JAKARTA,KHATULISTIWAONLINE.COM – Perdana Menteri Inggris Boris Johnson pada hari Minggu mengumumkan rencana bertahap untuk melonggarkan penguncian virus korona nasional. Sekolah dan toko akan mulai dibuka 1 Juni, selama tingkat infeksi tetap rendah.
Dalam pidato yang disiarkan televisi, Johnson juga mengumumkan rencana untuk memperkenalkan karantina bagi orang yang tiba di Inggris melalui udara untuk mencegah infeksi baru dari luar negeri.
Hampir tujuh minggu setelah imbauan tinggal di rumah secara nasional diberlakukan, lebih dari 31.800 telah meninggal selama wabah di Inggris – korban terburuk di Eropa dan kedua setelah Amerika Serikat.Johnson, yang dirinya menghabiskan satu minggu di rumah sakit dengan COVID-19, mengatakan tindakan itu datang “dengan biaya yang sangat besar untuk cara hidup kita” tetapi mengatakan akan “gila” untuk menyia-nyiakan kemajuan dengan bergerak terlalu cepat.
“Ini bukan waktu yang tepat untuk mengakhiri kuncian minggu ini,” kata pria berusia 55 tahun itu, dilansir dari AFP, Senin (11/5/2020).
Mulai minggu ini, ia mengatakan pemerintah akan secara aktif mendorong orang-orang untuk kembali bekerja di mana mereka tidak dapat melakukannya dari rumah, misalnya di bidang manufaktur atau konstruksi.
Latihan di luar ruangan tanpa batas akan diizinkan mulai hari Rabu, dengan olahraga seperti golf, tenis, dan memancing diizinkan selama mereka hanya melibatkan anggota rumah tangga yang sama.
Pada fase kedua, Johnson mengatakan pembibitan dan anak-anak hingga usia 11 tahun dapat mulai kembali ke sekolah sejak 1 Juni paling awal, dan beberapa toko yang tidak penting dapat dibuka kembali.
Pada bulan Juli, “kami akan berharap untuk membuka kembali setidaknya beberapa industri perhotelan dan tempat-tempat umum lainnya” yang dapat menegakkan jarak sosial, misalnya kafe di taman.
Namun, para pejabat memperingatkan bahwa pub tidak akan dibuka kembali selama berbulan-bulan, sementara anak-anak sekolah yang lebih tua tidak mungkin melihat kembali ke kelas sampai September.
Tingkat infeksi juga akan dipantau secara ketat di bawah sistem peringatan baru, yang akan dibangun berdasarkan gerakan yang ada untuk meningkatkan pengujian dan pelacakan kontak.
“Jika ada wabah, jika ada masalah, kami tidak akan ragu untuk mengerem,” kata Johnson.
“Kami telah melalui puncak awal, tetapi menuruni gunung yang seringkali lebih berbahaya,” sambungnya.(VAN)
Ramallah – Otoritas Palestina mengumumkan bahwa sekitar 52 persen dari total kasus virus Corona (COVID-19) di wilayahnya, telah berhasil sembuh. Total kasus virus Corona di Palestina kini melebihi 500 kasus.
Seperti dilansir Xinhua News Agency, Sabtu (9/5/2020), Menteri Kesehatan Palestina, Mai al-Kaila, mengumumkan bahwa 37 pasien virus Corona dinyatakan sembuh pada Jumat (8/5) waktu setempat. Total, sebut al-Kaila, sudah 282 pasien virus Corona yang sembuh di Palestina.
Lebih lanjut dijelaskan al-Kaila bahwa jumlah itu terdiri atas 22 pasien yang sembuh di Yerusalem Timur, tujuh pasien di Ramallah, enam pasien di Hebron dan dua pasien di Jalur Gaza.Dalam pernyataannya di Ramallah, al-Kaila melaporkan tidak ada tambahan kasus dalam 24 jam terakhir.
Total kasus virus Corona di Palestina sejauh ini mencapai 547 kasus. Angka itu mencakup wilayah Tepi Barat, Yerusalem Timur, dan Jalur Gaza.
