JAKARTA,KHATULISTIWAONLINE.COM
Seorang pria bernama Aldi, yang merupakan bandar narkoba, tewas setelah loncat dari lantai 10 Apartemen Season City, Jakarta Utara. Aldi diduga panik saat polisi menggerebek apartemen tersebut.
“Jadi betul, ada laporan anggota mengungkap narkotika jenis ganja dan sabu di Apartemen Season City, di mana tersangka utama lompat dari lantai 10 dan meninggal di lokasi,” jelas Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Argo Yuwono, Rabu (13/8/2019).
Peristiwa tersebut terjadi pada Rabu (13/8), sekitar pukul 18.30 WIB. Saat itu polisi menangkap seorang wanita bernama Bela Ainun di lift apartemen.
“Kemudian dilakukan penggeledahan terhadap yang bersangkutan dan ditemukan barang bukti 4 plastik sabu seberat 100 gram dan 11 bungkus ganja berat 1,5 kilogram,” imbuhnya.
Pada saat penggeledahan itu, tanpa diketahui polisi, Aldi rupanya bersembunyi di unit apartemen lain yang bersebelahan dengan unit apartemen Bela. Bela juga mengaku kepada polisi bahwa barang haram itu adalah milik pacarnya yang bernama Aldi.
“Menurut keterangan Bela, itu milik pacarnya, Aldi. Karena tidak diketemukan saudara Aldi di situ, kemudian tim melakukan pengecekan ke unit apartemen sebelah TKP dengan didampingi sekuriti apartemen,” lanjutnya.
Pada saat polisi mengecek apartemen, Aldi sudah bersembunyi di balkon. Aldi kemudian mencoba melarikan diri dengan berpindah ke unit sebelah.
“Pada saat mencoba melarikan diri dengan berpindah ke balkon sebelah, akan tetapi pada saat akan pindah Aldi terpeleset dan kemudian jatuh,” jelasnya.
Aldi terjatuh dari lantai 10 ke lantai 7 apartemen. Aldi pun tewas di lokasi kejadian.
Kasus ini masih diselidiki polisi. Polisi masih mengembangkan jaringan narkoba.(MAD)
JAKARTA,KHATULISTIWAONLINE.COM
KPK memanggil anggota DPR RI Fraksi PKB Jazilul Fawaid terkait kasus suap pelaksanaan proyek di Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) pada 2016. Jazilul akan diperiksa sebagai saksi.
“Dipanggil sebagai saksi untuk tersangka HA (Hong Arta John Alfred),” kata Kabiro Humas KPK Febri Diansyah kepada wartawan, Selasa (13/8/2019).
Selain itu, KPK menjadwalkan pemeriksaan Mutakin, yang merupakan staf administrasi eks anggota DPR Fraksi PKB Musa Zainudin. Mutakin juga bakal diperiksa sebagai saksi untuk Hong Arta.
Kasus suap pengerjaan proyek jalan Kementerian PUPR ini terungkap dari operasi tangkap tangan (OTT) KPK terhadap eks anggota DPR Fraksi PDIP Damayanti Wisnu Putranti pada 13 Januari 2016. Total, ada 12 orang yang terjerat kasus suap tersebut.
Hong Arta, Direktur dan Komisaris PT SR (PT Sharleen Raya JECO Group), diduga memberikan suap kepada eks Kepala Balai Pelaksana Jalan dan Jembatan Nasional (BPJJN) Wilayah IX, Amran Mustary, dan Damayanti. Hong Arta diduga memberikan suap Rp 8 miliar dan Rp 2,6 miliar kepada Amran serta Rp 1 miliar kepada Damayanti.
Atas perbuatannya, Hong Arta disangka melanggar Pasal 5 ayat 1 huruf a atau b atau Pasal 13 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 sebagaimana diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi juncto Pasal 55 ayat 1 ke-1 KUHP.(NGO)
JAKARTA,KHATULISTIWAONLINE.COM
KKB kembali menyerang aparat saat melakukan olah tempat kejadian perkara penembakan Brigadir Anumerta Hedar di Puncak Jaya, Papua. Tembakan KKB dibalas tembakan dan pengejaran oleh personel Ditreskrimum Polda Papua dan Sat Reskrim Polres Puncak Jaya.
