Oleh: Saiful Huda Ems.
JAKARTA, KHATULISTIWAONLINE.COM
Menarik sekali jika kita membaca cakrawala pemikiran seorang Hasto Kristiyanto yang meraih gelar Doktor keduanya dari Universitas Indonesia, setelah Doktor pertamanya di bidang Geo Politik diraihnya dari Universitas Pertahanan Indonesia.
Dalam salah satu topik bahasan dari Disertasi Doktoral keduanya Mas Hasto Kristiyanto di Universitas Indonesia (UI), Jum’at (18/Oktober/2024) ini, disebutkan oleh Mas Hasto, Sekjen PDIP yang juga merupakan sosok intelektual politisi Indonesia, bahwa:
“Pada masa Presiden Jokowi iklim feodalisme dibangun melalui strategi kebudayaan untuk memperkuat makna kekuasaan dengan simbol-simbol budaya. Penampilan Presiden Jokowi dengan menggunakan simbolisasi raja melalui atribusi pakaian daerah dan perhelatan pesta pernikahan Kaesang Pangarep di Istana Mangkunegaran, membangun persepsi bahwa presiden juga sosok raja.”
“Ketika kultur ini berhasil dibangun maka aura feodalisme menyelimuti kekuasaan presiden. Hal inilah yang menjadi alasan rasionalitas kritis elite politik terbungkam. Dalam situasi ini Presiden Jokowi menggunakan otoritas kekuasaannya untuk membangun konsensus dengan para Ketua Umum Partai Politik pendukung dalam posisi yang tidak setara, sebagaimana dijelaskan oleh Ranciere.”
“Para Ketua Umum Partai Politik berperan sebagai “Pembantu Presiden” karena posisinya sebagai menteri, dan kemudian dimasukkan dalam suatu elite kerjasama besar untuk mengikuti kemauan penguasa”.
Luar biasa bagaimana Mas Hasto Kristiyanto menjelaskan soal problematika politik kekuasaan di era kepemimpinan Jokowi ini. Banyak rakyat yang terjebak oleh gaya politik Jokowi yang membungkus kebohongan dengan berbagai kebijakan populisnya.
Orang-orang seperti terhipnotis oleh gaya politik Jokowi seperti itu, hingga tanpa sadar Indonesia sebenarnya telah dikembalikannya seperti pada zaman kerajaan yang feodalistik, dimana pemimpinnya telah menjelma menjadi pribadi yang otoriter populis.
Otoriter populis yang mengabaikan check and balances dan membangun legitimasi atas nama rakyat, namun menginjak-injak asas fairness, pembatasan kebebasan sipil, dan nilai-nilai pembangunan yang adil, sebagaimana pandangan Prof. Norris dan Inglehart (2019) yang dijelaskan oleh Mas Hasto Kristiyanto dalam rangkuman disertasinya.
Selamat mengikuti Sidang Disertasi Doktoral keduanya di Universitas Indonesia (UI), Mas Hasto Kristiyanto. Semoga lulus Summa Cum Laude, dan ilmunya semakin mencakrawala, serta bermanfaat bagi Bangsa dan Negara Indonesia yang telah lama tak mendapatkan pencerahan dari presiden plonga-plongonya…(SHE).
Jakarta, 18 Oktober 2024.
Saiful Huda Ems (SHE). Lawyer dan Analis Politik.
Oleh: Saiful Huda Ems.
JAKARTA, KHATULISTIWAONLINE.COM
Orang-orang revolusioner itu biasanya lahir dari desa, hidupnya sangat sederhana, tidak manja dan mengikuti denyut nadi irama penderitaan masyarakat.
Tiap saat ia selalu berdialektika dengan persoalan sosialnya dan berusaha terus menerus mencari solusi demi solusi problem-problem hidup yang dihadapinya.
Karena kejernihan dan kejujuran pemikirannya, ia jadi manusia yang pemberani, kokoh dalam pendirian, teguh dengan prinsip-prinsip perjuangan, hingga ia militan.
Angela Dorothea Markel (biasa dikenal Angela Markel) ketika menjadi Kanselir Jerman misalnya, ia tetap hidup di apartemennya yang sangat sederhana bersama suaminya dan tanpa ditemani oleh seorangpun asisten rumah tangga.
Bahkan sampai sekarang ketika Angela Markel tak lagi menjadi Kanselir Jerman, ia tetap hidup sederhana bersama suami tercintanya di apartemennya yang sederhana.
Berbeda jauh dengan Jokowi atau Prabowo yang sangat kaya raya dan banyak pembantunya. Pemimpin-pemimpin seperti ini tidak akan memiliki kepedulian atau empati pada penderitaan rakyat yang susah.
Memperhatikan orang-orang yang dipanggil Prabowo untuk diangkat menjadi menterinya, saya pesimis Indonesia ke depan akan maju, terlebih lagi ketika Prabowo nanti menjabat dengan beban warisan hutang ribuan triliun dari Pemerintahan Jokowi.
Ada beberapa menteri dari kabinetnya Jokowi yang bermasalah mau diberi tempat terhormat lagi sebagai menteri di kabinetnya Prabowo, terlebih lagi ketika yang menjadi Wapresnya adalah Gibran Rakabuming Raka, anak Presiden yang memiliki persoalan kesehatan mental, bagaimana mungkin Indonesia ke depan akan lebih maju?
