Pyongyang – Korea Utara (Korut) mengancam akan meningkatkan jumlah pasukan militernya di Zona Demiliterisasi Korea Selatan-Korea Utara. Ancaman ini muncul usai Korut meledakkan kantor penghubung antar Korea yang memicu kecaman dari Korsel.
Seperti dilansir dari AFP, Rabu (17/6/2020) dalam serangkaian pengaduan tentang Korsel, Korut yang bersenjata nuklir menolak tawaran dari Presiden Korsel Moon Jae-in untuk mengirim utusan guna mengadakan pembicaraan.
Menurut laporan dari KNCA, saudari Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un, Kim Yo Jong menyebut rencana pembicaraan itu sebagai “proposal yang tidak bijaksana dan seram”.Korsel membalasnya dengan kutukan keras yang tidak biasa dan menyebut ucapannya “tidak masuk akal” dan “sangat kasar”.
“Kami mengingatkan bahwa kami tidak akan lagi mentolerir tindakan dan kata-kata Korea Utara yang tidak masuk akal,” kata juru bicara Gedung Biru Yoon Do-han menanggapi hal itu.
Kementerian Pertahanan Korsel mengatakan ancaman Korea Utara akan melanggar beberapa perjanjian antar-Korea.
“Korea Utara pasti akan membayar jika tindakan itu diambil,” katanya dalam sebuah pernyataan.
Dalam sebuah pernyataan yang dibawa oleh kantor berita resmi KCNA, seorang juru bicara militer Korut mengatakan akan mengerahkan unit tingkat resimen ke kawasan wisata Gunung Kumgang dan kompleks Kaesong.Kedua zona itu adalah lokasi proyek bersama antar-Korea yang telah lama ditutup: wisatawan Korsel mengunjungi Gunung Kumgang yang indah, sampai seorang tentara Korea Utara pada 2008 menembak mati seorang wanita yang menyimpang dari jalan.
Di kompleks Kaesong – tempat kantor penghubung yang dibom pada Selasa (16/6) lalu – perusahaan Korsel mempekerjakan pekerja Korut, membayar Pyongyang untuk tenaga kerja mereka dalam pengaturan yang menguntungkan bagi pihak berwenang.Juru bicara militer Korut juga mengatakan pos-pos penjagaan yang telah ditarik dari Zona Demiliterisasi berdasarkan perjanjian antar-Korea 2018 akan dibangun kembali untuk “memperkuat penjaga di garis depan”.
Latihan militer di daerah perbatasan akan dilanjutkan, tambahnya, dan akan mempersiapkan pengiriman selebaran ke Selatan.
Pembongkaran kantor penghubung di Kawasan Industri Kaesong, tepat di seberang perbatasan di wilayah utara. Pembongkaran ini terjadi setelah Korut dengan keras mengutuk Korsel atas selebaran anti-Pyongyang yang dikirim oleh pembelot ke Korut.
Kegiatan di kantor itu telah ditangguhkan selama berbulan-bulan karena pandemi Corona. Hubungan antara negara-negara tetangga terhenti sejak jatuhnya pertemuan puncak tahun lalu antara Korut yang bersenjata nuklir dan AS di Hanoi atas bantuan sanksi dan apa yang Pyongyang akan rela berikan sebagai balasannya.
Para pengamat mengatakan Korut sekarang mungkin berusaha untuk membuat krisis untuk meningkatkan tekanan pada Korsel untuk mengekstraksi konsesi.
Jenewa – Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengonfirmasi bahwa Amerika Serikat (AS) masih menjadi negara anggota WHO hingga kini. Konfirmasi ini disampaikan setelah Presiden AS Donald Trump sebelumnya mengumumkan pemutusan hubungan dengan WHO terkait pandemi virus Corona (COVID-19).
Seperti dilansir CNN, Selasa (16/6/2020), konfirmasi itu disampaikan Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus, dalam media briefing di Jenewa, Swiss, pada Senin (15/6) waktu setempat.
“Iya, Amerika Serikat masih menjadi anggota — negara anggota — dari Organisasi Kesehatan Dunia,” tegas Tedros saat ditanya soal hubungan antara WHO dan AS.
