JAKARTA, KHATULISTIWAONLINE.COM –
Di tengah masalah finansial Barcelona, performanya di awal musim ini tampak masih cukup stabil. Dimotori bintang muda Lamine Yamal, Blaugrana sapu bersih kemenangan dari lima pertandingannya.
Paling anyar, Barcelona pulang dari kandang Girona dengan membawa pulang poin penuh berkat kemenangan dengan skor 4-1. Yamal mencetak sepasang gol pembuka dalam kemenangan tersebut.
Dengan lima kemenangan dari lima jornada, Barcelona pun mengoleksi 15 poin untuk bertengger di puncak klasemen Liga Spanyol LaLiga. Cuma Barca sendirian yang masih 100 persen di awal musim ini.
Atletico Madrid, Real Madrid, dan Villarreal menjadi pengejar terdekat Barcelona. Ketiganya mengoleksi 11 poin sejauh ini, setelah sama-sama meraih 3 kemenangan dan 2 kali seri.
Menilik papan klasemen Liga Spanyol, cuma Barcelona, Atletico Madrid, Real Madrid, dan Villarreal yang sejauh ini belum terkalahkan sampai dengan pekan kelima.
Sementara di bagian bawah klasemen, ada tiga tim yang sejauh ini belum meraih satu kemenangan pun. Getafe, Las Palmas, dan Valencia adalah ketiganya.
Getafe sejauh ini mengoleksi 3 poin hasil dari 3 kali seri dan 1 kali kalah. Las Palmas punya 2 poin berkat 2 kali seri dan 3 kali kalah.
Posisi juru kunci klasemen Liga Spanyol ditempati oleh Valencia yang sejauh ini baru mampu meraih 1 poin berkat sekali seri. Empat laga sisanya berakhir dengan kekalahan. (MAD)
Oleh: Saiful Huda Ems.
JAKARTA, KHATULISTIWAONLINE.COM
Tidak penting Prabowo dan Jokowi akur atau tidak. Fokus kami hanya melawan penguasa yang melanggar Konstitusi dan “mengencingi” hasil perjuangan para pendiri bangsa, serta anak-anak bangsa yang berjuang mati-matian sampai terwujudnya Reformasi ’98.
Mau akur atau tidak antara Jokowi dan Prabowo itu soal mereka berdua, bukan soal kami sebagai rakyat yang terus berjuang untuk meloloskan diri dari kebodohan, kemiskinan dan keterbelakangan serta penindasan.
Penindasan seorang presiden bernama Jokowi, yang memeras kami (rakyat) dengan berbagai dalih kewajiban membayar pajak. Yang menipu kami dengan berbagai statement politiknya yang selalu bertolak belakang dengan kenyataan. Yang meludahi hasil perjuangan kami dengan berusaha menggiring kembali POLRI dan TNI ke ranah politik praktis melalui RUU TNI dan POLRI.
Benar atau tidaknya akun Fufufafa itu miliknya Gibran ataukah tidak, bagi kami juga sangat tidak penting, karena tanpa akun Fufufafa kami juga sudah melihat prilaku politik Gibran yang sangat manipulatif.
Hanya orang yang bodoh atau pura-pura bodohlah yang tidak mau mengakui ini semua, sebab Keputusan MK No.90/PUU-XXI/2023 yang meloloskan Gibran untuk menjadi Cawapres 2024 merupakan bukti yang sangat terang benderang, hingga Sang Paman dicopot dari kedudukannya sebagai Ketua MK.
Persoalan ekonomi, politik, hukum dan sosial di Indonesia bukanlah persoalan yang remeh temeh. Ini persoalan yang sangat besar dan memerlukan perhatian serius dari semua kalangan. Celakanya, Jokowi sebagai presiden malah menjadi trigger dari semua persoalan kebangsaan dan kenegaraan ini.
Lingkungan hidup yang rusak oleh ulah para penambang rakus yang disupport oleh Pemerintahan Jokowi, benturan antar warga bangsa dan pemeluk agama yang tiada henti, eksploitasi alam yang hanya membuat kenyang dan kaya para lintah darat oligarki yang menghisap perekonomian rakyat dan lain sebagainya, merupakan bukti nyata betapa Jokowi tak lain dan tak bukan hanyalah sumber masalah kebangsaan dan kenegaraan kita.