Sementara itu, pada Kamis (7/5) waktu setempat, Perdana Menteri Palestina, Mohammed Ishtaye, menyatakan pemerintahannya mulai melonggarkan langkah-langkah antivirus Corona yang diberlakukan di Tepi Barat sejak 5 Maret.(NOV
Pyongyang – Pemimpin Korea Utara (Korut) Kim Jong-Un mengirimkan sebuah surat untuk Presiden Rusia, Vladimir Putin, akhir pekan ini. Dalam suratnya, Kim Jong-Un menyelamati Putin untuk peringatan 75 tahun berakhirnya Perang Dunia II.
Tak lupa, Kim Jong-Un juga mendoakan agar Rusia sukses dalam memerangi virus Corona (COVID-19).
Seperti dilansir Associated Press dan Yonhap News Agency, Sabtu (9/5/2020), surat Kim Jong-Un untuk Putin itu dilaporkan oleh kantor berita resmi Korut, Korean Central News Agency (KCNA). Kim Jong-Un mengucapkan selamat kepada Putin terkait peringatan 75 tahun berakhirnya Perang Dunia II.”Kim Jong-Un dalam pesannya menyampaikan selamat dan sapaan hangat untuk Putin, pemerintahan dan rakyat Rusia yang bersahabat atas nama pemerintah dan rakyat DPRK pada peringatan 75 tahun kemenangan Rusia dalam Perang Patriotik Besar,” sebut KCNA dalam laporannya.
Dalam suratnya, Kim Jong-Un juga menyampaikan keyakinan bahwa hubungan dekat antara kedua negara akan terus berkembang.
Di bagian akhir surat, Kim Jong-Un mendoakan agar Putin bisa mencapai kemenangan dalam mencegah penyebaran virus Corona di Rusia. Diketahui bahwa lebih dari 187 ribu kasus virus Corona kini terkonfirmasi di Rusia, dengan lebih dari 1.700 kematian.
“Secara tulus mengharapkan Presiden dan rakyat Rusia mendapat kemenangan pasti dalam perjuangan membangun Rusia yang kuat dengan meneruskan tradisi kemenangan besar dalam perang dan dalam mencegah penyebaran virus Corona baru, pandemi dunia,” demikian pesan Kim Jong-Un seperti dilaporkan KCNA.
Laporan KCNA soal surat Kim Jong-Un untuk Putin ini dirilis sehari setelah Kim Jong-Un mengirim pesan pribadi kepada Presiden China, Xi Jinping. Dalam pesannya itu, Kim Jong-Un memuji apa yang disebutnya sebagai kesuksesan China dalam mengendalikan pandemi virus Corona.
Beberapa pakar menilai bahwa pesan semacam ini menandai Korut tengah meningkatkan jangkauan diplomatik terhadap negara-negara tetangganya, khususnya China, saat negara komunis ini mencari bantuan ekonomi usai penutupan perbatasan selama berbulan-bulan untuk menangkal virus Corona.
Korut dan Rusia sendiri meningkatkan upaya-upaya memperkuat hubungan bilateral sejak digelar pertemuan antara Kim Jong-Un dan Putih di Vladivostok, pada April tahun lalu.
London – Inggris akan melonggarkan pemberlakuan aturan lockdown pencegahan virus Corona (COVID-19). Perdana Menteri (PM) Inggris Boris Johnson mengingatkan untuk adanya “kehati-hatian maksimum”.
Seperti dilansir dari AFP, Jumat (8/5/2020) PM Boris Johnson mengatakan kepada para menteri senior pada hari Kamis (7/5) bahwa pemerintah akan mengadopsi “kehati-hatian maksimum”, saat ia bersiap untuk menguraikan bagaimana kebijakan lockdown yang diberlakukan untuk memerangi wabah Corona dapat diredakan.