Penegasan Tedros ini disampaikan setelah pada Mei lalu, Trump mengumumkan pemutusan hubungan antara AS dengan WHO. Trump menyebut WHO telah gagal berbuat banyak untuk memerangi penyebaran awal virus Corona.
“Karena mereka gagal melakukan reformasi yang diminta dan sangat dibutuhkan, kita hari ini akan mengakhiri hubungan kita dengan Organisasi Kesehatan Dunia,” kata Trump kepada wartawan di Gedung Putih pada 29 Mei lalu.
Saat itu, Trump mengatakan bahwa AS akan mengalihkan dana yang sebelumnya dialokasikan untuk WHO, ke lembaga-lembaga lainnya di seluruh dunia yang lebih pantas dan lebih membutuhkan bantuan kesehatan masyarakat. Pemutusan hubungan diumumkan setelah Trump menuduh WHO menjadi boneka China, dan menyatakan pembekuan dana ke WHO akan bersifat permanen jika badan tersebut tidak melakukan perbaikan besar.
Diketahui bahwa AS merupakan sumber dukungan finansial terbesar bagi WHO dan keluarnya AS dari badan tersebut diperkirakan akan cukup melemahkan organisasi tersebut. Trump menyebut bahwa AS berkontribusi sekitar US$ 450 juta ke badan dunia tersebut, sementara China memberikan sekitar US$ 40 juta.
Pekan lalu, Tedros menyatakan dalam media briefing bahwa hubungan WHO dengan AS ‘bukan soal uang’ tetapi lebih ke ‘bekerja bersama’ dalam upaya-upaya meningkatkan kesehatan publik.
BrasÃlia – Menteri Pendidikan Brazil, Abraham Weintraub didenda karena tidak menggunakan masker dalam sebuah rapat umum agenda Presiden Jair Bolsonaro. Weintraub diketahui berulang kali mencemooh penggunaan masker saat pandemi virus Corona.
Dilansir AFP, Selasa (16/6/2020) Weintraub salah satu menteri paling kontroversial presiden sayap kanan itu. Dia muncul pada rapat umum yang diselenggarakan oleh pendukung Presiden Bolsonaro pada Minggu (14/6) waktu setempat.
Dia berjabat tangan dan berpose untuk berfoto dengan demonstran. Banyak dari mereka juga tidak mengenakan masker yang telah diwajibkan penggunaan di Ibu Kota Brazil sejak April lalu.Atas tindakan itu, Weintraub didenda 2.000 real dari pemerintah distrik Brasilia karena “ditangkap di depan umum tanpa menggunakan masker” menurut media Brasil dan memuat foto Abraham.
Weintraub mengatakan dalam akun Twitter-nya dia belum diberitahu akan denda tersebut. Namun aturan itu berlaku di Brazil.
“Mereka berusaha membungkamku dengan cara apa pun,” tulis Weintraub.
Presiden Bolsonaro menyamakan virus Corona dengan ‘flu kecil’ dan mengutuk histeria di sekitarnya. Dia juga kerap kali pergi ke ruang publik tanpa mengenakan masker. Namun sejauh ini Bolsonaro belum didenda sejauh ini.(NOV)
Britain – Jasad pilot jet tempur milik Angkatan Udara Amerika Serikat (AS) yang jatuh ke Laut Utara, dekat pantai timur laut Inggris telah ditemukan. Pilot dilaporkan meninggal dunia.
“Pilot dari F-15C Eagle yang jatuh dari Fighter Wing ke-48 telah ditemukan dan dipastikan meninggal,” kata sebuah pernyataan di halaman Facebook RAF Lakenheath, seperti dilansir AFP, Selasa (16/6/2020).
Namanya akan dirilis setelah saudara terdekatnya diberitahu, tambahnya.Elang F-15C jatuh setelah lepas landas dari pangkalan dekat kota Mildenhall di Inggris timur. Pangkalan itu adalah markas Fighter Wing ke-48, yang telah beroperasi sejak 1960 dan memiliki lebih dari 4.500 anggota militer aktif.
Badan Maritim dan Penjaga Pantai mengkonfirmasi bahwa reruntuhan telah ditemukan oleh misi pencarian dan penyelamatan termasuk helikopter, “pesawat lain di daerah itu”, bersama dengan sekoci.
