Muscat –
Otoritas Oman menyambut baik keputusan Bahrain untuk menormalisasi hubungan dengan Israel. Oman berharap perjanjian damai itu akan berkontribusi pada perdamaian Israel dan Palestina nantinya.
Seperti dilansir Reuters, Senin (14/9/2020), Bahrain menjadi negara Arab keempat, setelah Mesir, Yordania dan Uni Emirat Arab (UEA), yang sepakat menormalisasi hubungan dengan Israel. Pengumuman perjanjian damai Bahrain dan Israel diumumkan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump, pekan lalu. Bahrain menyusul UEA yang terlebih dulu mencapai kesepakatan serupa dengan Israel yang diumumkan bulan lalu.
“(Oman) Berharap jalur strategis baru yang diambil beberapa negara Arab ini akan berkontribusi untuk mewujudkan perdamaian berdasarkan pada diakhirinya pendudukan Israel atas tanah Palestina dan pada pembentukan negara Palestina yang merdeka dengan Yerusalem Timur sebagai ibu kota,” demikian pernyataan pemerintah Bahrain.
Sementara itu, Menteri Intelijen Israel menyatakan beberapa hari usai pengumuman perjanjian damai pada 13 Agustus lalu bahwa Oman juga bisa menormalisasi hubungan dengan Israel.
Diketahui bahwa Oman telah menyambut baik keputusan UEA dan Bahrain, namun tidak mengomentari soal prospek negaranya juga menjalin hubungan resmi dengan Israel.
Tahun 2018, Perdana Menteri (PM) Israel, Benjamin Netanyahu, mengunjungi Oman dan membahas inisiatif perdamaian di Timur Tengah dengan pemimpin Oman saat itu, Sultan Qaboos.
Berada di wilayah yang bergejolak, Oman tetap mempertahankan netralitasnya. Negara ini menjaga hubungan persahabatan dengan berbagai aktor kawasan, termasuk Amerika Serikat (AS) dan Iran yang bermusuhan.(RIF)
Berlin –
Sejak 28 tahun perusahaan asuransi terbesar Jerman R+V melakukan survei tentang apa yang dikhawatirkan masyarakat. Pada tahun pandemi Corona, tingkat kekhawatiran masyarakat secara keseluruhan justru turun. Hasil ini bahkan mengejutkan para peneliti. Indeks kekhawatiran bahkan mencapai tingkat terendah sejak survei kekhawatiran dilakukan, dari 39 persen tahun 1992, menjadi 37 persen pada tahun 2020.
“Orang Jerman tidak bereaksi terhadap pandemi dengan panik,” kata Brigitte Rmstedt, direktur informasi R+V kepada DW. “Banyak dari kekhawatiran yang sempat muncul tampaknya mereda.”
Orang-orang punya perasaan bahwa “segalanya di bawah kendali dan kami dapat menangani ini,” jelas Brigitte Rmstedt. Sikap itu berbeda dengan beberapa tahun lalu ketika ada perang, terorisme, krisis politik imigrasi, dan ekstremisme menjadi ketakutan terbesar masyarakat Jerman.
Penduduk Jerman tidak terlalu takut pandemi Corona
Untuk penelitian tersebut, sekitar 2.400 pria dan wanita di Jerman berusia 14 tahun ke atas disurvei antara awal Juni hingga akhir Juli tahun ini. Para peneliti bertanya kepada responden tentang ketakutan terbesar mereka dalam bidang politik, ekonomi, secara pribadi dan dalam lingkungan mereka.
Hasil survei menunjukkan, penduduk Jerman relatif tidak takut dengan pandemi saat ini. Hanya 32% (tahun sebelumnya 35%) mengatakan mereka takut jatuh sakit karena penyakit serius. Padahal tahun ini ada pandemi Corona.
“Hanya sekitar satu dari tiga orang yang disurvei mengatakan takut bahwa mereka atau orang lain di lingkaran sosial mereka dapat terinfeksi virus Corona,” kata Brigitte Rmstedt. Temuan serupa dibuat pada awal bulan ini oleh survei lain, Deutschlandtrend.