Ormas Ormas bergaya Preman diberi tempat terhormat di pagar kekuasaan, seolah mengganti fungsi POLRI, TNI dan BIN, ini semua akan berakibat buruk dari lemahnya keamanan dan pertahanan kita sebagai sebuah bangsa dan negara.
Akan banyak pelanggaran-pelanggaran hukum yang tidak hanya dilakukan oleh para penjahat yang kelaparan, melainkan pula oleh para preman yang dilindungi oleh Pemerintah, dan tragisnya POLRI tidak akan berani menindaknya karena mereka dianggap sebagai kaki tangan penguasa.
Oleh karena itu melalui opini saya ini saya memohon pada Presiden Terpilih Pak Prabowo Subianto, agar lebih berhati-hati memilih calon-calon menterinya. Orang-orang yang tidak cakap di bidangnya, terlebih ia bermasalah dengan hukum, sebaiknya tidak diangkat menjadi menteri.
Pak Prabowo dari kecil lahir sebagai orang kaya raya, tentu kepekaan Pak Prabowo pada penderitaan masyarakat kecil sangatlah kurang. Olehnya Pak Prabowo sebaiknya didampingi oleh orang-orang yang sudah teruji wawasan dan komitmen kerakyatannya.
Jangan pernah memberi tempat pada para preman untuk berkuasa di tengah rakyat, sebab sehebat apapun para preman kalau sudah berhadapan dengan amarah rakyat akan digulung juga.
Lebih baik Pak Prabowo memfasilitasi anak-anak bangsa untuk menuntaskan pendidikannya, mencerdaskan hidup dan kehidupannya, hingga rakyat dapat menjadi pagar betis keamanan nasional dari pengaruh para infiltran asing, serta menjadi pendukung utama kinerja atau program-program Pemerintah untuk memajukan negara, Indonesia.
Patriotisme seseorang tidak bisa dilihat dari orasi-orasinya, melainkan dari realitas hidupnya yang sangat militan dalam bekerja untuk memajukan negara dan bangsanya.
Kepemimpinan Jokowi yang sangat buruk di akhir masa jabatannya, patut menjadi peringatan agar Pak Prabowo lebih mawas diri dan berani berbenah total, untuk kemajuan bangsa dan negara tercinta ini…(SHE).
15 Oktober 2024.
Saiful Huda Ems (SHE). Lawyer dan Analis Politik.
Oleh: Saiful Huda Ems.
JAKARTA, KHATULISTIWAONLINE.COM –
PHK terjadi dimana-mana, saldo tabungan masyarakat turun hingga 40 %, perekonomian masyarakat terasa sangat sepi. Daya beli masyarakat semakin terasa dan terlihat anjlok dimana-mana, dari bulan ke bulan di berbagai daerah.
Para pedagang di pasar-pasar mulai mengeluh sepi dan makin sepi di bulan Oktober ini. Pengusaha-pengusaha dipalaki, kaum buruh pajaknya ditambah. Calo-calo penjualan padi di musim panen merajalela.
Belum lagi kalau kita mau membahas soal kerusakan Demokrasi di Negeri ini. Pemilu yang penuh rekayasa, aparatur negara dari yang Sipil hingga Militer dipaksa berpihak ke salah satu kontestan Pemilu/Pilpres. Lembaga-lembaga negara saling dibentur-benturkan.
Presiden Jokowi kerjanya apa saja selama ini? Menebar kaos dan bansos di jalanan, agar terus diserbu dan dikerumuni rakyat, hingga nampak sebagai Presiden yang dicintai rakyat? Percuma ! Modus pencitraannya akan sia-sia semuanya, manakala di akhir masa jabatannya semua kepalsuannya telah terkuak.
Jakarta akan tetap menjadi Ibu Kota Negara Indonesia dan IKN akan menjadi proyek mangkrak, yang melambangkan monumen sejarah kesombongan dan keegoisan seorang manusia, yang jadi Presiden namun terlalu mendewakan dirinya.
Monumen seorang manusia yang menganggap kebenaran adalah dirinya, politik pecah belah adalah strategi pertahanan berkuasanya, pencitraan adalah asesoris utama bagi pemujaan dirinya, hingga ia membuat berbagai kebijakan negara tanpa mau mendengar aspirasi rakyatnya.
Kini setelah Presiden Jokowi tau IKN akan jadi proyek mangkrak, ia tak berani lagi menandatangani Keppres dan menyatakan bahwa IKN bukanlah kehendak dirinya, melainkan kehendak rakyat melalui perwakilannya di DPR. Ini namanya presiden yang tak mau bertanggung jawab atas segala risiko dari segala tindakannya sendiri. Jokowi mau cuci tangan !.
Coba saja andaikan IKN terlihat akan benar-benar menjadi kenyataan, Jokowi akan tetap percaya diri dan mengatakan IKN adalah kehendak dirinya, namun karena Jokowi tahu IKN akan mangkrak, ia mulai tak percaya diri dan mengatakan IKN bukanlah kehendak dirinya. Ternyata yang besar hanya kepalanya saja, namun jiwa kesatrianya nihil.
Tong kosong nyaring bunyinya, menganggap diri dan keluarganya paling hebat ternyata kosong melompong di akhir masa jabatannya. APBN Indonesia Rp. 3.600 Triliun, tetapi untuk bayar hutang negara saja sudah 1000 Triliun. Menurut Burhanudin Abdullah, Presiden terpilih, Prabowo nantinya akan berada di posisi terjepit.