Johnson akan berpidato pada Minggu (10/5) malam untuk menetapkan “peta jalan” relaksasi aturan sosial yang diumumkan pada akhir Maret, tetapi diperkirakan tidak akan membuat perubahan besar pada tindakan itu. Meskipun para pejabat mengatakan penyebaran COVID-19 di Inggris telah turun secara signifikan, Inggris memiliki jumlah kematian pasien Corona tertinggi kedua di dunia. Dengan 539 kematian lainnya yang diumumkan pada hari Kamis (7/5) menjadikan total kematian mencapai 30.615.
Namun, data resmi yang lebih luas yang dirilis minggu ini menempatkan jumlah total kematian pada akhir April di atas 32.000 – termasuk 107 pekerja kesehatan dan 29 staf perawatan.
“Kami telah melewati puncaknya tetapi ini adalah momen yang sangat sulit dan… sangat berbahaya, jadi kami perlu melanjutkan dengan hati-hati,” kata Menteri Luar Negeri Dominic Raab pada konferensi pers hariannya.MAD
Brasilia – Jumlah orang yang meninggal dunia dalam sehari karena wabah corona di Brasil meningkat di atas 600 untuk pertama kalinya, kata Departemen Kesehatan Brasil hari Rabu (6/5). Departemen Kesehatan memperingatkan bahwa tingkat penularan virus belum menunjukkan tanda-tanda melambat.
Pada hari Selasa (5/5) tercatat angka kematian mencapai 615 dan menjadi hari yang paling mematikan sejak penyebaran Covid-19 mulai terdeteksi di Brasil. Secara keseluruhan, hingga saat ini tercatat 8536 orang meninggal karena virus corona.
Angka resmi juga menunjukkan bahwa lebih 125 ribu orang telah terinfeksi virus corona. Namun jumlah kasus yang sebenarnya kemungkinan besar jauh lebih tinggi karena banyak kasus yang tidak terdeteksi. Para pengamat menilai, jumlah tes di Brasil masih terlalu kecil.Juru bicara presiden dikonfirmasi positif Covid-19
Juru bicara Presiden Jair Bolsonaro, Jenderal Angkatan Darat Otavio Rego Barros, dinyatakan positif tertular Covid-19, kata kantornya hari Rabu.
Selanjutnya disebutkan, pria berusia 59 tahun itu harus menjalani karantina di rumah. Barros menambah daftar tertular Covid-19 di lingkungan dekat Presiden Jair Bolsonaro. Sejauh ini tercatat ada 23 anggota delegasi dalam rombongan presiden yang berkunjung ke Florida, AS, bulan Maret lalu yang dinyatakan positif Covid-19.
Pejabat tinggi pemerintahan yang mengidap Covid-19 antara lain Kepala Komunikasi Fabio Wajngarten dan Menteri Keamanan Nasional Augusto Heleno. Jair Bolsonaro sendiri menyatakan dia sudah dites negatif.
Rumah sakit kewalahan
Presiden Bolsonaro selama ini menyepelekan ancaman Covid-19 dan menyatakan dia tidak percaya pada pembatasan sosial. Dia menyerukan agar kehidupan kembali ke situasi normal. Namun Kementerian Kesehatan tetap mengeluarkan peringatan kepada pembatasan sosial kepada publik.
Menurut data dari John Hopkins University, Brasil memiliki jumlah infeksi keenam tertinggi di dunia. Brasil adalah negara pertama di Amerika Selatan yang mencatatkan kasus Covid-19 pada tanggal 26 Februari lalu.
Rumah sakit dan tempat pemakaman di berbagai kota dan negara bagian Brasil kini diberitakan sudah mencapai batas kapasitasnya dan kewalahan menghadapi wabah corona, karena infeksi terus meningkat dengan cepat.(DAB
Moskow – Otoritas Moskow di Rusia memperpanjang langkah lockdown hingga akhir Mei mendatang. Perpanjangan diumumkan saat Rusia mencatat lebih dari 11 ribu kasus baru virus Corona (COVID-19) dalam 24 jam.
Seperti dilansir AFP, Jumat (8/5/2020), Wali Kota Moskow, Sergei Sobyanin, mengumumkan perpanjangan lockdown di wilayahnya pada Kamis (7/5) waktu setempat. Ditegaskan Sobyanin bahwa kini setiap warga wajib memakai masker dan sarung tangan saat menggunakan transportasi umum.