Dampak ekonomi Corona lebih dikhawatirkan daripada virusnya
Hanya 42% responden mengatakan khawatir bahwa globalisasi dapat menyebabkan pandemi lebih sering terjadi di masa depan.
“Mengingat penyebaran virus yang cepat di seluruh dunia, kami memperkirakan angka yang lebih tinggi. Tapi menurut temuan kami, orang jauh lebih takut bahwa virus dapat mengancam kesejahteraan ekonomi mereka daripada kesehatan mereka,” kata Brigitte Rmstedt.
Ketakutan kemungkinan kehilangan pekerjaan kembali berada di puncak indeks ketakutan di bidang ekonomi tahun ini. Kekhawatiran tentang kenaikan biaya hidup menempati urutan kedua.
Politik Donald Trump yang paling ditakuti
Pada 3 November akan dilakukan pemilihan presiden di AS. Bagi banyak penduduk Jerman, kemenangan Donald Trump adalah mimpi buruk. Trump menempati urutan teratas dalam daftar ketakutan, dengan 53% responden mengatakan mereka takut dampak politiknya.
“Kebijakan luar negeri Trump telah berulang kali menyebabkan masalah internasional yang serius,” kata Manfred G. Schmidt, ilmuwan politik di Universitas Ruprecht-Karls di Heidelberg. Washington juga terus menarik diri dari kerja sama internasional, tambahnya.
Di bidang politik, kekhawatiran tentang imigrasi telah turun ke level terendah dalam lima tahun. Pada tahun 2020, 43% orang yang disurvei mengatakan mereka khawatir bahwa masuknya orang asing bisa menyebabkan ketegangan antarawarga dan pendatang baru. Tapi jumlah orang yang khawatir negara Jerman bisa kewalahan dengan kedatangan pengungsi turun dari 56% tahun lalu menjadi 43% tahun ini.
Hasilnya juga mengejutkan para peneliti: masyarakat Jerman jadi lebih percaya pada politik dan politisi ketimbang sebelumnya. Hanya sekitar 40% responden yang mengatakan bahwa mereka saat ini khawatir bahwa para politisi tidak melakukan tugas mereka dengan baik. Inilah angka terendah sejak tahun 2000. Menurut penulis penelitian, ini ada hubungannya dengan kepuasan umum masyarakat dengan manajemen krisis pemerintah Jerman selama pandemi Corona.(RIF)
New Delhi –
Virus Corona di India semakin merajalela. Namun, di tengah parahnya wabah, ada seorang menteri yang mengklaim kebal Corona karena terlahir di atas kotoran sapi.
Seperti dilansir The Indian Express, Kamis (10/9/2020) selama ini banyak klaim ‘obat Corona’ yang beredar di India, dari mulai menyuntikkan disinfektan hingga minum alkohol. Klaim terbaru soal Corona datang dari Menteri negara bagian Madhya Pradesh, Imarti Devi, yang baru-baru ini mengatakan bahwa dia tidak dapat terinfeksi Corona karena dia lahir di atas kotoran sapi dan lumpur.
Dalam sebuah video yang viral, Devi terlihat memberi tahu wartawan di Gwalior betapa salahnya pemberitaan media bahwa ia dinyatakan positif COVID-19.
“Hanya Anda yang ada di sana dan Anda mengatakan bahwa saya terjangkit Corona. Saya lahir di lumpur dan kotoran sapi. Ada begitu banyak kuman di sana sehingga Corona tidak akan mendekati saya,” ujar Devi dalam video itu.
Sejak kejadian tersebut, video klaim aneh tersebut menjadi viral di beberapa platform media sosial.
Untuk diketahui, saat ini, seperti dilansir Associated Press dan media lokal NDTV, Jumat (11/9/2020), Kementerian Kesehatan India melaporkan 96.551 kasus Corona dalam 24 jam terakhir di wilayahnya. Lonjakan ini kembali mencetak rekor tertinggi untuk tambahan kasus harian, setelah India melaporkan 95.735 kasus Corona sehari sebelumnya.