Melalui teleponnya ke saya Jumat siang, Mas Ganjar Pranowo mengingatkan ke saya, bahwa kita tidak boleh lupa akan kejam dan parahnya kepemimpinan ORBA Soeharto, hingga Mas Ganjar seolah ingin menolak hipotesa saya yang menyatakan Jokowi lebih parah dari Soeharto.
Saya sebetulnya ingin mengatakan hal yang sama dengan apa yang dikatakan Mas Ganjar Pranowo pada saya tersebut, namun saya tiba-tiba tersadarkan, bahwa jika Soeharto dahulu memulai kepemimpinannya disaat Indonesia belum lama merdeka, disaat bangsa ini masih tengah belajar bagaimana menata negara ini dengan baik, sehingga ketika Soeharto menguasai negara melalui jalannya, yakni Kudeta Merangkak, Soeharto yang diktator itu memimpin dengan Tangan Besi untuk mewujudkan visinya sebagai Presiden.
Soeharto ketika itu hanya mewarisi visi nasionalisme kerakyatannya Presiden Soekarno dan para tokoh pendiri bangsa lainnya, namun Soeharto tidak pernah mendapatkan modal lainnya apapun lagi, selain modal kemerdekaan bangsa dan negara itu sendiri.
Soeharto tidak pernah mengerti bagaimana konsep negara demokrasi itu diwujudkan, hingga Soeharto tidak pernah tau bagaimana misalnya Pemilihan Presiden itu sebaiknya dilakukan, bagaimana DPR/MPR sebaiknya difungsikan.
Soeharto ketika itu juga belum tau bagaimana otonomi daerah itu sebaiknya dilaksanakan, bagaimana ABRI (TNI dan POLRI) itu sebaiknya diperankan, bagaimana Lembaga Yudisial itu dijalankan dengan benar, dan bagaimana Partai-Partai Politik itu melakukan tugas dan fungsinya dengan baik.
Pendek kata, karena Indonesia saat itu masih minim pengalaman manajemen kenegaraan, Soeharto ketika itupun hanya dapat memimpin dengan modal pengetahuannya yang minim dan menjaga semua kebijakan pemerintahannya hanya dengan modal bedil (senjata), maka hasilnya Rakyat hanya digiring Soeharto seperti bebek dan harus menerima kenyataan hidup apa adanya.
Ini berbeda jauh dengan Presiden Jokowi, yang memulai jabatannya sebagai presiden dengan banyak modal yang dihasilkan dari banyak pencapaian yang dilakukan oleh generasi-generasi pejuang dari tahun 1945 hingga 1998 dan sesudahnya.
Konstitusi sudah diperbaharui, berbagai produk perundang-undangan sebagai hasil reformasi politik, hukum dan ekonomi juga sudah diterbitkan, Presiden Jokowi sebenarnya tinggal melaksanakan semua konsepsi kenegaraan yang sudah ada dan sudah teruji, namun nyatanya Presiden Jokowi malah menutup mata dan telinganya, hingga Presiden Jokowi dengan angkuhnya gemar menabrak Konstitusi dan tidak pernah mau mendengar suara kebatinan rakyatnya.
Jokowi sepertinya tuli dari rintihan rakyat yang terhimpit persoalan mahalnya biaya pendidikan, terhimpit persoalan mahal dan langkanya pupuk oleh kaum petani, persoalan rendahnya daya beli masyarakat yang terjadi pada kaum pedagang dan nelayan serta rendahnya upah para buruh di segala sektor !.
Jokowi seperti masa bodoh dengan banyaknya korban penipuan online, pinjaman online, perjudian online, pembunuhan, pemerkosaan, bunuh diri karena terhimpit masalah ekonomi dan lain sebagainya yang korbannya mayoritas rakyat kecil !.
Kalau sudah seperti ini, apa peduli kami soal rukun tidaknya Jokowi dengan Prabowo?! Apa pedulinya kami dengan gemetar tidaknya Gibran dengan kepemilikan akun Fufufafa atau tidaknya?! Masa bodoh, karena kami rakyat hanya ingin Indonesia maju dan rakyatnya sejahtera, serta terbebas dari penjarahan kekayaan alam yang penjarahnya dilindungi penguasanya !…(SHE).