“Pada saat olah TKP, tiba-tiba anggota mendapat tembakan dari arah seberang kali, yang diduga dilakukan oleh KKB. Sehingga anggota langsung melakukan tembakan balasan serta melakukan pengejaran,” ujar Karo Penmas Divisi Humas Polri Brigjen Dedi Prasetyo, Rabu (14/8/2019).
Olah TKP dilakukan pada Selasa, 13 Agustus kemarin, tepatnya pukul 11.27 WIT. Setelah menyerang balik KKB, aparat kembali melanjutkan oleh TKP pukul 12.15 WIT.
“Olah TKP kembali dilanjutkan setelah situasi kembali aman dan kondusif. Pukul 13.15 WIT olah TKP selesai dan anggota kembali ke Pos Polisi Ilaga,” jelas Dedi.
Briptu Hedar tewas ditembak kelompok kriminal bersenjata (KKB) saat melakukan penyelidikan di wilayah Puncak, Papua. Peristiwa itu terjadi ketika Hedar sedang melakukan penyelidikan dengan metode penyamaran atau undercover di Kampung Usir, Ilaga.
Karo Penmas Divisi Humas Polri Brigjen Dedi Prasetyo menjelaskan kejadian itu berlangsung pada Senin (12/8) sekitar pukul 11.00 WIT. Kala itu, Hedar bersama rekannya, Bripka Wakum Alfonso, sedang berada di Kampung Usir, Kabupaten Puncak.
Dedi menjelaskan Briptu Hedar dan Bripka Alfonso di lokasi itu sedang melakukan penyelidikan dengan cara undercover. Keduanya masuk ke wilayah yang dituju tanpa membawa identitas dan senjata.
“Dia masuk sangat dalam di wilayah sangat rawan, masyarakat juga sudah sangat resah dengan keberadaan KKB yang sering melakukan intimidasi terhadap masyarakat setempat,” ujar Dedi di Mabes Polri, Selasa (13/8).
Di lokasi, ada warga yang memanggil Briptu Hedar sehingga keduanya berhenti. Wilayah penyanderaan itu dikenal sebagai wilayah KKB. Briptu Hedar mendatangi orang yang memanggilnya karena mengenal warga tersebut. Sedangkan Bripka Alfonso tetap di atas motornya.
Tiba-tiba ada kelompok yang mendatangi Hedar bersama warga yang memanggilnya. Melihat situasi tak kondusif, Alfonso pun meloloskan diri, sedangkan Hedar ditawan kelompok tersebut dan ditemukan gugur.(MAD)
SERANG,KHATULISTIWAONLINE.COM
Satu keluarga di Kampung Gegeneng, Desa Sukadalem, Serang, Banten diduga menjadi korban pembantaian. Dua orang tewas, satu lainnya kritis.
Kasat Reskrim Polres Serang Kota AKP Ivan Adhitira mengatakan, korban tewas merupakan ayah dan anak yakni Rustadi (33) dan anaknya berumur 4 tahun. Sedangkan istri korban Siti Sadiyah (24) kritis.
“Kondisi korban diduga pembantaian satu keluarga di mana kepala keluarga meninggal dunia dan anaknya umur 4 tahun tewas. Sedangkan ibu kritis,” kata Ivan kepada wartawan di lokasi, Selasa (13/8/2019).
Menurut Ivan, ketiga korban ditemukan sekitar pukul 07.30 WIB oleh teman korban di ruang keluarga.
“Ditemukan teman korban yang ingin mengambil barang karena korban tercium bau amis oleh saksi terus meminta pertolongan warga,” katanya.
Saat ini Polres Serang Kota masih melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP). Dua jenazah korban dibawa ke RS dr Dradjat Prawiranegara, Serang.(DAR)
JAKARTA,KHATULISTIWAONLINE.COM
KPK menggeledah tiga lokasi terkait kasus dugaan suap izin impor bawang putih dengan tersangka anggota DPR Nyoman Dhamantra. Penggeledahan dilakukan di gedung DPR, Kementerian Perdagangan, dan Kementerian Pertanian.