Dengan lonjakan itu, total 4.562.414 kasus infeksi Corona kini tercatat di wilayah India. Total kasus itu masih tercatat sebagai yang tertinggi kedua di dunia, setelah Amerika Serikat (AS) dengan nyaris 6,4 juta kasus.
Kementerian Kesehatan India juga melaporkan 1.209 kematian dalam 24 jam terakhir. Sejauh ini, total sedikitnya 76.271 orang meninggal dunia akibat Corona di India.
Dengan total kematian ini, India menempati peringkat ketiga sebagai negara dengan total kematian terbanyak di dunia, setelah AS dengan lebih dari 191 ribu kematian dan Brasil dengan lebih dari 129 ribu kematian.(NOV)
Paris –
Para pemimpin tujuh negara Eropa di Mediterania siap untuk mendukung sanksi Uni Eropa terhadap Turki. Mereka ingin sanksi itu dijatuhkan jika Turki menghindari dialog tentang meningkatnya ketegangan di laut tersebut.
Seperti dilansir AFP, Jumat (11/9/2020) Presiden Prancis Emmanuel Macron menjadi tuan rumah bagi para pemimpin enam negara Uni Eropa lainnya, termasuk saingan regional Turki, Yunani, untuk pertemuan puncak di Corsica dengan harapan menemukan kesepakatan menjelang pertemuan puncak Uni Eropa berikutnya bulan ini.
Menunjukkan kembali kemarahannya terhadap Turki yang dipimpin Presiden Recep Tayyip Erdogan, Macron mengatakan sebelum KTT bahwa sekutu NATO itu tidak lagi menjadi mitra di Mediterania timur, dan bahwa rakyatnya “pantas mendapatkan sesuatu” yang berbeda dengan cara pemerintah berperilaku saat ini.
Prancis telah sangat mendukung Yunani dan Siprus dalam perselisihan yang berkembang dengan Turki atas sumber daya hidrokarbon dan pengaruh angkatan laut di Mediterania timur, yang telah memicu kekhawatiran akan konflik yang lebih parah.
Setelah pembicaraan dengan para pemimpin Italia, Malta, Portugal, Spanyol, Yunani dan Siprus di resor Porticcio di luar ibu kota lokal Ajaccio, Macron mengatakan bahwa para pemimpin ingin terlibat kembali dalam dialog dengan Turki “dengan itikad baik “.
Tetapi pernyataan terakhir dari para pemimpin itu menjelaskan bahwa sanksi akan dibahas jika Turki gagal mengakhiri “tindakan konfrontasinya”.
“Kami menyesalkan bahwa Turki tidak menanggapi seruan berulang kali oleh Uni Eropa untuk mengakhiri kegiatan sepihak dan ilegal di Mediterania Timur dan Laut Aegea,” demikian pernyataan bersama para pemimpin Eropa tersebut.
“Kami mempertahankan bahwa tidak adanya kemajuan dalam melibatkan Turki ke dalam dialog dan kecuali Turki mengakhiri kegiatan sepihaknya, UE siap untuk mengembangkan daftar langkah-langkah pembatasan lebih lanjut,” kata para pemimpin.
Selanjutnya, masalah ini nantinya juga bisa dibahas di Dewan Eropa pada 24-25 September.
Sebelumnya, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan pada Minggu (06/09) meminta Uni Eropa untuk mengambil posisi “tidak memihak” di perselisihan timur Laut Tengah, di mana Turki terkekang dalam ketegangan yang meningkat dengan Yunani.
Erdogan mengatakan kepada Presiden Dewan Eropa Charles Michel melalui sambungan telepon bahwa pendekatan UE akan menjadi ujian bagi hukum internasional dan perdamaian regional, kata sebuah pernyataan yang dirilis kantor Erdogan.