“Rp. 1000 Triliun untuk bayar hutang, Rp. 1.400 Triliun akan dikirim ke daerah, kita tinggal punya Rp. 1.100 sampai 1.200 Triliun, itu nggak besar. Presiden (Prabowo) tidak akan bisa berbuat banyak dengan angka itu”. (Burhanuddin Abdullah Dewan Penasihat Presiden Terpilih Prabowo Subianto).
Kalau negara keadaannya sudah seperti demikian terus mau kita beri Rapor Biru untuk Jokowi? Ya jelas sangat tidak logislah, kecuali bagi mereka yang sudah anteng dijadikan Jokowi sebagai menteri, atau sudah diberi sesuatu seperti Qodari dan Denny JA. Tidak…bagi saya Jokowi harusnya dapat Rapor Merah !…(SHE).
10 Oktober 2024.
Saiful Huda Ems (SHE). Mantan Pendukung Jokowi yang sudah lama bertaubat.
.JAKARTA, KHATULISTIWAONLINE.COM
Mediator non Hakim Dr.Edward M.Sihombing.S.H,.M.H memberikan pendapat tentang situasi yang terjadi bagi para hakim yang sudah 12 tahun tidak mendapatkan kenaikan gaji.
Situasi yang sedang dialami para Hakim ini membuat kaget para pencari keadilan dimana selama ini banyak orang berpikir bahwa gaji hakim sangat besar ternyata hal itu berbanding terbalik.
Seharusnya gaji hakim sebagai garda terakhir dalam proses penegakan hukum harus diberikan porsi yang lebih besar agar setiap putusan mencerminkan keadilan dan tidak lagi menjadi sebuah proses yang abu abu dalam mengetok palu di dalam ruang persidangan.
saya memberikan saran supaya negara memberikan porsi yang baik kepada para wakil Tuhan dalam penegakan hukum.
Dalam pandangannya negara harus menjamin kehidupan dan kesejahteraan para hakim,tekanan dan ancaman juga sering dialami oleh para hakim ketika memutuskan perkara yang berpotensi mengancam jiwanya dan keluarganya.
Kita berharap pemerintah dan anggota DPR harus memastikan kesejahteraan para hakim.
Rabu 10/10
Praktisi Hukum Dr. Edward M. Sihombing,S.H, M.H.
Oleh: Saiful Huda Ems.
JAKARTA, KHATULISTIWAONLINE.COM
Biasanya kita mendapatkan kabar tentang munculnya setan itu di malam Jum’at Kliwon, namun mungkin karena ini bukan setan ghaib melainkan setan politik, maka kabar beritanya baru mulai menyebar di malam Selasa Pon.
Sangat mungkin karena ia bagian dari dedemit istana, maka kabarnya menyebar di malam atau hari yang tak lazim seperti kebiasaannya.
Berita setan politik apakah itu? Begini, di medsos tiba-tiba muncul berita sosok perempuan cantik dan seksi yang menjadi korban penganiayaan seorang Ketua Umum Partai Politik yang mempunyai perwakilan di Parlemen.
Konon, perempuan cantik dan seksi yang populer sebagai selebgram itu menjadi korban Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) yang dilakukan oleh suaminya, yang merupakan Ketua Umum Partai Politik.
Sebelumnya, perempuan cantik dan seksi itu telah menjalin asmara dengan YouTuber Atta Halilintar, namun kemudian hubungannya putus dan berganti pasangan dengan Sang Ketum Parpol yang menganiayanya selama setahun lebih itu.
Nama perempuan itu Nabilla Aprillya, lalu siapa nama Bang Jago yang jadi Ketum Parpol dan yang telah memukul dan menendang kepalanya ke tembok itu?
Sangat mungkin sekali dia adalah Sang Dedemit Istana, yang beberapa hari lalu meminta kader-kadernya untuk menang Pilkada dengan cara apapun dan boleh melanggar aturan asal tidak ketahuan.
Ketum Parpol kader himpunan mirip Islam yang doyan mabuk-mabukan, dan sekali beli bir, satu botol bir impornya harganya mencapai Rp. 39 atau Rp. 49 juta. Hemmm…satu botol bir saja harganya puluhan juta rupiah, padahal tukang Ojol saja mau beli nasi sebungkus 15 ribu rupiah saja masih mikir-mikir.
Aksi penganiayaan Setan Politik di bawah Beringin ini sudah dilaporkan oleh pengacara korban ke Polda Metro Jaya pada hari Jum’at (4/Oktober/2024) dan masih menunggu proses hukum lebih lanjut. Mungkin Polisinya masih menunggu momentum lengsernya Mulyono dari istana, biar lebih leluasa bergerak tanpa ada stop-stopan dari Mulyono. Kan Sang Ketum Parpol ini banyak menerima kepercayaan dari Mulyono untuk mengurus berbagai proyek strategis nasional yang kemungkinan akan banyak yang mangkrak itu?
Pada awalnya Nabilla Aprillya dinikahi siri oleh Sang Ketum Parpol itu, dan selalu mendapatkan siksaan berat. Setelah lama ia tahan-tahan untuk tidak melaporkannya ke Polisi, akhirnya setelah tambah babak belur ia baru kemudian memberanikan diri untuk melarikan diri dan mencari pengacara untuk mendampingi perawatan medisnya ke Rumah Sakit dan kemudian berlanjut ke Polda Metro Jaya.