15 September 2024.
Saiful Huda Ems (SHE). Lawyer dan Pemerhati Politik.
.Oleh: Saiful Huda Ems.
JAKARTA, KHATULISTIWAONLINE. COM
Bagi pemerhati politik nasional dari mulai Orde Lama (Soekarno), Orde Baru (Soeharto), Orde Reformasi (BJ. Habibie, Gus Dur, Megawati Soekarnoputri dan SBY) hingga Orde Nepotisme (Jokowi), sedikit banyak akan merasakan suka duka hidup sebagai warga negara yang dipimpin oleh para pemimpin nasional tersebut.
Jika dipikir secara mendalam, kelihatannya kepemimpinan yang terparah dan memiliki daya rusak sistem demokrasi yang sangat tinggi, mau diakui atau tidak adalah dimasa kepemimpinan Jokowi.
Mengapa?Pertama, baik di era Orde Lama (Soekarno) maupun di era Orde Baru (Soeharto) dan di era Orde Reformasi (BJ. Habibie, Gus Dur, Megawati Soekarnoputri dan SBY), politik “sandera” untuk koruptor yang kemudian dijadikan “wayang” politik yang sepak terjang politiknya harus mengikuti instruksi penguasa itu nyaris tidak pernah ada.Bahkan sekuasa-kuasanya Presiden Soekarno maupun Presiden Soeharto, keduanya nampak lebih gentle menyikapi lawan-lawan politiknya. “Kalian korupsi atau memberontak ke saya, berarti kalian harus siap dengan semua konsekwensinya; masuk penjara atau kita berperang habis-habisan !”.
Begitu kira-kira apa yang ada di benak kedua pemimpin nasional tersebut (Soekarno dan Soeharto). Begitupun di era kepemimpinan nasional BJ. Habibie, Gus Dur, Megawati Soekarnoputri maupun SBY, semuanya terlihat lebih gentle menyikapi pejabat-pejabat dan ketum-ketum partai politik yang bermasalah ataupun menyikapi lawan-lawan politiknya.
Meski demikian memang untuk kepemimpinan nasional Soeharto, ada yang harus digaris bawahi, yakni sikap-sikap otoriterianismenya, dan sikap-sikap politik yang lebih mendahulukan pendekatan keamanan (security approach) yang menjurus pada kekerasan.
Maka tak heran di masa kepemimpinan Soeharto terjadi banyak kasus konflik vertikal antara rakyat dan pemerintah yang berujung pada banyaknya korban kekerasan yang dilakukan oleh aparat keamanan (Polisi dan Tentara yang dikenal dengan istilah Dwifungsi ABRI) terhadap warga sipil. Kedua, fakta politik berbicara, bahwa sengotot-ngototnya
Rezim Soeharto dalam memaksakan kebijakan-kebijakan pemerintahannya yang harus dipatuhi oleh rakyatnya, Soeharto terlihat sangat jarang memeras rakyat melalui berbagai macam peraturan pungutan pajak yang menjerat rakyat. Pun demikian dengan yang dilakukan oleh Pemerintahan Orde Lama (Soekarno) maupun di Pemerintahan Orde Reformasi.Ini sangat jauh berbeda dengan situasi di era Orde Nepotisme Jokowi sekarang ini, yang sangat tega memeras rakyat di segala sektor. Ketiga, di masa Presiden Soekarno, Soeharto, BJ. Habibie, Gus Dur, Megawati Soekarnoputri maupun SBY, tidak ada satupun yang secara terang-terangan menabrak konstitusi untuk memuluskan dan mewujudkan rencana kepentingan pribadinya, semuanya taat aturan main (peraturan perundang-undangan) yang berlaku,
jikapun kemudian terbentur oleh peraturan peraturan itu, maka semua presiden itu menyiapkan peraturan baru yang harus melewati proses persetujuan dan pengesahan dari Lembaga Legislatif (DPR).
Ini jauh berbeda dengan apa yang selama ini dilakukan oleh Rezim Nepotis Jokowi, yang biasanya tabrak aturan dulu, baru kemudian mencari cara untuk mendapatkan legitimasinya.Keempat, tidak ada satupun dari presiden presiden Indonesia terdahulu itu yang menempatkan anaknya di posisi Ketua Umum Partai Politik apalagi menjadi Calon Wapres disaat semua pemimpin negara itu menjadi Presiden atau Kepala Negara dan Pemerintahan.
