Colombo –
Kepala kepolisian nasional dan mantan Menteri Pertahanan Sri Lanka ditangkap atas dugaan kegagalan mencegah rentetan serangan bom saat Hari Paskah yang menewaskan 258 orang.
Penangkapan keduanya diumumkan oleh juru bicara kepolisian, Ruwan Gunasekera seperti dilansir kantor berita AFP, Rabu (3/7/2019).
Inspektur Jenderal Polisi Pujith Jayasundara merupakan pejabat kepolisian paling senior yang ditangkap sepanjang 152 tahun sejarah kepolisian negara tersebut. Gunasekera mengatakan, baik Jayasundara maupun mantan Menteri Pertahanan Hemasiri Fernando tengah menjalani perawatan di dua rumah sakit terpisah ketika mereka ditahan oleh para polisi berpakaian preman dari Departemen Penyelidikan Kejahatan pada Selasa (2/7) waktu setempat.
Gunasekera mengatakan, keduanya selanjutnya akan tetap dirawat di rumah sakit, namun para detektif kepolisian akan membuat laporan resmi penangkapan mereka ke pengadilan, yang akan memutuskan langkah selanjutnya yang akan diambil.
Penangkapan kedua pejabat senior ini dilakukan sehari setelah kepala kejaksaan nasional menyatakan bahwa dugaan kelalaian yang dilakukan kedua pejabat senior itu sama dengan kejahatan berat terhadap kemanusiaan, dan mereka juga harus menghadapi dakwaan pembunuhan.
Sebelumnya pada Senin (1/7) waktu setempat, Jaksa Agung Dappula de Livera mengatakan bahwa kedua orang itu gagal mengambil tindakan terkait adanya peringatan mengenai serangan bom Paskah, yang menurut otoritas Sri Lanka dilakukan oleh kelompok militan lokal namun diklaim oleh ISIS.
“Mereka harus dibawa ke pengadilan atas kelalaian kriminal mereka,” kata de Livera dalam surat untuk pejabat sementara kepala kepolisian Chandana Wickramaratne.
“Kelalaian mereka sama dengan apa yang dikenal di bawah hukum internasional sebagai kejahatan berat terhadap kemanusiaan,” tulisnya.
Selain itu, sembilan perwira senior kepolisian juga telah dinyatakan oleh Jaksa Agung sebagai tersangka yang akan diadili atas peran mereka dalam kelemahan keamanan terkait Bom Paskah pada 21 April lalu.
Sebelumnya, pejabat-pejabat intelijen India mengatakan bahwa mereka telah berbagi informasi mengenai target serangan-serangan bom Paskah — yang didapat dari seorang militan yang ditahan di India — namun otoritas Sri Lanka gagal menindaklanjuti ancaman serangan itu dengan serius.
India pertama kali menyampaikan peringatan serangan tersebut kepada Sri Lanka pada 4 April, lebih dari dua pekan sebelum bom Paskah 21 April. Kelompok-kelompok muslim lokal juga pernah menyampaikan kepada kepolisian dan unit-unit intelijen Sri Lanka mengenai kemungkinan serangan oleh ulama radikal Zahran Hashim, yang memimpin serangan-serangan bom bunuh diri pada Hari Paskah itu.(MAD)