MEDAN,KHATULISTIWAONLINE.COM
Warga asal Sumatera Utara (Sumut) yang eksodus akibat kerusuhan di Wamena, Papua, terus bertambah. Jumlahnya kini mencapai 80 orang.
Gubernur Sumut Edy Rahmayadi mengatakan warga yang keluar dari Wamena kini berada di Rindam XVII Cenderawasih, Sentani.
“Ini jumlah yang ada di Rindam. Ada juga yang mengungsi ke rumah kerabatnya,” kata Edy saat penggalangan dana “Sumut Peduli Wamena” di kantornya, Jalan Diponegoro, Medan, Kamis (3/10/2019).
Untuk sementara, warga Sumut yang eksodus dari Wamena itu memang dipusatkan di Rindam. Lokasi itu merupakan alternatif yang terbaik hingga saat ini dan sarana yang tersedia di sana juga memadai untuk para pengungsi.
Edy terus berkomunikasi dengan pemangku kepentingan di Papua, termasuk Kapolda Papua Irjen Paulus Waterpauw yang sebelumnya pernah bertugas sebagai Kapolda Sumut.(DAB)
SOLO,KHATULISTIWAONLINE.COM
Presiden Joko Widodo menghadiri puncak acara peringatan Hari Batik Nasional 2019 di Pura Mangkunegaran, Solo, hari ii. Jokowi hadir ditemani ibu negara Iriana.
Presiden tampak mengenakan batik warna cokelat. Sedangkan Iriana mengenakan kebaya warna merah.
Jokowi dan Iriana tiba di lokasi sekitar pukul 10.00 WIB, Rabu (2/10/2019). Jokowi langsung meninjau kegiatan membatik massal di halaman Pura Mangkunegaran.
Dia juga ikut membatik dengan menggunakan cap. Belasan kali Jokowi menimpakan cap di atas kain putih bertuliskan ‘Membatik untuk Negeri’.
Tampak hadir bersama Jokowi, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, Ketua Dewan Kehormatan OJK Wimboh Santoso dan Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto.
Dalam acara yang digelar Yayasan Batik Indonesia itu, Jokowi juga berkesempatan menyerahkan penghargaan kepada tokoh-tokoh yang telah mengembangkan batik.(VAN)
JAYAPURA,KHATULISTIWAONLINE.COM
Kapolda Papua Irjen Paulus Waterpauw menjelaskan kondisi terkini Wamena usai kerusuhan. Paulus mengatakan kejadian rusuh itu meluas hingga dirasakan warga.
“Sejak 2-3 hari lalu sejak pascakejadian itu satu hari setelahnya aman, sebenarnya cuma karena memang begitu ya karena kejadian pada saat itu cukup meluas di sekitar Kota Wamena itu sehingga terasa saudara-saudara kita,” kata Paulus di Yonif 751/Rider, Sentani, Jayapura, Selasa (1/9/2019)
Paulus mengatakan pihaknya memahami rasa takut yang dimiliki warga Wamena. Menurut Paulus, rasa takut warga memang tak bisa dihindari namun aparat segera melakukan tindak cepat.
“Kami juga mengecek TKP di situ, tempat kejadian pembakaran dan lain-lain, ya kami juga bisa pahami tentang ketakutan dan rasa… tapi prinsipnya itu situasional itu sebuah kontingensi yang semua tidak bisa kita hindari,” ujarnya.
Penanganan dari aparat keamanan yang diambil adalah menempatkan di sejumlah titik Wamena. Paulus menegaskan para perusuh berasal dari luar Wamena.
“Dan kita udah membayangkan untuk menempatkan pasukan terutama anggota TNI Polri di beberapa titik agar membatasi masuknya pihak-pihak yang akan melakukan kekerasan di sekitar Wamena. Memang sudah diindikasikan tidak oleh warga Wamena, mereka yang berasal dari luar Wamena saya pikir itu,” imbuhnya.
Sebelumnya, polisi menetapkan 5 tersangka terkait kerusuhan di Wamena, Papua. Para tersangka disebut kebanyakan berasal dari luar Wamena.
“Dari hasil pemeriksaan 5 tersangka yang sudah ditetapkan oleh Polres Wamena, pelakunya sebagian besar bukan pelaku dari Wamena sendiri, tapi juga berbaur dengan pelaku dari luar Wamena,” kata Karo Penmas Divisi Humas Polri Brigjen Dedi Prasetyo di Mabes Polri, Jalan Trunojoyo, Jakarta Selatan, Senin (30/9).(MAD)
DENPASAR,KHATULISTIWAONLINE.COM
Massa aksi #BaliTidakDiam diberi setangkai mawar oleh para polwan. Beberapa pelajar SMA-SMK peserta aksi pun terlihat mencium tangan polwan tersebut.