Apakah Sang Ketum Parpol itu mempunyai kelainan seksual, hingga harus menganiaya istrinya terlebih dahulu untuk mencapai kepuasan saat esek-esekan? Itu ranahnya Seksolog, dr. H. Boyke Dian Nugraha dan bukan ranahnya Lawyer dan Analis Politik. Jadi tunggu saja kabar selanjutnya…(SHE).
Selasa, 8 Oktober 2024.
Saiful Huda Ems (SHE). Lawyer dan Analis Politik.
Oleh: Saiful Huda Ems.
JAKARTA, KHATULISTIWAONLINE.COM
Orangnya sangat sederhana namun beliau sangat kaya wawasan dan kebijaksanaan hidup. Romo Benny Susetyo namanya, dikenal oleh masyarakat luas sebagai tokoh Intelektual Indonesia yang cakap mengemukakan gagasan-gagasan perubahannya.
Romo Benny tidak hanya cerdas dalam mengemukakan pemikiran-pemikiran politiknya, meskipun beliau sesungguhnya merupakan tokoh spiritual Katolik, namun juga cerdas dalam membumikan ilmu filsafat sebagai pengantar untuk menganalisa keadaan sosial masyarakatnya.
Hampir dua bulan yang lalu saat saya bertemu dengan beliau bersama sahabat-sahabat senior politik saya yang lainnya, di antaranya Mas Hasto Kristiyanto, saya spontan memujinya;
“Waow Romo Benny, sudah puluhan tahun ini saya suka melihat diskusi-diskusi Romo di TV dan sekarang saya bisa bertemu Romo secara langsung. Bersyukur sekali. Saya pengagum pemikiran-pemikiran filsafat Romo Benny.”
Dengan rendah hati Romo Benny menjawab;”Loh, saya juga selalu membaca tulisan-tulisan (Opini) Mas SHE, dan untuk filsafat, itu sebelah panjenengan (sambil jari beliau menunjuk Mas Hasto Kristiyanto) yang lebih ahli”.
Sangat senang sekali bisa berjumpa Romo Benny dan bisa sedikit menggali pemikiran-pemikirannya yang kritis. Semenjak pertemuan itu kami berlanjut diskusi melalui japri Whats App. Namun sedih sekali, pagi ini Sabtu (05/10/24) saya mendengar Romo Benny Susetyo telah meninggal dunia.
Romo Benny Susetyo sangat peduli terhadap situasi kebangsaan. Sebagai salah satu tokoh agamawan, beliau tidak pernah tinggal diam di Gereja, melainkan terus berjuang menyuarakan ketimpangan-ketimpangan sosial politik yang terjadi di negeri kita.
Pesan terakhir beliau yang dapat kita lihat juga di video-video youtube;”Banyak orang-orang diberi beasiswa pendidikan, disekolahkan ke luar negeri agar mereka bisa mengelola Sumber Daya Alam untuk kemakmuran rakyat”.
“Namun sayang, pemimpin kita sekarang orientasinya hanya bagaimana kita mendapatkan kekuasaan. Setelah selesai mendapatkan kekuasaan, bagaimana bisa mewariskan ke anaknya dan kalau nanti sudah ke anaknya bagaimana kekuasaan itu diwariskan ke cucunya”.
“Maka yang terjadi kita kehilangan pemimpin yang berjiwa kenegarawanan. Maka harus ada koreksi total kalau mau memilih pemimpin ke depan ! Harus berani melawan hegemoni terhadap kartel politik, terhadap politik uang dan bansos !”.
Itulah pesan kebangsaan terakhir Romo Benny Susetyo sebelum menghembuskan nafas terakhirnya. Semoga almarhum Romo Benny damai di sisi Tuhan dan kita semua dapat meneladani kejernihan pemikirannya, serta dapat meneladani semangat perjuangannya untuk kemajuan bangsa dan negara.
Romo Benny bukan hanya tokoh agamawan, melainkan juga tokoh intelektual yang sangat toleran dan berani melintasi sekat-sekat keagamaan tanpa adanya pertentangan. Memperhatikan sepak terjang Romo Benny di pentas politik nasional, bagi saya beliau tak ubahnya seperti perpaduan antara Bu Megawati Soekarnoputri dan Gus Dur muda. Kritis, cerdas dan sangat peduli pada nasib rakyat yang lemah.
Sebagai intelektual yang layak dinobatkan sebagai simbol tokoh gerakan moral dan civil society, Romo Benny dalam WA – WA nya ke kami, juga selalu mengingatkan pentingnya perlawanan terhadap hegemoni penguasa yang semakin liar dan bringas menginjak-injak demokrasi dan tatanan hukum.
Romo Benny menjadi bagian kekuatan moral dan pergerakan masyarakat sipil yang teguh pada prinsip. Semangat perlawanannya terhadap rezim populis otoriter Jokowi mewarnai kehidupannya sehari-hari. Hampir seluruh percakapannya melaui wa dengan kami penuh dengan seruan moral dan semangat lerlawanan.
Dalam pandangan Romo Benny, kekuasaan itu dibentuk oleh rakyat dan menyatu dengan gagasan kolektif yang membentuknya. Ketika pemimpin melupakan mandatnya yang berasal dari rakyat oleh rakyat dan untuk rakyat, terlebih melakukan manipulasi hukum dan kekuasaan, maka sejarah mengajarkan bahwa kekuasaan tersebut akan sirna oleh kekuatan kebenaran.