Hanya Presiden Jokowilah yang sepertinya lupa diri, tamak dan rakus jabatan, hingga anak-anaknya diizinkannya untuk jadi Cawapres, Ketum Parpol dan mendapat keistimewaan untuk dapat memiliki izin pertambangan yang sangat berpengaruh dan bermasalah, serta mendapatkan keuntungan dari berbagai proyek strategis nasional. Untuk dugaan yang terakhir itu, pernah diungkap oleh Firli Bahuri (mantan Ketua KPK), yang kemudian ia dijadikan tersangka untuk kasus yang lain. Rakyat Indonesia seperti mendapatkan kesialan ketika negara ini dipimpin oleh pembohong kelas berat, yakni Presiden Jokowi.
Rakyat banyak yang hidup susah, mencari nafkah hasilnya tak berimbang dengan kebutuhan hidup yang ditanggungnya, namun presiden dan anak-anaknya hidup dalam kemewahan, plesiran ke manca negara menggunakan privat jet yang ongkos sewanya miliaran, dan keluarganya banyak terindikasi kasus-kasus besar korupsi namun KPK masih belum juga berani memanggilnya karena mungkin sudah berhasil “dilumpuhkan” dan dikendalikannya.
Terus terang sebagai orang yang terus menerus mencermati situasi politik nasional dari zaman Soeharto, BJ. Habibie, Gus Dur, Megawati Soekarnoputri hingga Jokowi ini, saya melihat banyak hasil pencapaian yang didapatkan oleh bangsa dan negara ini, namun kemudian semuanya seolah ambruk dan hancur justru di akhir masa jabatan Presiden Jokowi.
Kerukunan sesama warga negara menjadi terasa langka lagi, sesama umat beragama terjadi benturan yang tiada habis-habisnya, korupsi gila-gilaan, biaya pendidikan (masuk perguruan tinggi) meroket tak karu-karuan, penipuan dan perjudian semakin tak terkendali, pemerkosaan dan pembunuhan di kalangan masyarakat kecil kian menjadi Gila…(SHE).
14 September 2024.
Saiful Huda Ems (SHE). Lawyer dan Pemerhati Politik 6 Zaman.
MAJALENGKA, KHATULISTIWAONLINE.COM
Pemerintah Kabupaten ( Pemkab ) Majalengka, Jawa Barat bekerja sama dengan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) melaksanakan sosialisasi pencegahan korupsi di lingkungan pemerintah daerah bertempat di Aula Gedung BKPSDM Jum,at (13/9/2024).
Acara yang dihadiri Penjabat (Pj) Bupati Dedi Supandi menghadirkan narasumber dari KPK, Arif Nurcahyo selaku Direktorat Koordinasi dan Supervisi Wilayah II Kediputian Bidang Koordinasi. Sedangkan peserta yang hadir seluruh pejabat di lingkungan Pemkab Majalengka dan anggota DPRD yang baru.
Menurut Arif Nurcahyo, meski upaya pencegahan korupsi sudah dilakukan sedemikian masif namun masih terlihat praktik korupsi di daerah. “Terdapat tiga faktor penyebab atau alasan mengapa seseorang melakukan fraud atau tindak kecurangan (triangle fraud theory) yaitu, adanya tekanan, peluang atau kesempatan, dan rasionalisasi,” jelasnya.
Menghadapi hal ini, KPK punya strategi pemberantasan korupsi dengan tiga pendekatan: pertama, melakukan pencegahan dengan membangun sistem untuk mencegah peluang terjadinya korupsi. “Kedua, KPK melakukan pendekatan bidang pendidikan, yakni memberikan pendidikan antikorupsi dan menanamkan nilai-nilai antikorupsi sehingga menekan niat korupsi.
Ketiga, KPK melakukan penindakan, memberikan efek jera bagi pelaku tindak pidana korupsi di titik rawan antikorupsi pada area pengadaan barang dan jasa,” tuturnya.