Pesawat dengan satu tempat duduk itu jatuh 74 mil laut (137 kilometer) di lepas pantai Yorkshire Timur, Senin pagi. Mengutip situs web pelacak penerbangan, televisi Sky News mengatakan pesawat itu telah berputar-putar di daerah itu sebelum menghilang.
Sebelumnya, Pihak Angkatan Laut AS menyebut jet tempur ini jatuh pada Senin (15/6) pagi, sekitar pukul 09.40 waktu setempat. Penyebab jatuhnya jet tempur ini belum diketahui pasti.(DAB)
Lodon – Antrean panjang terjadi di luar toko-toko yang berada di sejumlah kota di Inggris pada Senin waktu setempat. Hal ini terjadi ketika Inggris melakukan pelonggaran lockdown dan mulai membuka pusat perbelanjaan.
Di London, kerumunan terjadi di luar toko Nike di Oxford Street. Sementara toko pakaian Primark di kota-kota besar seperti Birmingham dan Liverpool juga terlihat antrean panjang.
“Saya senang bisa berbelanja lagi setelah sekian lama,” kata seorang siswa berusia 18 tahun, Precious seperti dilansir AFP, Senin (15/6/2020).
Warga setempat juga mengunjungi kebun binatang dan taman safari. Rumah ibadah juga dibuka kembali untuk doa pribadi dan beberapa murid sekolah menengah kembali ke ruang kelasnya.
Di Ibu Kota, penumpang melindungi wajah dan mengenakan masker saat berada di transportasi umum. Sementara maskapai bertarif rendah easyJet berangkat lagi untuk penerbangan pertamanya dalam 11 minggu.
Pemerintah Inggris telah menerapkan pendekatan yang hati-hati untuk membuka kembali pusat perbelanjaan. Inggris berharap belanja ritel akan meningkatkan perekonomian dengan prediksi resesi menjulang.
Menteri Keuangan Rishi Sunak mengakui kecemasan setelah survei baru-baru ini menunjukkan hanya 40 persen orang merasa nyaman untuk kembali ke toko.
“Ini pengalaman sedikit berbeda,” katanya Minggu (14/6). “Tapi itu adalah lingkungan yang aman dan kita semua harus bisa keluar dan meyakini kita harus bisa berbelanja dengan percaya diri,” imbuhnya.
Perdana Menteri Boris Johnson, berkeliling pusat perbelanjaan di London timur pada Minggu (14/6) kemarin. Dia mengatakan orang harus “Berbelanja dan berbelanja dengan percaya diri,” katanya.(MAD)
JAKARTA,KHATULISTIWAONLINE.COM – Spanyol akan membuka kembali perbatasannya untuk sebagian besar pengunjung Eropa. Pembukaan ini akan mulai dilakukan pada 21 Juni 2020.
Dilansir Reuters, Senin (15/6/2020) pembukaan ini disebut 10 hari lebih awal dari yang direncanakan. Saat ini spanyol tengah mencoba untuk menarik kembali wisatawan, setelah mengumumkan beberapa tanggal dalam beberapa minggu terakhir.
Dari tanggal 21 Juni, ketika keadaan darurat Spanyol berakhir itu akan memungkinkan masuknya pengunjung dari Uni Eropa dan daerah perbatasan Schengen. Juga termasuk negara-negara non-UE seperti Swiss dan Norwegia, Menteri Luar Negeri Spanyol Arancha Gonzalez Laya tweeted .Untuk pengunjung dari luar Uni Eropa atau wilayah Schengen, baru dapat mengunjungi Spanyol mulai 1 Juli. Namun itu akan bergantung pada situasi kesehatan masyarakat negara mereka.
Sedangkan untuk pengunjung Inggris, akan dapat melakukan perjalanan ke Spanyol mulai 21 Juni. Hal ini karena Inggris masih dianggap bagian dari UE, kata sumber kementerian luar negeri Spanyol.
Diketahui perbatasan Spanyol saat ini tertutup bagi wisatawan. Mereka yang dibebaskan dari larangan masuk harus menghabiskan 14 hari di karantina sebagai tindakan pencegahan terhadap penyebaran COVID-19, yang sejauh ini telah menewaskan lebih dari 27.000 orang di negara itu.