Pantauan di lokasi, Senin (30/9/2019), beberapa polwan dan polisi lelaki (polki) terlihat membawa beberapa tangkai mawar merah. Mawar itu dibagikan ke para peserta aksi #BaliTidakDiam.
“Adik-adik ini (sambil mengulurkan bunga mawar),” kata seorang polwan sambil tersenyum.
Sejumlah pelajar SMA yang melewati polwan itu pun menerima bunga mawar tersebut. Beberapa pelajar yang melewati polwan-polwan itu mencium tangan meski tak semua mendapatkan bunga mawar itu.
Massa pun melanjutkan long march menuju gedung DPRD Bali. Massa lalu menyuarakan aspirasinya dan menggelar aksi teatrikal di halaman gedung DPRD Bali.
Seusai aksi teatrikal, massa juga mengingatkan rekannya untuk tidak membuang sampah sembarangan. Beberapa di antara mereka lalu berkeliling dengan membawa kantong plastik hitam besar untuk memunguti sampah.
Ada tujuh tuntutan para peserta aksi di antaranya menolak RKUHP, RUU Pertambangan Minerba, RUU Pertanahan, RUU Permasyarakatan, RUU Ketenagakerjaan; mendesak Pembatalan UU KPK dan UU SDA; mendesak pengesahan RUU PKS dan RUU Perlindungan Pekerja Rumah Tangga; membatalkan pimpinan KPK bermasalah pilihan DPR; menolak TNI & Polri menempati jabatan sipil; setop militerisme di Papua dan daerah lain, bebaskan tahanan politik Papua segera.
Kemudian, usut pelaku kekerasan dan menghalang-halangi kerja jurnalis hentikan intimidasi dan kriminalisasi jurnalis, pegiat HAM, dan aktivis; hentikan pembakaran hutan di Kalimantan dan Sumatera yang dilakukan oleh korporasi, pidanakan korporasi pembakar hutan, dan cabut izinnya; serta tuntaskan pelanggaran HAM dan adili penjahat HAM, termasuk yang duduk di lingkaran kekuasaan; dan pulihkan hak-hak korban segera.(DAB)
KANDARI,KHATULISTIWAONLINE.COM
Tim Inafis dari Polda Sulawesi Tenggara (Sultra) bersama tim dari Mabes Polri melakukan olah TKP yang diduga menjadi lokasi tewasnya mahasiswa Universitas Halu Oleo, Randi. Ada tiga selongsong peluru yang ditemukan.
Olah TKP digelar di Jalan Abdullah Silondae, Kendari, Sultra, Sabtu (28/9/2019), mulai pukul 09.30 Wita, polisi menemukan tiga buah selongsong peluru di saluran drainase di depan kantor Disnakertrans Sultra.
Tiga selongsong itu ditemukan pada jarak yang berdekatan. Polisi kemudian memasukkan tiga selongsong itu dalam tiga kantong berbeda.
Sebelumnya, Randi tewas tertembak dalam demo berujung bentrok dengan polisi di depan gedung DPRD Sultra, Kendari, Kamis (26/9). Gabungan tim dokter forensik yang melakukan autopsi memastikan Randi tewas karena terkena tembakan senjata api.
Ketua Tim Forensik dr Raja Alfatih Widya, yang melakukan autopsi, membenarkan lubang pada dada Randy akibat tembakan. “Tidak ada peluru lagi, tapi itu dipastikan dari senjata api,” terang Raja, Jumat (27/9/2019).
“Bagaimana hasil autopsinya?” tanya wartawan kepada Raja.
“Iya, dia ditembak dari ketiak kiri keluar ke dada kanannya,” ucap Raja.
Selain Randi, ada mahasiswa lain, Muh Yusuf Kardawi (19), yang tewas karena luka di kepala saat berdemonstrasi. Kapolda Sultra Brigjen Iriyanto mengatakan Yusuf tewas karena terkena benda tumpul.
“Hasil visum (Yusuf), kena benda tumpul,” kata Iriyanto, Jumat (27/9).
Iriyanto menegaskan, saat pengamanan, tidak seorang pun anggotanya membawa senjata. Dia menjelaskan anggota tak dibekali senjata sesuai dengan instruksi Kapolri.(DAB)
SLEMAN,KHATULISTIWAONLINE.COM
Akademisi dari Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, Oce Madril, mengkritisi penangkapan sutradara film dokumenter Sexy Killers, Dandhy Laksono dan cucu tokoh bahasa Indonesia JS Badudu, Ananda Badudu. Meski pada akhirnya Dandhy dan Ananda tak ditahan polisi.