Sementara Pj. Bupati Majalengka,Dedi Supandi mengatakan Pemerintah telah mengeluarkan surat edaran pada area pengeluaran barang dan jasa guna mengantisipasi dan efektivitas dalam menunjang mobilitas pelayanan terhadap masyarakat.
Kegiatan sosialisasi ini bertujuan untuk membangun sinergitas dengan KPK dan Tim Koordinasi Supervisi dan Pencegahan untuk melakukan bimbingan.Dalam rangka pencegahan korupsi di lingkungan Pemkab Majalengka.
“Kehadiran KPK beserta Tim diharapkan mampu menyatukan langkah dalam upaya pemberantasan korupsi dan mewujudkan Clean Government dan Good Governance, ” harap Dedi.
Disebutkan, saat ini capaian program MCP Pemkab Majalengka hingga 10 September 2024, dalam mendorong optimalisasi upaya pencegahan korupsi agar tercipta tata kelola Pemerintah Daerah yang bersih dan bebas dari korupsi dengan angka keseluruhan 49.32℅.
Angka tersebut masih tinggi dari angka rata-rata di Provinsi Jawa Barat, yakni 42℅ dari 8 area, 26 indikator dan 26 sub indikator. Untuk itu, Pj. Bupati meminta kepada Inspektorat agar dapat melakukan pengawasan dan kewaspadaan dengan menjalankan fungsi pemeriksaan (OVERNIGHT), pemahaman dan kesadaran untuk pemahaman hal yang baru (INSIGHT) dan dapat menganalisis dan mengantisipasi serta mengelola masalah yang akan muncul di masa yang akan datang (FORESIGHT). (EDY MS).
BAKARA, KHATULISTIWAONLINE.COM
Jika berkunjung ke Provinsi Sumatera Utara tidak lengkap rasanya jika tidak mampir ke Danau Toba. Danau Toba merupakan danau vulkanik yang menjadi salah satu Destinasi Prioritas di Daerah Provinsi Sumatera Utara.
Di sekitaran Danau Toba terdapat satu daerah yang bernama Bakara, Kecamatan Baktiraja, Kabupaten Humbang Hasundutan (Humbahas). Bakara merupakan tempat kelahiran dan kekuasaan Raja Sisingamangaraja sehingga banyak Destinasi Wisata yang bersejarah di sekitarnya.
Salah satu Destinasi Wisata yang ada di sekitaran Bakara adalah Aek Sipangolu yang terletak di Desa Simangulampe. Aek Sipangolu yang berarti “Air Kehidupan” berkhasiat menyembuhkan berbagai macam penyakit dan hingga saat ini banyak dikunjungi warga dari berbagai daerah.
Aek Sipangolu atau Air Kehidupan diyakini dapat menyembuhkan berbagai macam penyakit. Menurut kepercayaan penduduk setempat, dengan berdoa sebelum meminum, mencuci muka, mandi atau melakukan ritual di Aek Sipangolu, penyakit dalam tubuh akan terangkat dan hilang.
Masalah akan berkurang dan kehidupan akan semakin membaik. Informasi yang dihimpun dari berbagai sumber, Aek Sipangolu merupakan bagian dari perjalanan sejarah kerajaan Sisingamangaraja XII.
Kabarnya, Aek Sipangolu berasal dari bekas kaki Gajah Putih milik Raja Sisingamangaraja yang kehausan karena perjalanan panjang mereka dari Manduamas-Barus.
Danau Toba yang jauh di kaki gunung yang terjal tidak dapat dijangkau, sehingga Raja Sisingamangaraja berdoa dan menancapkan tombaknya ke bekas pijakan kaki gajah putihnya dan seketika air keluar dan mengalir hingga saat ini.
Awalnya dinamakan Binanga Bibir dalam bahasa Indonesia Telaga Bibir, Aek Sipaulak Hosa atau Air Pelepas Dahaga, dan saat ini dinamai Aek Sipangolu.
Masih di lokasi yang sama ada tempat bermain air dengan sensasi berbeda. Setelah berdoa dan mandi di Aek Sipangolu, pengunjung dapat melanjutkan berenang di Danau Toba yang berada tepat di bawah Aek Sipangolu.Untuk menuju tempat wisata Aek Sipangolu ini, dapat menempuh perjalanan kurang lebih 4 jam dari kota Pematang Siantar ke arah Tapanuli Utara.