Moskow – Presiden Rusia, Vladimir Putin, mengklaim bahwa negaranya lebih sukses dalam menangani virus Corona (COVID-19) daripada Amerika Serikat (AS). Putin pun mengkritik kurangnya kepemimpinan yang kuat di AS saat menghadapi situasi pandemi Corona yang merajalela.
Seperti dilansir AFP, Senin (15/6/2020), klaim itu disampaikan Putin dalam wawancara dengan televisi nasional Rusia pada Minggu (14/6) waktu setempat. Dalam pernyataannya, Putin membandingkan situasi pandemi di Rusia dan AS.
“Kita keluar dari situasi virus Corona secara stabil dengan kehilangan (nyawa) yang minimal, Tuhan mengizinkan, di Amerika, itu tidak terjadi seperti itu,” ucap Putin dalam wawancara tersebut.
Pada Minggu (14/6) waktu setempat, otoritas Rusia melaporkan 8.835 kasus baru, sehingga total kasus virus Corona di negara ini mencapai 528.964 kasus sejauh ini. Angka ini tercatat sebagai total kasus Corona terbanyak ketiga di dunia, setelah AS dengan lebih dari 2 juta kasus dan Brasil dengan lebih dari 867 ribu kasus.
Beberapa wilayah di Rusia mulai mencabut pembatasan lockdown (penguncian) secara bertahap. Ibu kota Moskow telah membuka kembali pertokoan non-esensial dan salon-salon setempat.
Dalam wawancara itu, Putin juga menyebut bahwa pandemi Corona telah mengekspos ‘krisis internal yang mendalam’ di AS. Dia secara khusus mengkritik kurangnya kepemimpinan yang kuat dalam menghadapi situasi pandemi Corona.
“Presiden (AS) mengatakan kita perlu melakukan ini dan itu, tapi gubernur di beberapa wilayah memberitahunya harus bertindak apa,” ujarnya. “Saya pikir persoalannya adalah kepentingan kelompok, kepentingan partai ditempatkan lebih tinggi dari kepentingan seluruh masyarakat dan kepentingan rakyat,” ujar Putin mengkritik AS.
Washington – Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengatakan metode kontroversial menekan leher yang digunakan sejumlah polisi AS untuk melumpuhkan tersangka sebaiknya dilarang secara “umum”, namun mungkin diperlukan dalam situasi yang berbahaya.
“Jika seorang polisi terlibat dalam perkelahian sengit dan dia meraih seseorang… Anda harus berhati-hati,” ujar Trump.
Dia melanjutkan, “konsep menekan leher [tersangka] terdengar sangat murni, betul-betul sempurna.”
Namun, menurut Trump, melarang metode ini — seperti tuntutan para demonstran di seluruh AS akibat ulah keji polisi yang memicu tewasnya George Floyd usai lehernya ditekan lutut polisi — akan lebih bagus.
“Secara umum begitu,” ujarnya dalam wawancara dengan Fox News seperti dilansir AFP, Sabtu (13/6/2020).
Trump pun berjanji akan membuat “rekomendasi yang sangat kuat” untuk otoritas lokal.
Dalam rekaman wawancara pada Kamis (11/6) waktu setempat itu, Trump merespons seruan dari seluruh AS agar polisi menghentikan penggunaan metode tersebut ketika melakukan penangkapan tersangka.
Teknik menekan leher atau penguncian leher adalah cara melumpuhkan seseorang dengan aman, tetapi juga berisiko besar membuat seorang tersangka meregang nyawa.
Sebelumnya, Floyd meninggal di Minneapolis setelah seorang polisi menekan lehernya dengan lutut tanpa henti selama nyaris 9 menit. Dia mengabaikan kondisi Floyd yang sekarat akibat tak bisa bernapas.
Kota Midwestern itu kini sepakat melarang metode menekan leher saat polisi melumpuhkan tersangka.Di New York, Eric Garner, warga Afrika-Amerika tak bersenjata, meninggal pada 2014 setelah seorang petugas polisi melakukan tindakan serupa saat proses penangkapannya.
Saat ditanya mengenai aksi-aksi protes terhadap kebrutalan polisi, Trump mengatakan dirinya ingin “melihat penegakan hukum yang benar-benar berbelas kasih tetapi kuat.”