Presiden Turki “meminta Uni Eropa dan negara-negara anggota untuk bersikap adil, tidak memihak, objektif dan bertindak secara bertanggung jawab atas masalah regional, khususnya timur Laut Tengah,” kata pernyataan itu.(VAN)
Brasilia –
Negara bagian Bahia di Brasil sepakat untuk menjadi lokasi uji coba klinis fase 3 bagi vaksin virus Corona (COVID-19) buatan Rusia yang bernama Sputnik V. Otoritas Bahia juga berencana untuk membeli 50 juta dosis vaksin Corona buatan Rusia bagi warga setempat.
Seperti dilansir Reuters, Jumat (11/9/2020), Gubernur Bahia, Rui Costa, menyatakan bahwa perjanjian telah ditandatangani pada Selasa (8/9) waktu setempat untuk melakukan uji coba klinis itu.
Negara bagian Bahia akan menerima 500 dosis pertama segera setelah regulator kesehatan Brasil, Anvisa, menyetujui protokol untuk uji coba. Rusia menyebut Sputnik V sebagai vaksin Corona pertama yang resmi terdaftar di dunia, meskipun uji coba klinis fase 3 belum selesai dilakukan.
Dalam pernyataannya, Costa menyatakan bahwa pemerintah federal Brasil harus berbuat lebih banyak untuk menjalin kemitraan internasional demi membantu penelitian vaksin-vaksin Corona yang sedang dikembangkan.
Jika uji coba klinis Sputnik V yang diperkirakan mulai pada Oktober mendatang terbukti berhasil, otoritas Bahia akan berupaya memasarkan vaksin Corona buatan Rusia itu di Brasil melalui pusat penelitian farmasi yang bernama Bahiafarma. Hal tersebut diungkapkan oleh Menteri Kesehatan negara bagian Bahia, Fabio Vilas-Boas, dalam pernyataannya.
Secara terpisah, menurut seorang sumber dari pemerintah Bahia, otoritas negara bagian itu berkomitmen untuk membeli 50 juta dosis vaksin Sputnik V nantinya.
Diketahui bahwa Sputnik V dikembangkan oleh Institut Penelitian Gamaleya di Moskow dan dipasarkan oleh Dana Investasi Langsung Rusia (RDIF). Bulan lalu, RDIF menandatangani perjanjian dengan negara bagian Parana di Brasil untuk menguji coba dan memproduksi vaksin buatan Rusia itu.
Dalam pernyataan pada Kamis (10/9) waktu setempat, Kepala Eksekutif RDIF, Kiril Dmitriev, menuturkan bahwa ‘satu lagi negara bagian besar di Brasil setuju untuk mendapatkan 50 juta dosis vaksin’. Namun dia tidak menyebut lebih lanjut nama negara bagian itu.(RIF)
Helsinki –
Perdana Menteri Finlandia Sanna Marin bakal bekerja jarak jauh sampai pemberitahuan lebih lanjut, menyusul peringatan dirinya terpapar virus Corona. Marin juga akan menjalani pemeriksaan Corona.
Dilansir AFP, Jumat (11/9/2020), sebuah aplikasi virus Corona di Finlandia memperingatkan bahwa Marin mungkin saja terpapar virus Corona dan diminta untuk menjalani isolasi mandiri. Marin, 34 tahun, “akan diuji untuk COVID-19,” ujar pernyataan kantor PM Finlandia.
Marin juga disebutkan “Tidak menunjukkan gejala dan merasa baik-baik saja,” kata sebuah pernyataan.
Pada 18 Agustus lalu, Marin mengungkapkan bahwa dirinya mengalami gejala pernapasan. Gejala pernapasan merupakan salah satu gejala seseorang terkena virus Corona. Namun perlu tes swab untuk memastikannya.
“Saya mengalami gejala pernapasan ringan. Saya akan menjalani tes corona dan bekerja dari jarak jauh,” kata Marin di Twitter.