Setiba di Kabupaten Humbang Hasundutan, perjalanan dilanjutkan hingga tiba di Kecamatan Dolok Sanggul. Sebelum sampai di Pusat Kota, akan tampak penunjuk arah menuju Bakara, Kecamatan Baktiraja. Kemudian ikuti petunjuk arah dan sekitar 45 menit sampailah di tempat wisata Aek Sipangolu.
Lelah bermain di dalam air, jangan cemas karena di sekitar Aek Sipangolu, warga setempat mendirikan pondok-pondok kecil untuk beristirahat sejenak sambil menyantap makanan dengan sajian ikan Bakar Mujahir yang aromanya begitu menggoda yang dijajakan oleh masyarakat sekitar. (NGO)
SERANG, KHATULISTIWAONLINE.COM
Pemekaran Kabupaten/ Kota Baru di Provinsi Banten mulai mencuat. Sebagai mana diketahui pemekaran merupakan proses pemecahan sebuah wilayah menjadi dua atau lebih wilayah baru.
Wacana pemekaran bisa dilakukan di tingkat Provinsi, Kabupaten atau Kota.Dilansir dari YouTube Atlantis People pada Jumat (13/9/2024), ada 8 calon Kabupaten /Kota baru di Provinsi Banten yang akan dimekarkan.
1.Kabupaten Cibaliung,Kabupaten ini akan dimekarkan dari Kabupaten Pandeglang dan calon ibu kotanya ada di Cibaliung yang mempunyai luas wilayah 191 km persegi dan jumlah penduduknya 303.000 jiwa.
2.Kabupaten CaringinKabupaten ini akan dimekarkan dari Kabupaten Pandeglang rencananya calon kabupaten terdiri dari tujuh kecamatan dan ibu kotanya ada di Labuan.Kemudian kabupaten ini mempunyai luas kurang lebih 282 km persegi dan jumlah penduduknya per tahun 2023 yakni 269.000.
3.Kabupaten CilangkahanKabupaten ini akan dimekarkan dari Kabupaten Lebak dan terdiri dari 10 kecamatan lalu ibukotanya ada di Malingping.Kabupaten ini memiliki luas kurang lebih 15581 km persegi dengan jumlah penduduk yakni 467.000.
4.Kota Rangkas BitungKota ini akan dimekarkan dari Kabupaten Lebak dan terdiri dari enam kecamatan dan mempunyai luas 324 km persegi dengan jumlah penduduknya 443.000 orang.
5.Kabupaten Serang Barat:Kabupaten ini akan dimekarkan dari Kabupaten Serang dan rencananya terdiri dari 12 kecamatan lalu ibu kotanya ada di Gunung Sari.Kemudian luas wilayahnya 725 km persegi dengan jumlah penduduknya 666.000 jiwa.
6.Kabupaten Tangerang BaratKabupaten ini akan dimekarkan dariKabupaten Tangerang dan terdiri dari 9 kecamatan dan ibu kotanya ada di Balaraja.Lalu calon Kabupaten Tangerang Barat memiliki luas 283 km persegi dan jumlah penduduknya 706.000 jiwa.
7.Kabupaten Tangerang Utara:Kabupaten Tangerang yang terdiri dari 14 kecamatan dan ibukotanya ada di Mauk.Mempunyai luas 413 km persegi dan jumlah penduduknya adalah 1,1 juta orang .
8.Kota Tangerang Tengah:Kota ini akan dimekarkan dari Kabupaten Tangerang dan terdiri dari 5 Kecamatan dan mempunyai luas 175 km persegi dengan jumlah penduduk 671.000 jiwa.
Jika wacana pemekaran wilayah tersebut terealisasi, tentunya akan memberikan dampak positif dengan adanya pemerataan pembangunan di segala bidang.(NGO)
JAKARTA, KHATULISTIWAONLINE.COM
Calon Gubernur Banten, Airin Rachmi Diany membantah tudingan bahwa dirinya sebagai bagian dari dinasti politik di Banten. Dengan tegas, Airin mengatakan bahwa kepemimpinan bukan hanya soal keturunan, tetapi juga tentang pengetahuan, kemampuan, dan kemauan keras. “Kepemimpinan itu bukan hanya keturunan dan kewarisan, tapi bagaimana pengetahuan, kemampuan, kecakapan, dan kerasnya kemauan sama tujuan kita, tekad kita,” ujar Airin dalam satu acara di Jakarta belum lama ini.Ia juga menegaskan perjalanan politiknya tidak semata-mata berjalan mulus hanya karena latar belakang keluarga.
