Seperti dilansir AFP, Minggu (10/4/2020) ada adegan emosional ketika para warga menantikan berita kematian keluarganya karena COVID-19. Bau busuk menguar, ketika seorang pejabat berpakaian lengkap dengan alat perlindungan virus melangkah keluar dari pintu ke rumah sakit Los Ceibos di Guayaquil, Ekuador.
Sang pejabat membaca nama-nama mereka yang telah meninggal akibat Corona di hadapan beberapa orang. Beberapa tangis pecah. Mereka menangis karena akhirnya, setelah beberapa hari, mereka mendapatkan kepastian bahwa jenazah keluarga mereka akan dibebaskan oleh rumah sakit.
Namun bagi Isabel Hernandez, ibu tiga anak berusia 43 tahun, penantian ini belum berakhir. Suaminya meninggal pada Minggu pagi karena penyakit COVID-19.
“Saya terakhir melihatnya ketika dia memakai tabung, yang merupakan hari Jumat minggu lalu,” katanya.
Hernandez membutuhkan waktu dua hari untuk mendapatkan dokumentasi yang dia butuhkan untuk membebaskan jenazah suaminya dari rumah sakit. Selain itu, sertifikat kematian karena wabah Corona, sekarang dapat diunduh dari internet.
Dia takut mayat itu akan dibawa ke lubang-lubang yang disediakan pemerintah, yang dia anggap sebagai kuburan massal COVID-19.
Selama berminggu-minggu, mayat-mayat dikumpulkan di rumah-rumah usai runtuhnya sistem kamar mayat di rumah sakit.
Perlakuan RS terhadap orang mati telah menyebabkan banyak warga Ekuador kehilangan kepercayaan pada pemerintah. Pemerintah sebelumnya sudah membentuk pasukan khusus untuk mengurus mayat-mayat yang dikumpulkan di rumah.
Untuk diketahui, meskipun Ekuador merupakan negara kecil dengan penduduk 17,5 juta orang, negara ini adalah yang paling parah terkena dampak virus Corona di Amerika Latin. Total jumlah kasus Corona hampir 5.000 kasus dan 272 kematian. Wabah ini berpusat di kota terbesar Ekuador, Guayaquil.
Sebelumnya pemandangan menyeramkan terlihat di berbagai sudut kota gara-gara pandemi COVID-19.
Jenazah terlihat tergeletak di pojok Kota Guayaquil, Ekuador. Jenazah ini hanyalah satu dari banyak korban tewas COVID-19.
Dialnsir BBC, sejumlah gelandangan meninggal di jalan-jalan. Ini bak novel karya Joseph Conrad, The Heart of Darkness: horor, horor. Bedanya, horor ini terlalu nyata.
Pemakaman umum di kota ini ambruk di tengah pandemi. Seorang perempuan di sini bahkan melaporkan ayahnya meninggal di pangkuannya sesudah 24 jam di rumah. Mundur sedikit ke ujung Maret, 300 mayat diangkut polisi dari rumah-rumah warga.
Sayangnya, tak ada pula yang bersedia menguburkan. Akhirnya mayat-mayat sekadar ditaruh di pinggir jalan, terjerang matahari, bau busuknya tercium ke mana-mana.
Rumah sakit kewalahan menampung pasien maupun jenazah. Kota ini benar-benar suram dirundung makhluk superkecil. Wali Kota Guayaquil, Cyntia Viteri, berhadap-hadapan dengan pemerintah nasional.(RIF)