Untuk diketahui, Finlandia baru saja meluncurkan aplikasi pelacakan virus Corona pada awal September yang memungkinkan pengguna smartphone menerima peringatan ketika mereka melakukan kontak dekat dengan seseorang yang dites positif virus Corona. Aplikasi Koronavilkku sudah diunduh 1,8 juta kali.(NOV)
Washington DC –
Kematian global akibat virus Corona (COVID-19) saat ini melampaui 900 ribu orang. Total kasus Corona secara global sejauh ini mencapai 27,7 juta kasus.
Seperti dilansir Reuters, Kamis (10/9/2020), Amerika Serikat (AS) masih tercatat sebagai negara dengan total kematian dan total kasus Corona terbanyak di dunia. Sejauh ini, AS melaporkan lebih dari 190 ribu kematian dan total lebih dari 6,3 juta kasus Corona di wilayahnya.
Brasil menempati peringkat kedua setelah AS, dengan lebih dari 127 ribu kematian. India berada di peringkat ketiga dengan nyaris 74 ribu kematian.
Pada Senin (7/9) waktu setempat, India melaporkan 90.802 kasus Corona dalam sehari — tambahan kasus harian tertinggi di dunia. Total kasus Corona di India kini melebihi 4,3 juta kasus, yang tercatat sebagai total kasus Corona terbanyak kedua di dunia setelah AS.
Brasil yang mencatat total 4,1 juta kasus Corona di wilayahnya, menempati peringkat ketiga sebagai negara dengan total kasus Corona terbanyak di dunia.
Dengan pusat pandemi Corona global berpindah ke India, belum ada pertanda soal puncak pandemi di negara dengan total populasi tertinggi kedua di dunia ini. India melaporkan tambahan kasus harian dan tambahan kematian yang selalu lebih banyak dibanding negara-negara lainnya dalam beberapa waktu terakhir. Selama dua pekan terakhir, India tercatat melaporkan rata-rata lebih dari 1.000 kematian setiap harinya.
Secara keseluruhan, benua Amerika masih ‘menyumbang’ lebih dari separuh dari total kematian Corona secara global. Jumlah kematian Corona dengan angka tinggi tercatat di Meksiko, Peru, Kolombia, Chile dan Ekuador.
Data penghitungan Reuters yang didasarkan pada data dua pekan terakhir menunjukkan bahwa rata-rata lebih dari 5.600 orang meninggal akibat Corona setiap harinya. Menurut Reuters, angka kematian cenderung stabil, dengan dibutuhkan waktu 18 hari untuk naik dari 800 ribu kematian menjadi 900 ribu kematian. Sebelumnya, dibutuhkan waktu 17 hari untuk naik dari 700 ribu kematian menjadi 800 ribu kematian.
Angka kematian di India mencapai sekitar 1 persen, sedangkan di Brasil dan AS mencapai sekitar 3 persen, sesuai dengan rata-rata angka kematian global.
Sementara total kematian dan total kasus Corona di AS tercatat menurun dari puncaknya pada Juli lalu. Namun pada umumnya, total kasus Corona di AS mengalami kenaikan di sekitar 40 persen wilayahnya, yang sebagian dipicu oleh kembalinya para mahasiswa ke kampus.
Di kawasan Eropa, beberapa negara baru-baru ini mencetak rekor untuk tambahan kasus harian tertinggi. Kemunculan kasus-kasus baru Corona di Eropa mirip seperti saat musim semi, yang menandakan gelombang kedua Corona sedang berlangsung.
Lonjakan tajam nyaris 3 ribu kasus baru di Inggris selama akhir pekan, tercatat sebagai lonjakan tertinggi sejak Mei. Akibat lonjakan ini, otoritas Inggris kembali menerapkan larangan berkumpul untuk lebih dari 6 orang. Inggris diketahui mencatat total kematian tertinggi kelima di dunia, dengan 41.683 kematian. Total kasus Corona di Inggris sejauh ini melebihi 357 ribu kasus.