“Ketangguhan kadang-kadang adalah yang paling berbelas kasih,” ujarnya.(MAD)
JAKARTA,KHATULISTIWAONLINE.COM – Media pemerintah Korea Utara pada hari Jumat (12/06) melaporkan, hubungan antara Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un dan Presiden Amerika Serikat Donald Trump nyaris tidak ada gunanya untuk dipertahankan, apabila Amerika Serikat tetap menjalankan kebijakan yang dinilai merugikan Korea Utara. Pernyataan ini diungkapkan dua tahun setelah keduanya pertama kali bertemu pada tahun 2018.
“Kebijakan AS membuktikan Washington tetap menjadi ancaman jangka panjang bagi negara Korea Utara dan rakyatnya, dan Korea Utara akan mengembangkan pasukan militer yang lebih andal untuk menghadapi ancaman itu”, demikian dikatakan Menteri Luar Negeri Korea Utara, Ri Son Gwon, dalam sebuah pernyataan yang dirilis oleh kantor berita Korea Utara, KCNA.
Trump dan Kim sempat saling kecam dan ancam pada tahun 2017 ketika Korea Utara membuat kemajuan besar dalam program nuklir dan persenjataannya. Saat itu, Amerika Serikat merespons dengan memimpin upaya internasional untuk memperketat sanksi bagi negara komunis itu.
Namun hubungan keduanya secara signifikan meningkat menjelang KTT Singapura. Pada Juni 2018 untuk pertama kalinya ada seorang presiden Amerika Serikat bertemu dengan seorang pemimpin Korea Utara. Meski demikian, tidak ada pernyataan spesifik yang keluar setelah pertemuan tersebut.
KTT kedua pada Februari 2019 di Vietnam gagal mencapai kesepakatan karena ada konflik terkait permintaan AS agar Korea Utara sepenuhnya menyerahkan senjata nuklirnya, dan tuntutan Korea Utara agar adanya bantuan cepat atas sanksi yang diterapkan.
Menlu Ri Son Gwon juga mengatakan bahwa pemerintahan Trump tampaknya hanya berfokus pada upaya menggolkan tujuan-tujuan politiknya sendiri, sambil berusaha untuk mengisolasi dan mencekik Korea Utara, serta mengancam akan terlebih dahulu menyerang dan mengubah rezim di sana.
“Kami tidak akan lagi-lagi memberikan paket kepada kepala eksekutif AS untuk dimanfaatkan bagi pencapaiannya, tanpa menerima imbalan,” kata Ri Son Gwon. “Tidak ada yang lebih munafik daripada janji kosong.” Departemen Luar Negeri AS dan Gedung Putih tidak segera menanggapi permintaan media untuk berkomentar terkait hal ini.
Pada hari Kamis (11/06), seorang juru bicara Departemen Luar Negeri Amerika Serikat mengatakan kepada kantor berita Korea Selatan, Yonhap, bahwa AS tetap berkomitmen untuk berdialog dengan Korea Utara, dan terbuka pada “pendekatan yang fleksibel untuk mencapai kesepakatan yang seimbang.”
Hadapi tekanan jelang pemilu
Pada hari Kamis Korea Utara juga mengkritik Amerika Serikat karena mengomentari permasalahan yang terjadi di antara kedua Korea, dan mengatakan Washington harus tetap diam jika ingin pemilihan presiden November mendatang berjalan lancar.
“Korea Utara kemungkinan akan mencoba meningkatkan tekanan terhadap Amerika Serikat menjelang pemilihan presiden mendatang”, kata Daniel Russel, diplomat AS untuk wilayah Asia Timur. Menurut Russel, klaim Trump yang mengatakan bahwa ia telah menyelesaikan masalah Korea Utara telah memberi pengaruh kepada negara itu.
Sementara Ramon Pacheco Pardo, ahli Korea di King’s College London, Inggris, mengatakan pernyataan Menlu Ri Son Gwon tersebut menunjukkan bahwa Korea Utara masih mempertimbangkan semua opsi yang tersedia, mulai dari proses diplomatik yang tepat hingga pengembangan lebih lanjut program nuklirnya.