Olehnya dengan meninggalnya Romo Benny seharusnya perlawanan terhadap hegemoni penguasa yang anti demokrasi itu juga tak boleh berhenti. Mungkin dengan cara itu kita akan bisa melihat Romo Benny tersenyum di alam kuburnya.
Selamat jalan Romo Benny, pejuang gigih yang tak pernah mengenal kata menyerah…(SHE).
05 Oktober 2024.
Saiful Huda Ems (SHE). Lawyer dan Analis Politik.
Oleh: Saiful Huda Ems.
JAKARTA, KHATULISTIWAONLINE.COM
Marissa Haque (61 tahun) meninggal dunia dini hari Rabu (2/10/’24) tanpa didahului oleh sakit atau penyakit apa-apa. Ia sosok artis yang cerdas dan berintegritas, mampu meraih gelar doktor di tengah kesibukannya sebagai artis populer Indonesia.
Marissa Haque meninggal secara mendadak di kamar tidurnya. Meski langkah-langkah politik Marissa Haque selama ini kontroversial, namun ada hal yang perlu diingat, ia selalu menyandarkan pemikirannya pada Syariat Islam yang diyakininya, terlepas kita sepakat atau tidak dengan pemikirannya.
Saya sendiri sampai saat ini masih meyakini kebenaran Syariat Islam, namun untuk menjadikannya sebagai sistem negara saya tidak setuju, mengingat Syariat Islam yang berdasarkan Al Qur’an dan Sunnah Nabi masih memerlukan kajian yang mendalam dan sampai detik ini penafsirannya masih bermacam-macam, berbeda-beda, tergantung dari latar belakang derajat keilmuan dan disiplin ilmu masing-masing orang.
Sedangkan sistem negara harusnya rigid, saklek, tidak memerlukan penafsiran lagi demi tercapainya kepastian hukum.
Mungkin karena itu pula masih banyak tokoh-tokoh cendekiawan muslim yang masih belum mau bersepakat soal Syariat Islam untuk dijadikan sebagai sistem negara, melainkan cukup untuk dijadikan pedoman dan prilaku kehidupan keseharian saja dalam konteksnya sebagai manusia beragama.
Sedangkan dalam konteksnya sebagai warga negara semuanya harus berpedoman pada Dasar Negara, Pancasila dan Konstitusi Negara.Marissa Haque sendiri semasa hidupnya dalam kiprahnya di dunia politik, saya perhatikan juga tidak berusaha sungguh-sunguh menjadikan Syariat Islam sebagai sistem negara, hal itu bisa dilihat dalam pilihan politiknya yang mau berhimpun di salah satu Partai Politik.
Keikut sertaannya di partai politik memberikan gambaran bahwa ia masih mau menerima demokrasi, yang berarti pula masih mau mengakui Pancasila sebagai Dasar Negara. Kegigihan Marissa Haque dalam memegang prinsip-prinsip Syariat Islam untuk dijadikannya spirit perjuangan merupakan suatu hal yang perlu diapresiasi, sebab tanpa itu manusia hanyalah makhluk berpikir yang kering akan nilai-nilai spiritualitas, yang berakibat seringnya manusia kehilangan orientasi juangnya yang meliputi dunia dan akhirat.
Selamat jalan Marissa Haque, aktor film monumental yang dapat menyelaraskan pikiran dan hatinya pada Cahaya Keabadian. Selebriti negeri ini patut meneladani perjalanan intelektual dan spiritualmu, tanpa harus terjebak pada jargon-jargon hijrah yang menghempaskan dirinya ke jurang klaim kebenaran mutlak, hingga menagisikan dialog-dialog keagamaan dan kebangsaan yang menuntun jiwa manusia untuk bisa berdamai dengan perbedaan-perbedaan yang ada di sekelilingnya. Husnul khatimah untukmu, Marissa Haque…(SHE).
2 Oktober 2024.Saiful Huda Ems (SHE).
Lawyer dan Mantan koordinator pengembangan ummat di ICMI Orsat Berlin tahun 1993.
Oleh: Saiful Huda Ems.
JAKARTA. KHATULISTIWAONLINE.COM
Orang baik itu seperti matahari, air dan udara, semua orang pasti membutuhkannya. Namun orang yang dianggap baik kenyataannya tidak selalu sama, kadang memang benar-benar baik, kadangpula malah sebaliknya, jahat, rakus, tamak.
Setau saya, Jokowi selama ini baru dianggap sebagai orang baik, dan anggapan itu berarti persepsi dari masing-masing orang. Bagi orang yang tajam penglihatannya (pikirannya), anggapan orang bahwa Jokowi itu orang baik adalah kekeliruan besar.
Fakta menunjukkan, di masa kepemimpinan Jokowi, KPK hanya menjadi alat pemukul lawan-lawan politiknya. DPR hanya menjadi pendengung suaranya. Pajak untuk rakyat semakin banyak dan besar, disaat ekonomi rakyat mengalami penurunan drastis. Daya beli masyarakat semakin menurun, akibatnya banyak pedagang di pasar-pasar tradisional mengeluh karena sepinya pembeli.
Hutang negara melonjak gila-gilaan, korupsi besar semakin menjadi-jadi dan para pelakunya terlihat banyak yang dilindungi, atau kalau toh dihukum, hukumannya sangat ringan. Perjudian online semakin marak, korbannya kebanyakan rakyat kecil yang putus asa karena beban ekonomi, hingga berfantasi menjadi orang kaya mendadak dengan berjudi online.