“Hari ini dilakukan penggeledahan di tiga lokasi, yaitu ruang kerja Anggota DPR-RI, INY (I Nyoman Dhamantra), ruang Dirjen Perdagangan LN Kemendag RI, ruang di Dirjen Holtikultura Kementan RI,” kata Plh Kabiro Humas KPK Chrystelina GS kepada wartawan, Senin (12/8/2019).
Chrystelina mengatakan penggeledahan masih berlangsung. Ada sejumlah dokumen terkait impor yang disita.
“Tim masih di lokasi. Sejauh ini diamankan sejumlah dokumen terkait dengan impor yang jadi kewenangan Kementan dan Kemendag,” ucapnya.
Kasus ini berawal dari operasi tangkap tangan (OTT) KPK pada Rabu-Kamis, 7-8 Agustus 2019. KPK kemudian menetapkan enam orang sebagai tersangka dalam kasus dugaan suap impor bawang putih ini, yakni:
Tersangka pemberi:
1. CSU alias Afung (Chandry Suanda) swasta
2. DDW (Doddy Wahyudi) swasta
3. ZFK (Zulfikar) swasta
Tersangka penerima:
a. INY (I Nyoman Dhamantra) Anggota DPR 2014-2019
b. MBS (Mirawati Basri) orang kepercayaan INY
c. ELV (Elviyanto) swasta
Dhamantra diduga meminta fee Rp 3,6 miliar dan commitment fee Rp 1.700-1.800 per kg bawang yang diimpor kepada Afung dan Doddy selaku pengusaha. Duit itu diduga terkait proses perizinan kuota impor 20 ribu ton bawang putih.
KPK menduga duit yang telah diterima Dhamantra berjumlah Rp 2 miliar. Uang itu diduga ditransfer lewat rekening di money changer.(NGO)
JAKARTA,KHATULISTIWAONLINE.COM
Polda Metro Jaya melakukan operasi yang ditingkatkan selama Juli-Agustus 2019 untuk menekan tingkat kejahatan. Selama itu ada 243 pelaku kejahatan yang ditangkap polisi.
“Hasil kegiatan tersebut kita amankan tersangka 243 orang, 210 barbuk dan juga karena mereka melawan ada 4 orang yang kita tindak tegas terukur,” kata Kapolda Metro Jaya Irjen Gatot Eddy Pramono kepada wartawan di Polda Metro Jaya, Jakarta, Senin (12/8/2019).
Gatot menyebut kegiatan operasi yang diumumkan hari ini merupakan hasil operasi mulai 10 Juli 2019 hingga 10 Agustus 2019. Operasi dilakukan hingga ke tingkat Polsek untuk menciptakan situasi yang kondusif.
“Kegiatan ini akan terus kita lakukan di samping kegiatan rutin dan operasi. Ini untuk menciptakan situasi aman dan kondusif sehingga masyarakat bisa beraktivitas sehari-hari dan tidak terganggu dengan situasi keamanan,” ungkap Gatot.
Dari ratusan tersangka yang berhasil diamankan, Gatot menyebut mayoritas kejahatan yang menonjol yakni kejahatan jalanan atau street crime. Kejahatan seperti geng motor, begal dan lain-lain. Untuk itu polisi fokus menekan aksi kejahatan jalanan.
“(Kasus kejahatan yang paling banyak)sifatnya konvensional kejahatan jalanan dan lain-lain. Yang banyak itu kasus curat, anirat, pengeroyokan dan lain-lain termasuk kalau ada yang kumpul-kumpul mau tawuran kita kumpulkan kalau ada sajam kita amankan,” kata Gatot.
Dari 243 orang itu, 200-an orang di antaranya dibina dan dikembalikan ke rumahnya masing-masing.
“Mereka yang belum kita tetapkan sebagai tersangka contohnya anggota Polres melihat ada sekumpulan orang diduga tawuran atau akan melakukan kegiatan kebut-kebutan. Di antara itu ada yang bawa sajam itu kita proses nah yang lain kita bina supaya nggak terjadi trek-trekan motor,” jelas Gatot.
Barang bukti yang diamankan polisi dalam rangkuman kasus tersebut mencapai 210 barang bukti mulai dari kendaraan, uang tunai, narkotika, laptop, ponsel maupun senjata api dan senjata tajam. Total kerugian masyarakat akibat ulang tersangka tercatat sekitar Rp 89,5 juta.