“Korea Utara masih terus membutuhkan kesepakatan yang layak dibandingkan AS,” kata Pacheco Pardo di Twitter. “Itu belum berubah.”
Ri mengatakan keinginan Korea Utara untuk membuka era kerja sama baru masih tetap seperti sebelumnya, tetapi situasi di Semenanjung Korea setiap hari semakin memburuk. “AS mengaku sebagai advokat untuk meningkatkan hubungan dengan DPRK (nama resmi Korea Utara), tetapi pada kenyataannya … hanya memperburuk situasi,” pungkas Menlu Korea Utara itu.(NOV)
JAKARTA,KHATULISTIWAONLINE.COM – Alice Cutter, 24 tahun, memasuki kontes kecantikan dengan nama ‘Miss Buchenwald’, memakai nama kamp konsentrasi Nazi di Jerman. Pengadilan di Birmingham Inggris hari Selasa (9/6) menjatuhkan hukuman penjara terhadapnya dan tiga pria lain. Mereka termasuk dalam jaringan neo-Nazi National Action (NA) yang berpusat di Amerika Serikat dan sudah dilarang di Inggris.
Ketiga pria itu adalah, Mark Jones, 25 tahun, mantan kekasih Alice Cutter, yang dijatuhi hukuman penjara lima setengah tahun, Gary Jack, 24, dan Connor Scothern, 19 – masing-masing dijatuhi hukuman empat tahun enam bulan, dan 18 bulan penjara.
Mereka sudah dinyatakan bersalah Maret lalu oleh pengadilan karena menjadi anggota kelompok terlarang NA. Sedangkan hukumannya ditentukan kemudian.
Para juri di pengadilan Birmingham sebelum menjatuhkan vonisnya diperlihatkan pesan-pesan di media sosial Alice Cutter, yang bergurau dengan penyerangan berdarah di rumah-rumah ibadah, menggunakan kepala orang Yahudi sebagai bola sepak, dan mengatakan “Membusuklah di neraka”. Dia dan kelompoknya juga melontarkan gurauan setelah mendengar tentang pembunuhan anggota parlemen Inggris Jo Cox tahun 2016 menjelang referendum Brexit oleh seorang anggota National Action.
Pemerintah Inggris kemudian melarang kelompok National Action dan menggambarkannya sebagai “organisasi rasis, anti-semit dan homofobik yang membangkitkan kebencian dan memuliakan kekerasan.”
‘Ideologi keji’
Hakim Paul Farrer QC mengatakan kepada para terdakwa di pengadilan, “Anda tidak bersedia untuk memisahkan diri dari ideologi keji kelompok ini dan karena itu menentang larangan dan terus menjadi anggota,” menurut laporan harian lokal Metro.
Dia selanjutnya mengatakan, Alice Cutter memang “tidak pernah memegang peran organisasi atau kepemimpinan,” tetapi dia adalah “orang kepercayaan” dari salah satu pemimpin NA.
Alice Cutter membantah menjadi anggota kelompok NA, meskipun menghadiri aksi-aksi kelompok itu, di mana para pesertanya membawa tanda-tanda yang bertuliskan “Hitler benar.”
Polisi menemukan bukti bahwa semua terdakwa terus berpartisipasi dalam pertemuan NA di Birmingham, meskipun kelompok tersebut telah dinyatakan sebagai organisasi teroris.
Pemuja Nazi Hitler
Jaksa penuntut mengatakan, dalam penggeledahan rumah Alice Cutter dan Mark Jones ditemukan perlengkapan dan gambar-gambar Nazi, serta senjata.
Gary Jack yang dijatuhi hukuman empat tahun penjara digambarkan sebagai anggota aktif NA, bahkan setelah pelarangan organisasi itu. Dia juga diyakini memasang stiker-stiker rasial di kampus universitas.
Connor Scothern, 19 tahun, juga anggota aktif NA dan telah membagikan hampir 1.500 stiker yang menyerukan “solusi final” sehubungan dengan genosida orang Yahudi oleh Nazi.
Pengamat memperkirakan, sekalipun sudah dilarang di Inggris, masih ada beberapa anggota garis keras NA yang tetap aktif di Inggris dengan menggunakan nama berbeda untuk menyembunyikan kegiatannya.