Aksi perusakan lingkungan terlihat ada di mana-mana dengan berbagai modusnya, mulai dari penggalian tanah untuk kegiatan usaha pertambangan, pembabatan hutan untuk ditanami ketela atau jagung dll. sebagai sarana mewujudkan ketahanan pangan, untuk perumahan dll.
Dunia pendidikan kacau balau hingga banyak orang yang lebih memilih melanjutkan studi ke luar negeri daripada di negeri sendiri, yang selain mahal biayanya juga mutunya sangat jauh dengan tempat-tempat pendidikan di luar negeri.
Walaupun demikian dengan dunia usaha, upah kaum buruh sangat minim bahkan lebih rendah dari harga makanan binatang peliharaan para pengusaha.
Orang-orang miskin yang ingin mencari pekerjaan di pabrik-pabrik, belum juga mulai bekerja sudah banyak yang ditarik pungutan jutaan rupiah. Penegakan hukum juga kacau balau, orang-orang yang bersalah banyak yang dibebaskan, sebaliknya orang-orang yang tak bersalah malah banyak yang dihukum.
Banyak orang-orang yang hidup dalam kemiskinan ekstrim, hingga mantan bintang sinetronpun sampai ada yang tinggal di bekas kandang kambing. Orang-orang melarat banyak yang terjebak di pinjaman online yang akhirnya meneror hidup mereka, sampai pada akhirnya mereka banyak yang bunuh diri.
Di sisi lain keluarga Jokowi pamer hidup bermewah-mewahan, plesiran menggunakan private jet dan shoppingnya di Amerika. Mau jadi Wakil Presiden dengan caranya yang sangat mudah, ambil jalan pintas menggunakan palu hakim pamannya yang ada di MK. Ada lagi yang bermain di perizinan tambang dengan melanggar aturan, namun KPK tak berdaya untuk memeriksanya.
Kalau sudah saya ungkap sebegini terang benderangnya siapa Jokowi dan keluarganya, masihkah kalian menganggap Jokowi sebagai orang baik? Lebih gelinya lagi ketika orang-orang seperti kami sudah peras otak untuk menjelaskan keadaan sebenarnya dari Pemerintahan Jokowi, kamipun masih kalian anggap sebagai pembenci Jokowi.
Berhala Jokowi ini cepat atau lambat akan segera tumbang juga, entah melalui aksi masa ataupun melalui kesadaran masif Rakyat Indonesia yang sudah mulai mengerti betapa Jokowi sudah mulai jauh berubah, lupa diri lupa tanggung jawab moralnya sebagai Presiden Indonesia yang dahulu kita dukung bersama…(SHE).
23 September 2024.
Saiful Huda Ems (SHE). Lawyer dan Analis Politik.
Oleh: Saiful Huda Ems.
JAKARTA, KHATULISTIWAONLINE.COM
Ada pendukung fanatik Jokowi yang mempersoalkan opini politik saya sebelumnya, yang saya beri judul Masa Bodoh Dengan Akur atau Tidaknya Jokowi Dan Prabowo. Menurutnya pendapat saya itu seolah memberi kesan, bahwa persatuan di antara dua elit politik tersebut tidaklah penting, sedangkan baginya kesejahteraan rakyat tanpa persatuan adalah nonsense (omong kosong).
Lalu bagaimana saya merespon pernyataan teman sesama penulis, yang sampai saat ini belum siuman dari kemabukan cinta butanya pada Jokowi tersebut? Begini, saya haqul yakin dia sebenarnya tidak benar-benar memahami maksud dan intisari dari opini yang saya tulis itu. Sebab saya menulis judul demikian bukan berarti saya menafikkan pentingnya persatuan nasional, wabil khusus pentingnya persatuan antar pemimpin nasional (Jokowi dan Prabowo).
Sebagai anak bangsa yang menghormati dan menghargai keringat-keringat perjuangan para pahlawan bangsa, tentu saya sangat menginginkan dan berusaha menjaga persatuan. Ada kaidah fiqh yang berbunyi; “Al Ittihadu quwwah” (Persatuan itu adalah kekuatan, dan kenikmatan itu ada dalam persaudaraan). “Al Ittihadu Asasunnajah” (Bersatu adalah pangkal keberhasilan).
Akan tetapi jika persatuan tersebut hanya akan menghasilkan malapetaka bagi bangsa dan negara, lalu untuk apa saya harus mendukungnya? Singkat katanya itu seperti ini; Jokowi ingin bersatu dengan Prabowo karena Jokowi ingin menyelamatkan diri dan keluarganya dari jerat hukum, jika nantinya Jokowi tak lagi berkuasa. Kalau saja i’tikadnya demikian, apa alasan bagi kita untuk mendukungnya?
Namun syukurlah, karena bila kita perhatikan secara mendalam situasi politik mutakhir di detik-detik menjelang berakhirnya masa jabatan Presiden Jokowi ini, semua rahasia kepalsuan persatuan keduanya itu nampak sekali terlihat. Iyakah? Iya, lihat saja tanda-tanda hubungan keduanya (Jokowi dan Prabowo) yang mulai merenggang.
Pertama, kita baru saja mendengar dari berbagai media, bahwa Sekjen Partai Gerindra Ahmad Muzani mulai memberikan pernyataan secara terbuka, bahwa Gerindra meminta ekspor pasir laut yang diputuskan Jokowi ditunda dulu. Sekjen Partai Gerindra tersebut juga meminta agar Presiden Jokowi mau mendengar dulu pendapat para pakar dan banyak orang yang menentang ekspor pasir tersebut, karena ekspor pasir laut itu akan membahayakan ekologi laut yang sangat serius.