“Aturan isolasi mandiri untuk warga akan diperpanjang hingga 31 Mei,” tegas Sobyanin via blog-nya. “Masi terlalu dini untuk membuka restoran, bioskop dan fasilitas olahraga,” imbuhnya. Ditekankan oleh Sobyanin bahwa perusahaan-perusahaan di Moskow yang bergerak di bidang industri dan konstruksi akan diizinkan memulai kembali aktivitas kerja pada 12 Mei mendatang.
Diketahui bahwa Moskow ada di bawah lockdown sejak 30 Maret. Sedangkan keseluruhan wilayah Rusia ada di bawah periode karantina non-kerja hingga 11 Mei.
Di bawah lockdown, setiap warga Moskow diminta tetap di rumah dan hanya diperbolehkan keluar untuk membeli bahan makanan dan obat-obatan. Warga juga bisa mengajak jalan anjing peliharaan atau pergi ke tempat kerja untuk mereka yang memiliki pekerjaan esensial, namun dengan izin khusus. Dengan kata lain, setiap warga Moskow wajib memiliki izin digital saat bepergian ke mana saja, baik dengan transportasi umum maupun kendaraan pribadi.(MAD)
Berlin – Ketika negara-negara di seluruh dunia dihadapkan dengan lockdown, jumlah kematian yang mengejutkan, dan sistem perawatan kesehatan yang kewalahan, perhatian publik justru fokus pada negara-negara yang tampaknya berhasil melewati badai wabah dengan stabilitas dan tingkat kematian yang relatif rendah.
Negara-negara seperti Korea Selatan, Selandia Baru, dan Jerman telah menjadi subjek yang menarik minat para peneliti profesional dan ahli epidemiologi terkait hal ini.
Namun, sebuah studi baru tentang kepatuhan warga Jerman terhadap aturan social distancing yang baru-baru ini telah dilonggarkan memunculkan desas-desus besar di media sosial, dengan topik utamanya mengklaim bahwa kaum muda lah yang sangat mungkin melanggar peraturan dan dengan demikian terus melanjutkan penyebaran virus corona.Gagasan tersebut banyak disorot setelah di satu akhir pekan, foto anak-anak muda yang berkerumun di taman kota-kota besar, dan mengambil bagian dalam protes anti lockdown, beredar di media sosial.
Risiko relatif tinggi untuk kaum muda
“Anak-anak muda berusia dua puluh hingga 24 tahun telah mendorong pandemi virus corona di Jerman,” klaim harian Tagesspiegel, yang kemudian dikutip oleh beberapa kantor berita Jerman lain. Tetapi apakah kesimpulan itu benar-benar didukung oleh data?
Studi baru tentang kepatuhan warga Jerman ini dilakukan oleh ahli epidemiologi Harvard Edward Goldstein dan Marc Lipstich menggunakan data dari pusat kontrol penyakit Jerman, Robert Koch Institute (RKI) dan diterbitkan di Eurosurveillance, sebuah jurnal tentang penyakit menular dan epidemiologi.
Dengan menggunakan data jumlah infeksi virus yang dikonfirmasi pada minggu terakhir Maret dan awal April, para ilmuwan menyimpulkan bahwa risiko relatif (RR) kasus COVID-19 untuk penduduk Jerman berusia antara 15-34, khususnya antara 20-24, jauh lebih tinggi daripada kelompok umur lainnya. Mereka juga yakin bahwa pola serupa telah muncul di Korea Selatan, di mana individu berusia 20-29 tahun adalah kelompok dengan jumlah kasus yang terdeteksi paling tinggi.
Faktor yang hilang
Namun, makalah ini juga mencatat bahwa para ilmuwan sejauh ini tidak dapat menemukan alasan di balik terjadinya peningkatan risiko. Meskipun mereka menyebutkan bahwa “kemungkinan peningkatan ini salah satunya disebabkan oleh rendahnya kepatuhan orang berusia 15-34 tahun akan pedoman jarak fisik,” mereka mengabaikan fakta bahwa banyak anak muda justru bekerja dalam pekerjaan dengan kontak tinggi, seperti misalnya industri jasa.