Sedangkan Spanyol menjadi negara pertama di Eropa Barat yang mencatat lebih dari 500 ribu kasus Corona. Sejauh ini, Spanyol melaporkan total lebih dari 543 ribu kasus di wilayahnya.
Kematian pertama akibat Corona tercatat di Wuhan, China pada 10 Januari lalu. Data penghitungan Johns Hopkins University (JHU) melaporkan total 901.050 kematian akibat Corona kini tercatat secara global, dengan totalnya mencapai 27.719.952 kasus.(NOV)
Beijing –
Dua wartawan Australia bergegas meninggalkan China setelah kepolisian setempat berupaya menanyai mereka. Hal ini terjadi setelah beberapa waktu lalu, otoritas China menahan seorang wartawan Australia yang bekerja untuk televisi terkemuka China, CGTN TV.
Seperti dilansir AFP, Selasa (8/9/2020), kedua wartawan itu diidentifikasi sebagai Bill Birtles yang merupakan wartawan Australian Broadcasting Corporation (ABC) dan Michael Smith yang merupakan koresponden Australian Financial Review (AFR).
Dituturkan pihak ABC dalam pernyataannya bahwa Birtles yang berdomisili di Beijing dan Smith yang bekerja dari Shanghai sempat beberapa hari berlindung di kantor diplomatik Australia sebelum diperbolehkan meninggalkan China. Kedua wartawan itu terbang keluar China via Shanghai, dengan didampingi diplomat Australia, pada Senin (7/9) waktu setempat dan telah tiba di Sydney pada Selasa (8/9) pagi waktu setempat.
Insiden ini terjadi di tengah memburuknya hubungan diplomatik antara Australia dan China, juga setelah penahanan Cheng Lei, seorang wartawan Australia yang bekerja sebagai penyiar berita bisnis untuk CGTN TV, bulan lalu. Otoritas China belum memberitahukan alasan penahanan Cheng. Cheng menjadi warga Australia terkemuka kedua yang ditahan China, setelah penulis Yang Hengjun yang ditangkap pada Januari 2019 atas tuduhan spionase.
Lebih lanjut, pihak ABC menuturkan bahwa Kementerian Luar Negeri Australia memperingatkan Birtles, pekan lalu, bahwa dia harus segera meninggalkan China. Namun sehari sebelum jadwal penerbangannya, ada tujuh polisi mendatangi rumah Birtles pada tengah malam dan menegaskan dia dilarang keluar dari China.
Para polisi itu menyatakan mereka ingin menanyai Birtles terkait sebuah ‘kasus keamanan nasional’. Hal ini mendorong Birtles untuk mengungsi ke kantor Kedutaan Besar Australia di Beijing. Birtles akhirnya ditanyai oleh polisi China pada akhir pekan, dengan kehadiran diplomat Australia mendampinginya. Larangan perjalanan terhadap Birtles juga kemudian dicabut.
Sementara itu, pihak AFR menyatakan bahwa Smith juga didatangi polisi pada malam yang sama di rumahnya di Shanghai. Kedua wartawan itu ditanyai polisi terkait kasus yang menjerat Cheng.
“Insiden yang menargetkan dua wartawan, yang sedang menjalankan tugas peliputan normal, sangat disesalkan dan mengganggu dan bukan menjadi kepentingan hubungan kerja sama antara Australia dan China,” sebut pemimpin redaksi AFR, Michael Stutchbury, dan editor AFR, Paul Bailey, dalam pernyataan gabungan.
Awal tahun ini, otoritas Australia memperingatkan warganya bahwa mereka berisiko ditangkap secara sewenang-wenang di China. Peringatan itu disampaikan saat hubungan kedua negara semakin memburuk, yang salah satunya dipicu oleh peran terdepan Australia dalam menyerukan penyelidikan asal-usul virus Corona (COVID-19) yang kini merajalela secara global. Kiprah Australia itu membuat geram China.(RIF)
JAKARTA, KHATULISTIWAONLINE.COM –
Pemerintah Malaysia telah melarang warga negara Indonesia (WNI) masuk ke wilayahnya demi mencegah penularan virus Corona. Sebelumnya, sudah ada empat negara lain yang melarang WNI masuk.