Bagi kita yang faham karakter Prabowo tentu akan dengan mudah melihat sikap nyata Prabowo soal ekspor pasir laut dengan melalui pernyataan Sekjen Gerindra tersebut. Percayalah, sangat mustahil rasanya, Sekjen Gerindra akan berani memberikan pernyataan yang bersebrangan dengan Jokowi, jika ia tidak mendapatkan restu sebelumnya dari Prabowo.
Kedua, ini yang sangat mengejutkan, Jokowi tiba-tiba menyatakan secara terbuka, bahwa ia tak mau buru-buru pindahkan Ibu Kota ke IKN, sedangkan sebelumnya Presiden Jokowi sudah menyatakan akan segera berkantor di IKN sebelum masa jabatannya berakhir.
Ini berarti Jokowi mulai ragu pada kesetiaan Presiden terpilih, yakni Prabowo Subianto pada dirinya. Pernyataan Jokowi yang demikian seolah menunjukkan isi hatinya, bahwa Prabowo sangat ia ragukan benar-benar akan mau menjadikan IKN sebagai pusat Pemerintahan Indonesia yang baru. Dan karena keraguan Jokowi pada sikap Prabowo soal IKN inilah, Jokowi tidak mempersoalkan proses penandatanganan KEPPRES tentang IKN.
Ketiga, maraknya perbincangan masyarakat di medsos soal akun Fufufafa yang mengungkap pergerakan klandestin Gibran Rakabuming Raka terhadap Prabowo dan keluarganya, tentu sedikit banyak akan berpengaruh terhadap suasana kebatinan Prabowo dan keluarganya. Pendukung Jokowi atau Gibran akan dengan mudah mengelak dengan mengatakan,”Itu kan masa lalu”, namun siapapun tidak akan dapat memungkiri, bahwa penghinaan tingkat tinggi pada seseorang, sedikit banyak akan melekat kuat di hati dan pikiran orang yang terhina tersebut.
Perbedaannya hanya soal orang yang terhina bagaimana menyikapinya. Ada yang memaafkan namun kemudian tetap membiarkan proses hukum tetap berjalan, atau juga ada yang memaafkan, tidak mau memproses hukum namun semuanya akan menjadi catatan hitam. Dan ada juga yang tidak mau memaafkan dan kemudian membalas dengan balasan yang lebih kejam.
Jika memperhatikan karakter Prabowo yang pemaaf, sepertinya Prabowo akan bersikap seperti yang kedua, memaafkan namun akan memberikan catatan hitam pada Gibran. Kalau Prabowo sudah memberikan catatan hitam pada Gibran, ini berarti sikap politik Prabowo pada Gibran dan Jokowi kedepan tentu akan berbeda jauh dari yang kemarin-kemarin kita lihat dan dengar. Mungkinkah karena hal ini, di waktu yang tak lama lagi Prabowo akan segera melakukan pertemuan khusus dengan Ibu Megawati Soekarnoputri.
Luka tubuh akan mudah diobati, namun luka hati sangat sulit sekali diobati. Gibran mulai saat ini nampaknya harus belajar sungguh-sungguh untuk menjaga lisannya jika ia tak ingin bermasalah lagi dengan banyak orang. Salamatul insan fi hifdzil lisan…Keselamatan manusia tergantung pada kemampuannya menjaga lisannya.
Para pendukung Jokowi yang tinggal sedikit dan sangat bisa dihitung dengan jari boleh saja melupakan kesalahan tragis dari Gibran ini, namun Prabowo yang sangat mencintai anak satu-satunya tentu sebagai manusia biasa tak akan mudah melupakannya. Karena itulah mengapa sikap-sikap Partai Gerindra pada Jokowi belakangan mulai nampak berbeda dari biasanya…(SHE).
22 September 2024.
Saiful Huda Ems (SHE). Lawyer dan Analis Politik.
Oleh: Saiful Huda Ems.
JAKARTA, KHATULISTIWAONLINE.COM
Tidak penting Prabowo dan Jokowi akur atau tidak. Fokus kami hanya melawan penguasa yang melanggar Konstitusi dan “mengencingi” hasil perjuangan para pendiri bangsa, serta anak-anak bangsa yang berjuang mati-matian sampai terwujudnya Reformasi ’98.
Mau akur atau tidak antara Jokowi dan Prabowo itu soal mereka berdua, bukan soal kami sebagai rakyat yang terus berjuang untuk meloloskan diri dari kebodohan, kemiskinan dan keterbelakangan serta penindasan.
Penindasan seorang presiden bernama Jokowi, yang memeras kami (rakyat) dengan berbagai dalih kewajiban membayar pajak. Yang menipu kami dengan berbagai statement politiknya yang selalu bertolak belakang dengan kenyataan. Yang meludahi hasil perjuangan kami dengan berusaha menggiring kembali POLRI dan TNI ke ranah politik praktis melalui RUU TNI dan POLRI.
Benar atau tidaknya akun Fufufafa itu miliknya Gibran ataukah tidak, bagi kami juga sangat tidak penting, karena tanpa akun Fufufafa kami juga sudah melihat prilaku politik Gibran yang sangat manipulatif.
