Jakarta, KHATULISTIWAONLINE.COM –
Dilansir kantor berita AFP, Kamis (7/9/2023), amunisi yang mengandung uranium terdeplesi itu masih menjadi kontroversi karena kaitannya dengan masalah kesehatan seperti kanker dan cacat lahir di wilayah di mana amunisi tersebut digunakan dalam konflik di masa lalu. Meskipun amunisi tersebut belum terbukti secara pasti menyebabkan masalah itu.
Sebagai produk sampingan dari pengayaan uranium, uranium terdeplesi digunakan untuk amunisi karena kepadatan ekstremnya memberikan peluru kemampuan untuk dengan mudah menembus lapisan baja dan terbakar sendiri dalam awan debu dan logam yang membakar. Dengan demikian, uranium terdeplesi ini ideal untuk digunakan dalam amunisi yang dirancang untuk menargetkan tank-tank lapis baja.
Meskipun uranium terdeplesi bersifat radioaktif, namun kandungannya jauh lebih sedikit dibandingkan uranium yang dihasilkan secara alami, meskipun partikel-partikelnya dapat bertahan dalam jangka waktu yang cukup lama.
Amunisi uranium terdeplesi adalah bagian dari persenjataan militer di banyak negara, termasuk Amerika Serikat dan Rusia, dan penggunaannya tidak dilarang berdasarkan hukum internasional.
Pemerintah Inggris mengatakan awal tahun ini bahwa mereka juga akan memberi Kyiv amunisi penembus lapis baja tersebut, setelah itu Presiden Rusia Vladimir Putin mengancam akan mulai menggunakannya di Ukraina. (BAS)