Banyak dari sektor jasa ini memang ditutup sementara selama penguncian. Namun, periode penelitian sejatinya mencakup periode waktu di mana banyak anak muda dimungkinkan tertular virus di tempat kerja sebelum peraturan penguncian diberlakukan.
Studi ini juga tidak memasukkan faktor bahwa anak muda cenderung tidak memiliki mobil, sehingga ada kebutuhan berkelanjutan akan penggunaan transportasi umum. Atau faktor-faktor khusus lainnya, seperti fakta bahwa wabah di negara itu berasal dari anak-anak muda yang kembali dari liburan ski di Austria dan kemudian kembali secara bersama-sama untuk merayakan Karnaval, sebuah musim yang dirayakan secara luas di Jerman barat dan selatan. Dengan demikian mereka dapat menyebarkan virus yang terkonsentrasi di antara kelompok usia mereka selama pertemuan publik besar tersebut.
Yang semakin memperumit masalah adalah sebuah studi terpisah yang dirilis di hari yang sama. Studi tersebut meneliti faktor RR dan kelompok umur yang berbeda di kota kecil bernama Heinsberg, yang disebut-sebut sebagai salah satu pusat wabah COVID-19 di Jerman.
Para ilmuwan dari Universitas Bonn itu menguji lebih dari 900 individu dari Heinsberg. Hasil studi menunjukkan bahwa sekitar 20% pembawa virus di Jerman adalah tanpa gejala. Ini juga berarti bahwa sekitar 1,8 juta warga Jerman di seantero Jerman dapat terinfeksi virus corona, sepuluh kali lebih tinggi dari jumlah resmi yang dilaporkan oleh RKI.
Kenyang akan studi akademik yang meragukan
Di sisi lain, komunitas ilmiah meminta publik agar lebih jeli melihat berbagai makalah virus corona yang beredar di internet, di mana banyak di antaranya masih dalam pra-publikasi sehingga belum diperiksa oleh para ahli. Di sisi lain, ahli pengulas berkualitas saat ini disebut masih terlalu sedikit, sehingga menjadi kewalahan.
Studi baru yang diterbitkan di Eurosurveillance yang telah dibahas sebelumnya terdaftar sebagai sebuah ‘komunikasi cepat’, istilah yang digunakan oleh jurnal akademik yang menunjukkan bahwa peninjauan oleh ahli dipercepat karena berkaitan dengan keadaan darurat atau vital untuk kepentingan publik.
Keluhan serupa tentang kurangnya pemeriksaan oleh ahli juga disematkan pada studi peneliti Universitas Bonn tentang Heinsberg.
Terlepas dari foto-foto viral yang memperlihatkan anak-anak muda melakukan piknik dan melakukan unjuk rasa di media sosial, tidak ada bukti ilmiah yang menunjukkan bahwa kaum muda lebih cenderung mengabaikan aturan social distancing di Jerman. Namun, ada banyak bukti anekdot yang memperlihatkan bahwa mereka yang berusia di bawah 35 tahun menanggung beban ekonomi dan beban mental akibat pandemi. Pasalnya, pengangguran dan resesi membuat mereka menjadi kurang sejahtera dibandingkan orang tua dan kakek nenek mereka. (MAD
Manila – Stasiun televisi dan radio terbesar di Filipina ABS-CBN terpaksa berhenti mengudara usai gagal memperpanjang izin siaran. Keputusan tersebut memperkuat tuduhan bahwa pemerintah Filipina memberedel media-media kritis.
Lisensi siaran yang berlaku selama 25 tahun berakhir pada Selasa (05/05). Sebelumnya ABS-CBN sempat mencoba mengajukan perpanjangan izin siaran kepada parlemen Filipina. Namun hingga kini permohonan tersebut belum juga dibahas.