“Saya kira model-model penangkapan seperti itu, itu cara-cara Orde Baru ya. Itu mengingatkan kita kembali pada situasi di zaman Orde Baru (Orba) ,” kata Oce kepada wartawan di UGM, Jumat (27/9/2019).
“Di mana kritik kemudian dijawab dengan penangkapan, kemudian orang-orang kritis diperkarakan secara hukum, dikriminalkan, kemudian ditangkap. Itu sebetulnya menggambarkan situasi yang tidak demokratis,” sambungnya.
Oce heran mengapa di zaman reformasi seperti sekarang ini masih terjadi gaya pemerintah yang otoritarian. Ia menduga cara-cara pemerintah yang otoritarian tersebut sengaja dipelihara oleh rezim, sehingga gaya-gaya di masa Orba terulang di masa kini.
“Menurut saya cara-cara seperti itu harus ditinggalkan, tidak boleh lagi diterapkan oleh penegak hukum. Pemerintah juga tidak boleh menggunakan cara-cara itu untuk membungkam kritik. Karena pada dasarnya menyampaikan pendapat, kemudian mengkritik pemerintah, kemudian juga berkumpul, berserikat, berdemonstrasi itu semua dijamin dalam konstitusi,” tuturnya.
Peristiwa penangkapan terhadap Dandhy dan Ananda, lanjut Oce, merupakan model pemerintahan yang diterapkan di masa Orba. Menurutnya, model pemerintahan yang otoritarian seperti itu harus segera diakhiri.
“Model-model di Orde Baru kan begitu, orang tidak boleh mengkritik pemerintah, mengkritik pemerintah adalah hal yang tabu. Kemudian berdemonstrasi dilarang, menyebarkan kritikan kepada pemerintah dianggap makar, dianggap melawan pemerintah, atau dianggap ingin menjatuhkan kewibawaan pemerintah,” sebutnya.
“Itu kan sebetulnya alasan-alasan yang digunakan pada rezim otoriter ya, pada rezim Orde Baru, dan rezim otoriter yang lain. Nah, semestinya tidak boleh ada di zaman demokrasi sekarang,” tutupnya.(VAN)
TIMIKA,KHATULISTIWAONLINE.COM
Seratusan warga asal luar Papua atau pendatang dievakuasi keluar oleh TNI dari Wamena. Mereka dievakuasi ke kampung halaman masing-masing karena kondisi di Wamena sedang tidak kondusif pasca-rusuh pada Senin (23/9).
Danlanud Yohanis Kapiyau Letkol Pnb Sugeng Sugiharto mengatakan, saat ini pengungsi dari Wamena telah tiba di Timika dan pihanya akan mendata dari mana saja pengungsi dan jumlahnya, apakah mereka akan tetap di Timika ataukah akan pulang ke luar Papua.
“Iya pengungsi sudah datang, kami akan data berapa banyak, akan kemana mereka tetap di Timika atau mau pulang, ” Kata Sugeng, di Lanud Kapiyau, Jumat (27/9/2019).
Sedangkan, Kapolres Mimika AKBP Agung Marlianto mengatakan, jumlah penumpang atau korban Pengungsian sebanyak 187 orang. Berikut rinciannya:
Timika-Semarang : 25 orang
Timika-Makassar : 19 orang
Timika-Biak : 51 orang
Warga yang menetap di Lanud Kapiyau : 83 orang
Timika : 9 orang
Saat ini pengungsi yang tengah ditampung di Lanud sebanyak 83 orang dan sisanya akan dipulangkan ke kampung masing-masing. “Iya jadi sekarang kami tengah menyiapkan tempat yang layak, ” Kata Kapolres.(NOV)
MEDAN,KHATULISTIWAONLINE.COM
Polda Sumatera Utara (Sumut) menyatakan telah mengamankan polisi yang diduga melakukan pemukulan terhadap anggota DPRD Sumut Pintor Sitorus. Gerindra menyatakan akan melakukan konfirmasi untuk memastikan kebenaran informasi itu.
Sekretaris Fraksi Gerindra DPRD Sumut Gusmiyadi menyatakan pihaknya baru sebatas mendapat informasi dari berita di media massa. Menurutnya masih belum bisa dipastikan apakah yang diamankan itu memang oknum polisi yang melakukan pemukulan.
“Tentu saja kita perlu melakukan konfirmasi, cross check kebenaran berita tersebut. Memastikan oknum yang ditahan adalah benar orang yang melakukan pemukulan terhadap anggota DPRD Sumut,” kata Gusmiyadi kepada wartawan di Medan, Kamis (26/9/2019).