Sebagaimana diketahui pemerintah Malaysia telah mengumumkan bahwa para pemegang visa jangka panjang (Permanent Resident/PR) yang merupakan warga Indonesia dilarang masuk negara itu. Selain itu, pemegang visa PR dari negara India dan Filipina juga akan dilarang masuk Malaysia mulai 7 September.
Seperti dilansir Channel News Asia, Selasa (1/9), dalam jumpa pers pada Selasa (1/9), Menteri Senior urusan Keamanan Ismail Sabri Yaakob mengatakan keputusan tersebut diambil usai mempertimbangkan lonjakan jumlah kasus COVID-19 di tiga negara tersebut.
Pembatasan berlaku untuk Penduduk Permanen (PR), pemegang tiket Malaysia My Second Home (MM2H), ekspatriat dari semua kategori, mereka yang memiliki izin tinggal, visa pasangan dan pelajar yang merupakan warga negara dari masing-masing negara.
Selain Malaysia ada empat negara lain yang juga melarang WNI masuk wilayahnya. Berikut ini daftarnya:
1. Arab Saudi
Arab Saudi sudah melarang warga dari sejumlah negara termasuk Indonesia masuk ke wilayahnya sejak Maret 2020. Larangan tersebut untuk menyikapi virus Corona yang terus mewabah di seluruh dunia.
Dalam keterangan yang disampaikan KBRI di Riyadh setidaknya ada 51 negara yang dilarang berkunjung ke Saudi. Hal itu juga berlaku untuk pendatang atau traveller yang berada di negara-negara dalam daftar tersebut selama 14 hari.
“Pemerintah Arab Saudi juga menghentikan sementara masuknya individu dari negara-negara tersebut, serta mereka yang telah berada di negara-negara tersebut selama 14 hari sebelum ketibaan di Arab Saudi serta menghentikan sementara transportasi udara dari dan ke negara-negara itu dengan pengecualian bagi jalur evakuasi, pelayaran dan perdagangan,” demikian keterangan KBRI di Riyadh, Jumat (13/3/2020).
Arab Saudi juga melarang warganya untuk berpergian ke 51 negara tersebut. Namun, larangan ini bersifat sementara.
2. Jepang
Pemerintah Jepang pun sudah mengeluarkan kebijakan terkait perlintasan orang menuju wilayah Jepang untuk mencegah penyebaran virus Corona di negaranya sejak April 2020. Kebijakan tersebut berlaku untuk semua negara, termasuk Indonesia.
Untuk itu, KBRI Tokyo selaku perwakilan pemerintah Indonesia di Jepang mengatakan seluruh warga negara Indonesia (WNI) dilarang memasuki Jepang sejak 3 April.
“Seluruh WNI termasuk yang telah memiliki kartu residen dan mengisi kartu re-entry, tidak diizinkan masuk wilayah Jepang sejak 3 April 2020 pukul 00.00, kecuali dalam kondisi khusus,” demikian salah satu bunyi pernyataan tertulis yang dimuat akun Twitter resmi @KBRI_Tokyo seperti yang dilihat, Kamis (2/4/2020).
Lebih lanjut, keterangan kondisi khusus yang dimaksud oleh KBRI Tokyo adalah bagi WNI dengan status penduduk ‘Permanent Resident’, ‘Spouse or Child of a Japanese National’, ‘Spouse or Child of Permanent Resident’, atau ‘Long Term Resident’ dan telah meninggalkan Jepang serta juga sudah mengisi kartu re-entry hingga 2 April 2020, masih bisa memasuki kembali wilayah Jepang.
Namun, bagi para WNI yang masuk kembali ke wilayah Jepang dengan kondisi khusus seperti yang dijabarkan di atas, pemerintah Jepang telah menyiapkan protokol kesehatan yang harus diikuti. Salah satu protokol tersebut mengharuskan menjalani tes PCR di bandara ketibaan.