Kementerian Kehakiman mengatakan ABS-CBN bisa mengajukan banding atas keputusan pemerintah tidak memperpanjang izin siaran mereka.”Bagi kami pembredelan ini sangat menyakitkan, juga sama menyakitkannya buat jutaan warga Filipina yang menganggap layanan kami penting buat mereka,” kata Direktur ABS-CBN, Mark Lopez, di depan kamera sebelum kanal ditutup.
Pemberitaan kritis terhadap Duterte
Perpecahan antara ABS-CBN dan Presiden Rodrigo Duterte berawal pada 2016, ketika sang presiden menuduh stasiun televisi itu membatalkan tayangan iklan kampanye secara sepihak, tanpa mengembalikan uang yang telah dibayarkan.
Sebaliknya ABS-CBN sejak awal mengkritik gaya kepemimpinan Duterte, terutama dalam perang narkoba yang menimbulkan banyak korban jiwa.
Februari silam Jaksa Agung Jose Calida mengajukan permintaan penghentian izin operasi ABS-CBN kepada Mahkamah Agung. Pemerintah beralasan pihak manajemen melanggar ketentuan lisensi yang melarang saham media nasional dijual kepada pihak asing. ABS-CBN menepis tuduhan tersebut.
Izin siaran bagi ABS-CBN sejatinya berakhir Maret silam, tapi diperpanjang selama 60 hari menyusul wabah corona. Namun Calida mengajukan banding atas putusan tersebut. Pemerintah ingin agar stasiun televisi dan radio milik ABS-CBN berhenti beroperasi sesegera mungkin.
“Kematian” kebebasan pers
Organisasi HAM dan lembaga pers Filipina sontak menuduh pemerintah melancarkan perang terhadap kebebasan berpendapat. “Ini menjadi pukulan serius bagi kebebasan pers di FIlipina,” kata Carlos Conde dari Human Rights Watch.
“Sulit membayangkan Duterte tidak berurusan apapun dengan perintah penutupan ini,” imbuhnya.
Sementara Butch Olano dari Amnesty International menilai langkah pemerintah “sangat tidak bertanggungjawab di saat warga sedang menghadapi pandemi COVID-19.”
“Ini adalah hari yang gelap bagi kebebasan media di Filipina, mengingatkan kita pada UU Darurat Militer ketika rejim diktatur mengambilalih semua kantor berita,” kata dia.
Bagi Daniel Bastard, Direktur Asia Pasifik di organisasi pers, Reporters Without Borders, pembredelan terhadap ABS-CBN mengancam pluralisme media, “yang mengingatkan kita pada masa-masa paling suram kediktaturan Ferdinand Marcos dan mengisyaratkan kematian bagi demokrasi di Filipina.”
Media dalam bidikan Duterte
ABS-CBN pernah berhenti beroperasi ketika Maros memberlakukan status darurat militer pada 22 September 1972 dan mengambilalih semua stasiun media dan kantor berita di FIlipina. Pendudukan itu baru berakhir pada 1986 seiring dengan kemunculan gerakan Revolusi Kekuasaan Rakyat yang mengakhiri kekuasaan sang diktator.
Awal tahun 2019 ABS-CBN sempat berusaha meredakan ketegangan dengan meminta maaf secara terbuka kepada Presiden Duterte. Namun Jaksa Agung Jose Calida bersikeras menuntut penutupan stasiun. Saat ini kasus tersebut masih dibahas di Mahkamah Agung.
ABS-CBN bukan kantor berita pertama yang terancam dibredel lantaran bersitegang dengan Duterte. Sang presiden juga gemar menyerang situs berita Rappler yang kerap merilis berita kritis terhadap pemerintah.
Akibatnya salah seorang jurnalis Rappler, Maria Ressa, dijebloskan ke penjara.
Kedua media dituduh melanggar larangan kepemilikan saham oleh pihak asing seperti yang tercantum di UU Siaran Publik. Namun ABS-CBN dan Rappler menepis tuduhan tersebut.