Menurutnya, menjadi pemimpin membutuhkan tekad yang kuat dan kegigihan dalam menghadapi tantangan. “Kalau saya belum apa-apa sudah nyerah, mungkin saya enggak duduk di sini, enggak jadi bakal calon,” lanjutnya. Tudingan bahwa Airin merupakan bagian dari dinasti politik di Banten sering kali dikaitkan dengan hubungan keluarganya.
Airin merupakan istri dari Tubagus Chaeri Wardana, atau Wawan, yang merupakan adik kandung Ratu Atut.Sedangkan Ratu Atut Chosiah adalah mantan Gubernur Banten yang memimpin selama dua periode (2007–2014) sebelum tersandung kasus korupsi.
Wawan dan Ratu Atut merupakan anak putra dari sang jawara Banten bernama Chasan Sochib. Nama Chasan sudah moncer dari zaman Orde Baru. Pada 1967, Chasan sudah menjadi penyuplai kebutuhan logistik tentara Divisi Siliwangi.Chasan juga ditetapkan sebagai pemimpin tak formal yang berafiliasi dengan Golkar.
Menanggapi tudingan bahwa Airin adalah bagian dari dinasti di Banten, Praktisi Hukum dan Pemerhati Pembangunan, Dr.Edward M.Sihombing,S.H.,MBA.MH.CIM kepada Khatulistiwa online, Jumat (13/9/2024) malam dengan tegas mengatakan, pejabat yang duduk dalam suatu pemerintahan yang banyak atau masih hubungan keluarga menurut hukum tidak ada yang dilanggar.
“Sebab hampir semua lini manusia melakukan hal tersebut.Bisa diperhatikan dan dilihat, apakah UU melarangnya dan atau adakah hukuman yang menyatakan hal tersebut,” kata Edward Sihombing.Masih menurut Edward Sihombing, jika calon Gubernur Banten, DR. Airin dinyatakan melakukan praktik dinasti, hal itu sangat berbahaya, sebab beliau sudah melewati semua masalah tersebut dengan membuktikan dirinya selama dua periode sebagai Walikota Tangerang Selatan ( Tangsel) dan juga lolos sebagai anggota DPR RI 2024-2029.
“Coba diperiksa satu persatu pejabat di Indonesia, apakah mereka mengadopsi praktik dinasti?Politik dinasti itu berkembang dan berjalan sejak dari jaman dahulu. Dinasti politik tidak bisa dilihat hanya sebatas hitam dan putih saja, harus melihat kasus yang terjadi. Kita tidak bisa langsung melarang, kasihan dengan mereka yang ingin mengabdi untuk negara,” ujar Edward Sihombing. (JRS)
JAKARTA, KHATULISTIWAONLINE.COM –
Setelah pelantikan Prabowo-Gibran, Presiden Jokowi mengaku akan pulang ke Solo. “Pulang ke Solo tanggal 20 (Oktober) nanti pulang ke Solo,” ujar Jokowi di Istana Negara, IKN, Kamis (12/9/2024). Jokowi menjawab pertanyaan wartawan setelah tak menjabat sebagai presiden apakah langsung ke Solo.
Ketika ditanya soal pernyataan Menkominfo Budi Arie Setiadi yang mengatakan bahwa Jokowi cocok jadi dewan pertimbangan presiden (wantimpres) dan terlalu muda untuk pensiun, Jokowi menegaskan akan pulang ke Solo.
“Saya mau pulang ke Solo,” katanya.
Diketahui, pelantikan atau pengucapan sumpah/janji Presiden dan Wakil Presiden 2024 dilakukan pada tanggal 20 Oktober 2024.
Pada awal tahun ini, Jokowi sebelumnya sudah pernah mengatakan bahwa ia akan pulang ke Solo setelah tak menjabat sebagai Presiden RI. (MON)