3. Australia
Australia juga telah melarang warga dari sejumlah negara, termasuk Indonesia untuk masuk wilayahnya sejak Maret 2020. Hal ini juga untuk mencegah penularan Corona.
Seperti dilansir ABC Australia, sejumlah mahasiswa dan pemegang Work and Holiday Visa (WHV) saat itu mengaku pasrah. Banyak mahasiswa dan WHV asal Indonesia bingung dengan larangan ini.
Larangan ini telah berlaku sejak Jumat malam (20/03). Kebijakan ini dikeluarkan untuk sebagai bentuk upaya penanganan virus corona di Australia, yang hingga Jumat (20/3) saat itu kasusnya sudah mencapai angka 709.
4. Brunei Darussalam
Terhitung sejak 24 Maret 2020 lalu, semua warga negara asing–termasuk Indonesia–tidak diizinkan masuk atau transit di Brunei Darussalam lewat darat, laut dan udara.
Langkah ini diambil untuk menekan atau mencegah penularan pandemi virus Corona atau COVID-19 di Brunei. Langkah ini diambil setelah mempertimbangkan saran yang diberikan Kementerian Kesehatan Brunei.
Hal ini diumumkan oleh Menteri Dalam Negeri Brunei Dato Seri Setia (Dr) Awang Abu Bakar Apong dalam konferensi pers seperti dilansir media Borneo Bulletin/ANN dan The Star, Selasa (24/3/2020).
Pertimbangan khusus hanya akan diberikan oleh Departemen Imigrasi dan Registrasi Nasional terkait dengan masalah-masalah penting.
Ketika itu sebanyak 9 orang telah dinyatakan positif corona di Brunei. Dua orang di antaranya telah dinyatakan sembuh.(MAD)
New Delhi –
Otoritas India kembali melaporkan lebih dari 90 ribu kasus virus Corona (COVID-19) dalam sehari di wilayahnya. Dengan lonjakan itu, total kasus Corona di India kini melebihi 4,2 juta kasus dan berhasil menggeser Brasil yang sebelumnya ada di peringkat kedua untuk total kasus Corona tertinggi di dunia.
Seperti dilansir Associated Press dan media lokal, NDTV, Senin (7/9/2020), Kementerian Kesehatan India melaporkan 90.802 kasus Corona dalam 24 jam terakhir. Ini merupakan hari kedua saat India melaporkan lebih dari 90 ribu kasus Corona dalam sehari. Pada Minggu (6/9), India melaporkan 90.632 kasus Corona dalam 24 jam terakhir.
Dengan lonjakan itu, total 4.204.613 kasus Corona kini terkonfirmasi di wilayah India.
Dengan total tersebut, India kini menempati peringkat kedua untuk negara dengan total kasus Corona tertinggi di dunia, setelah Amerika Serikat (AS) dengan lebih dari 6,2 juta kasus. India menggeser Brasil yang sejauh ini melaporkan lebih dari 4,1 juta kasus Corona di wilayahnya.
Kementerian Kesehatan India dalam laporan terbaru juga mengumumkan 1.016 kematian dalam 24 jam terakhir. Total kematian akibat Corona di India kini mencapai 71.642 orang.
Angka itu tercatat sebagai total kematian tertinggi ketiga di dunia, setelah AS dengan lebih dari 188 ribu kematian dan Brasil dengan lebih dari 126 ribu kematian.
Dilaporkan juga oleh Kementerian Kesehatan India bahwa total 3.350.439 pasien di negara itu telah sembuh dari Corona. Angka kesembuhan Corona di India sejauh ini mencapai 77,3 persen.
Selama nyaris sebulan terakhir, India mencatatkan tambahan kasus Corona terbanyak di dunia. Wilayah Maharashtra masih tercatat sebagai wilayah yang terdampak Corona paling parah di India, yang disusul oleh wilayah Andhra Pradesh, Karnataka dan Uttar Pradesh.(MAD)