Terkait hal ini, Gusmiyadi menyebut mereka akan mengawal perkembangan kasusnya melalui Ketua DPRD Sumut. Dia menyebut saat ini komunikasi tengah dilakukan dengan pihak kepolisian.
“Kami dari Fraksi Partai Gerindra telah berkomitmen terkait langkah-langkah institusi ini,” kata Gusmiyadi.
Sebelumnya Kabid Humas Polda Sumut Kombes Tatan Dirsan Atmaja menyatakan, polisi mengamankan Bripda FPS yang diduga melakukan pemukulan terhadap anggota DPRD Sumut. Pemeriksaan terhadap yang bersangkutan sedang berlangsung.
“Kami juga dapat informasi ada anggota yang melakukan penghinaan dan pemukulan terhadap salah satu anggota Dewan. Nah ini kita sudah amankan anggota tersebut. Diduga Bripda FPS,” kata Tatan di Medan, Rabu (25/9).
Pemukulan Pintor Sitorus terjadi di basement parkir gedung DPRD Sumut saat aksi demonstrasi Selasa (24/9). Diketahui, saat itu polisi tengah mengamankan pelaku demo anarkis, dan Pintor merekam aksi itu menggunakan handphone.(MAD)
MAKASSAR,KHATULISTIWAONLINE.COM
Sejumlah polisi mendatangi masjid di Makassar, Sulsel, yang viral karena dimasuki oknum polisi tanpa membuka alas kaki saat mengejar mahasiswa demo di Kantor DPRD Sulsel. Polisi meminta maaf ke pengurus masjid.
Masjid yang viral itu adalah masjid Syuhada 45 yang terletak di area pengadilan tinggi negeri (PTN) Makassar, Jl Urip Sumoharjo, atau tepat berada di samping kiri Kantor DPRD Sulsel.
Pantauan di lokasi, polisi yang datang menemui imam masjid Syuhada 45 dipimpin oleh Kasat Binmas Polrestabes Makassar AKBP Azhan. Mereka tiba sekira pukul 14.20 WITa, Rabu (25/9/2019).
“Mungkin anggota sudah capek (saat masuk masjid), tapi apapun alasannya anggota kami salah sehingga kami mohon maaf,” kata AKBP Azhan.
Imam masjid, Rusman, merespons permohonan maaf AKBP Azhan dengan menceritakan kronologi sejumlah oknum polisi memasuki masjid tanpa membuka alas kaki.
Tidak hanya minta maaf ke imam masjid, polisi juga menemui Dr Yahya selaku ketua pengurus masjid Syuhada 45 untuk menyampaikan maksud yang sama.
Hingga berita ini ditulis pukul 15.00 Wita, polisi masih berbincang dengan pihak masjid Syuhada 45 terkait kelanjutan kasus polisi masuk masjid tanpa buka alas kaki.(MAD)
SURABAYA,KHATULISTIWAONLINE.COM
Ribuan mahasiswa yang tergabung dalam Aliansi BEM Surabaya akan menggelar demo menolak RUU KUHP hingga UU KPK. Aksi ini akan digelar pukul 10.00 WIB di depan Gedung DPRD Jawa Timur, Jalan Indrapura Surabaya.
Menanggapi hal itu, Kabid Humas Polda Jawa Timur Kombes Frans Barung Mangera mengatakan, pihaknya telah melakukan berbagai persiapan pengamanan.
“Polda Jawa Timur siap dalam rangka mengamankan kegiatan-kegiatan masyarakat sebagai contoh menyampaikan aspirasi,” kata Barung di Surabaya, Rabu (25/9/2019).
Sementara saat ditanya berapa personel yang akan disiagakan, Barung menyebut pihaknya akan melihat situasi dan kondisi di lapangan. Jika massa yang datang banyak, pihaknya akan menerjunkan personel dalam jumlah relatif besar.
“Personel jumlahnya kita lihat sesuai dengan situasi yang dihadapi kalau situasinya 30 massa ya kita hadapi dengan 10 personel, kalau misalnya 100 ya dengan 40, kalau 1000 kita hadapi dengan 100,” ucap Barung.
Di kesempatan yang sama, Barung juga mengingatkan mahasiswa yang demo untuk menyampaikan aspirasinya secara damai. Barung berharap mahasiswa tetap menjunjung tinggi guyub rukun yang telah terjaga di Jatim.
“Harapan kami, aksi mahasiswa nanti tetap damai aman, karena di Surabaya dan Jawa Timur masyarakatnya guyub dan rukun,” pungkasnya.(DAB)