Ketika Jurubicara Kepresidenan Harry Roque mengklaim Duterte “sepenuhnya netral” dalam keputusan pemberedelan ABS-CBN, bagian pengecekan fakta di Rappler melabeli pernyataan tersebut “salah” dengan dibubuhi tautan berisi lini masa serangan sang presiden terhadap stasiun televisi tersebut.
Saat ini Filipina bertengger di urutan 136 dari 180 negara dalam Indeks Kebebasan Pers 2020 versi Reporters Without Borders.
Paris – 50 personel angkatan laut Prancis di kapal induk Charles-de-Gaulle dinyatakan positif Corona (COVID-19). Untuk mencegah penyebaran virus, Pemerintah Prancis mengisolasi 1.900 pelaut.
Dilansir AFP, para pelaut itu kini diisolasi di tempat yang telah disediakan otoritas Prancis selama 2 minggu. Keluarga dan kerabat para pelaut itu tidak diperbolehkan kontak fisik secara langsung.
“Tujuan kami adalah untuk melindungi semua pelaut kami dan juga keluarga mereka,” kata juru bicara Pemerintah Prancis, Christine Ribbe, Senin (13/4/2020).Kapal Charles-de-Gaulle akan segera disemprot disinfektan. Dari catatan otoritas Prancis, kapal tersebut sempat bersandar di pelabugan Toulon.
Berlin – Di tengah pandemi virus corona, DW memutuskan untuk memberikan penghargaan Freedom of Speech Award 2020 kepada 17 jurnalis dari 14 negara. Mereka mewakili semua jurnalis di seluruh dunia yang menghilang atau ditangkap atau diancam karena memberitakan pandemi Covid-19.
Serbia: Ana Lalic
Jurnalis wanita yang bekerja untuk situs web berita Nova.rs ini dipenjara selama dua hari setelah menerbitkan artikel tentang minimnya peralatan medis dan alat pelindung diri di Kota Novi Sad, Serbia.
Slovenia: Bla Zgaga
Jurnalis investigasi lepas yang juga merupakan anggota Konsorsium Jurnalis Investigasi Internasional (ICIJ), Bla Zgaga, menerima pelecehan dari pemerintah dan ancaman pembunuhan oleh orang tidak dikenal.
Belarus: Sergej Sazuk
Jurnalis dari situs berita online Yezhednevnik, Sergej Sazuk, ditahan pada 25 Maret 2020 dan dibebaskan pada 4 April 2020 karena tuduhan menerima suap. Sebelum ditahan, Sazuk mengritik pemerintah terkait penanganan pandemi Covid-19. Presiden Belarus, Alexander Lukashenko, mengatakan sebelumnya bahwa “harus ada yang menjaga media yang melaporkan pandemi ini.”
Rusia: Elena Milashina
Pada 12 April 2020, jurnalis investigasi Rusia untuk Novaya Gazeta, Elena Milashina, menerbitkan sebuah artikel yang memberitakan bagaimana pihak berwenang Chechnya menangani pandemi ini. Sehari berselang, Milashina menerima ancaman pembunuhan di media sosial oleh Presiden Chechnya Ramzan Kadyrov sendiri.
Venezuela: Darvinson Rojas
Jurnalis lepas Darvinson Rojas ditangkap secara brutal, diinterogasi, dan dipenjara selama 12 hari setelah memberitakan penyebaran Covid-19 di Venezuela. Rojas didakwa atas ujaran kebencian, namun akhirnya ia dibebaskan dengan jaminan pada 2 April 2020.
Iran: Mohammad Mosaed
Jurnalis lepas Mohammad Mosaed ditangkap pada Februari lalu setelah mengritik kurangnya kesiapan pemerintah menangani wabah virus corona. Menurut Koalisi One Free Press, Mosaed dilarang mempraktikkan jurnalisme dan pihak berwenang telah menangguhkan akun media sosialnya.
Zimbabwe: Beatific Ngumbwanda
Reporter surat kabar mingguan TellZim, Beatific Ngumbwanda, ditangkap pada 8 April 2020 karena melanggar peraturan lockdown. Ia ditahan selama beberapa jam meskipun ia memiliki kartu akreditasi pers.