“Ini kalau melihat uang tunai dihitung Pak Dir Rp 89,5 juta. Tapi sebenarnya kalau kita mau lihat curanmor ada 7 dalam sebulan diamankan (kerugian) lebih sebenarnya. Ada harga mobil Rp 200 juta ini belum dihitung semuanya,” pungkas Gatot.(MAD)
JAKARTA,KHATULISTIWAONLINE.COM
Setelah ditunggu-tunggu polisi, Abah Grandong si pemakan kucing akhirnya tiba di Polres Metro Jakarta Pusat. Abah Grandong mendatangi Polres Jakata Pusat didampingi keluarganya.
Di Polres Metro Jakarta Pusat, Jalan Garuda, Kemayoran, Grandong tiba pada pukul 15.57 WIB, Kamis (1/8/2019). Abah Grandong tampak mengenakan peci biru dan baju koko berwarna coklat.
Dia ditemani seorang pria yang mengaku perwakilan keluarga bernama Deden. Sementara Grandong tidak banyak berkata-kata.
“Jadi saya mewakili dari keluarga Abah, saya dari keluarga Abah akan menyerahkan pelaku (Abah, red) ke Polres Jakarta Pusat,” kata Deden kepada wartawan di lokasi.
Deden belum banyak bicara soal kedatangan Grandong ini. Mereka kemudian masuk ke ruang pemeriksaan di Polres Jakarta Pusat.
Dihubungi secara terpisah, Kasat Reskrim Polres Metro Jakarta Pusat AKBP Tahan Marpaung mengatakan Grandong sudah datang di Polres Jakarta Pusat.
“Sudah, sudah datang barusan,” kata Tahan.
Grandong sebelumnya dicari polisi karena aksinya memakan kucing hiduo viral di media sosial. Aksi itu dilakukan di Kemayoran, Jakpus pada 19 Juli lalu.(DON)
JAKARTA,KHATULISTIWAONLINE.COM
Mantan pebulu tangkis Taufik Hidayat mengaku ditanya penyelidik KPK terkait tugas pokok dan fungsinya sebagai staf khusus di Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora). Taufik juga mengaku ditanya soal Menpora Imam Nahrawi.
Taufik keluar dari ruang pemeriksaan sekitar pukul 15.40 WIB, di Gedung KPK, Jalan Kuningan Persada, Jakarta Selatan, Kamis (1/8/2019). Taufik mengaku dicecar seputar tupoksinya sebagai Stafsus sebagai Kemenpora pada periode 2017-2018.
“Ya cuma dimintai keterangan saja, saya kan sebagai Stafsus Kemenpora waktu itu di 2017-2018, itu aja,” kata Taufik usai diperiksa.
“Cuma itu aja, saya sebagai Stafsus, saya sebagai di Wasatlak Prima saya sebagai apa, kerjaanya apa di situ,” imbuhnya.
Tak hanya itu, penyidik, kata Taufik, juga menanyakan Menpora Imam. Taufik ditanya seputar latar belakang Imam dan juga Aspri Menpora, Miftahul Ulum.
“Ya kenal Pak Imam di mana, itu-itu aja ya, terkait Menpora aja sih, yang lain nggak ada. Kemenpora sama Satlak Prima, kalau Satlak Prima bisa diminta di Stafsus, itu aja,” ucapnya.
Terkait dengan Mifrahul Ulum, Taufik mengaku hanya ditanya kenal atau tidak dengan Ulum. “Ya ditanya (Miftahul Ulum) kenal, ya kenal,” ungkapnya.
Ketika ditanya terkait dana hibah KONI, Taufik mengaku tidak ada pertanyaan dari penyidik terkait KONI. Taufik juga mengaku tidak tahu menahu soal dana hibah KONI yang menyeret nama Kemenpora dan Imam.
“Saya nggak ngurusin itu, jadi saya nggak tahu. Nggak..nggak ditanya masalah itu (dana hibah KONI) sih,” pungkasnya.
Kabiro Humas KPK Febri Diansyah sebelumnya menyebutkan Taufik menjalani pemeriksaan dalam tahap penyelidikan. Penyelidikan yang dilakukan KPK itu disebut Febri sebagai pengembangan dari perkara sebelumnya yang telah diproses di Pengadilan Tipikor Jakarta. (NGO)