Hanya orang yang bodoh atau pura-pura bodohlah yang tidak mau mengakui ini semua, sebab Keputusan MK No.90/PUU-XXI/2023 yang meloloskan Gibran untuk menjadi Cawapres 2024 merupakan bukti yang sangat terang benderang, hingga Sang Paman dicopot dari kedudukannya sebagai Ketua MK.
Persoalan ekonomi, politik, hukum dan sosial di Indonesia bukanlah persoalan yang remeh temeh. Ini persoalan yang sangat besar dan memerlukan perhatian serius dari semua kalangan. Celakanya, Jokowi sebagai presiden malah menjadi trigger dari semua persoalan kebangsaan dan kenegaraan ini.
Lingkungan hidup yang rusak oleh ulah para penambang rakus yang disupport oleh Pemerintahan Jokowi, benturan antar warga bangsa dan pemeluk agama yang tiada henti, eksploitasi alam yang hanya membuat kenyang dan kaya para lintah darat oligarki yang menghisap perekonomian rakyat dan lain sebagainya, merupakan bukti nyata betapa Jokowi tak lain dan tak bukan hanyalah sumber masalah kebangsaan dan kenegaraan kita.
Melalui teleponnya ke saya Jumat siang, Mas Ganjar Pranowo mengingatkan ke saya, bahwa kita tidak boleh lupa akan kejam dan parahnya kepemimpinan ORBA Soeharto, hingga Mas Ganjar seolah ingin menolak hipotesa saya yang menyatakan Jokowi lebih parah dari Soeharto.
Saya sebetulnya ingin mengatakan hal yang sama dengan apa yang dikatakan Mas Ganjar Pranowo pada saya tersebut, namun saya tiba-tiba tersadarkan, bahwa jika Soeharto dahulu memulai kepemimpinannya disaat Indonesia belum lama merdeka, disaat bangsa ini masih tengah belajar bagaimana menata negara ini dengan baik, sehingga ketika Soeharto menguasai negara melalui jalannya, yakni Kudeta Merangkak, Soeharto yang diktator itu memimpin dengan Tangan Besi untuk mewujudkan visinya sebagai Presiden.
Soeharto ketika itu hanya mewarisi visi nasionalisme kerakyatannya Presiden Soekarno dan para tokoh pendiri bangsa lainnya, namun Soeharto tidak pernah mendapatkan modal lainnya apapun lagi, selain modal kemerdekaan bangsa dan negara itu sendiri.
Soeharto tidak pernah mengerti bagaimana konsep negara demokrasi itu diwujudkan, hingga Soeharto tidak pernah tau bagaimana misalnya Pemilihan Presiden itu sebaiknya dilakukan, bagaimana DPR/MPR sebaiknya difungsikan.
Soeharto ketika itu juga belum tau bagaimana otonomi daerah itu sebaiknya dilaksanakan, bagaimana ABRI (TNI dan POLRI) itu sebaiknya diperankan, bagaimana Lembaga Yudisial itu dijalankan dengan benar, dan bagaimana Partai-Partai Politik itu melakukan tugas dan fungsinya dengan baik.
Pendek kata, karena Indonesia saat itu masih minim pengalaman manajemen kenegaraan, Soeharto ketika itupun hanya dapat memimpin dengan modal pengetahuannya yang minim dan menjaga semua kebijakan pemerintahannya hanya dengan modal bedil (senjata), maka hasilnya Rakyat hanya digiring Soeharto seperti bebek dan harus menerima kenyataan hidup apa adanya.
Ini berbeda jauh dengan Presiden Jokowi, yang memulai jabatannya sebagai presiden dengan banyak modal yang dihasilkan dari banyak pencapaian yang dilakukan oleh generasi-generasi pejuang dari tahun 1945 hingga 1998 dan sesudahnya.
Konstitusi sudah diperbaharui, berbagai produk perundang-undangan sebagai hasil reformasi politik, hukum dan ekonomi juga sudah diterbitkan, Presiden Jokowi sebenarnya tinggal melaksanakan semua konsepsi kenegaraan yang sudah ada dan sudah teruji, namun nyatanya Presiden Jokowi malah menutup mata dan telinganya, hingga Presiden Jokowi dengan angkuhnya gemar menabrak Konstitusi dan tidak pernah mau mendengar suara kebatinan rakyatnya.
Jokowi sepertinya tuli dari rintihan rakyat yang terhimpit persoalan mahalnya biaya pendidikan, terhimpit persoalan mahal dan langkanya pupuk oleh kaum petani, persoalan rendahnya daya beli masyarakat yang terjadi pada kaum pedagang dan nelayan serta rendahnya upah para buruh di segala sektor !.
Jokowi seperti masa bodoh dengan banyaknya korban penipuan online, pinjaman online, perjudian online, pembunuhan, pemerkosaan, bunuh diri karena terhimpit masalah ekonomi dan lain sebagainya yang korbannya mayoritas rakyat kecil !.
Kalau sudah seperti ini, apa peduli kami soal rukun tidaknya Jokowi dengan Prabowo?! Apa pedulinya kami dengan gemetar tidaknya Gibran dengan kepemilikan akun Fufufafa atau tidaknya?! Masa bodoh, karena kami rakyat hanya ingin Indonesia maju dan rakyatnya sejahtera, serta terbebas dari penjarahan kekayaan alam yang penjarahnya dilindungi penguasanya !…(SHE).
15 September 2024.
Saiful Huda Ems (SHE). Lawyer dan Pemerhati Politik.