Uganda: David Musisi Karyankolo
Jurnalis TV Bukedde, David Musisi Karyankolo, dipukuli di rumahnya oleh petugas kepolisian pada awal April lalu, mengakibatkan dirinya koma selama 10 jam. Petugas dari kepolisian yang bertanggung jawab kemudian ditangkap karena dugaan penyerangan terhadap jurnalis.
Turki: Nurcan Baysal
Jurnalis pemenang penghargaan dan pembela hak asasi manusia, Nurcan Baysal, menghadapi dua pemeriksaan dan tuduhan terpisah yakni menghasut publik untuk permusuhan dan kebencian, atas komentarnya pada tanggapan pihak berwenang terkait virus corona.
Turki: smet iit
Pemimpin redaksi surat kabar SES Kocaeli, smet iit, ditangkap sehubungan dengan pemberitaan online pada 18 Maret 2020, tentang dua orang di Kocaeli yang dilaporkan meninggal karena Covid-19. Ia kemudian dibebaskan, OSCE melaporkan.
Yordania: Fares Sayegh
Sebagai salah satu media terkemuka di Yordania, Roya TV berkontribusi menyediakan informasi terkini tentang Covid-19 dan melaporkan berbagai kekurangan dalam langkah-langkah keamanan yang diambil pemerintah pada tahap awal penyebaran wabah corona di sana. Menyusul berita yang menyertakan wawancara warga tentang hal itu, Direktur Pelaksana Fares Sayegh dan seorang rekannya ditangkap pada 9 April 2020, namun kemudian dibebaskan tiga hari kemudian dengan jaminan.
India: Siddharth Varadarajan
Siddharth Varadarajan, salah satu editor pendiri surat kabar online The Wire, mendapatkan panggilan polisi pada 10 April, setelah memberitakan seorang politisi yang melanggar pedoman Covid-19 dengan menghadiri upacara keagamaan. The Wire dituduh menyebabkan “kerusuhan” dan “kepanikan.”
Kamboja: Sovann Rithy
Jurnalis TVFB, Sovann Rithy ditangkap pada 7 April 2020 karena “hasutan yang menyebabkan kekacauan dan membahayakan keamanan sosial” menurut Perdana Menteri Hun Sen, yang memberitakan pemerintah tidak dapat membantu pengemudi taksi di ambang kebangkrutan. Kementerian Informasi Kamboja mencabut izin media TVFB dan Rithy menghadapi ancaman dua tahun penjara jika terbukti bersalah.
Filipina: Maria Victoria Beltran
Pada 19 April 2020, aktris sekaligus penulis yang berbasis di Cebu, Maria Victoria Beltran dipenjara karena unggahan di Facebook terkait meningkatnya jumlah kasus Covid-19 di Kota Cebu. Walikota menyebut unggahan tersebut merupakan “berita palsu dan tindakan kriminal” dan mengancam Beltran dengan hukuman penjara.
Cina: Chen Qiushi
Pengacara, aktivis, dan jurnalis warga negara Tiongkok, Chen Qiushi, yang dikenal karena liputannya tentang protes Hong Kong 2019, mewawancarai dokter dan warga di Wuhan sebelum menghilang pada 6 Februari 2020.
Cina: Li Zehua
Jurnalis yang juga mantan presenter CCTV, Li Zehua, menghilang di Wuhan pada 26 Februari 2020 saat meliput krisis virus corona. Zehua akhirnya muncul kembali di YouTube pada 22 April dan mengatakan ia telah “dikarantina dan diperlakukan dengan baik oleh petugas.”
Cina: Fang Bin
Fang Bin, pengusaha yang beralih menjadi jurnalis ini, mulai melaporkan tentang Covid-19 di kota kelahirannya, Wuhan, pada awal tahun 2020. Salah satu videonya yang paling terkenal menunjukkan beberapa kantong mayat yang berada di luar rumah sakit. Setelah beberapa kali mendapat peringatan dari polisi, ia menghilang pada 9 Februari.(NOV)