Jakarta, KHATULISTIWAONLINE.COM –
DK PBB menggelar rapat pada Jumat (22/3) membahas resolusi gencatan senjata di Gaza yang diusulkan Amerika Serikat (AS). 11 dari 15 anggota DK PBB menyetujui resolusi. Namun, veto dari Rusia dan China menghentikan pengesahan resolusi tersebut.
“Mayoritas anggota dewan mendukung resolusi ini, namun sayangnya Rusia dan Tiongkok memutuskan untuk menggunakan hak vetonya,” kata Duta Besar AS untuk PBB Linda Thomas-Greenfield kepada Dewan Keamanan dilansir Reuters, Sabtu (23/3/2024).
Amerika menilai Rusia dan China menggunakan hak vetonya karena alasan sinis. Linda mengatakan Rusia dan China menentang resolusi tersebut karena itu diajukan oleh Amerika Serikat. Amerika juga menyindir sikap pasif Rusia dan China selama perang berkecamuk di Gaza.
“Terlepas dari semua retorika yang berapi-api, kita semua tahu bahwa Rusia dan Tiongkok tidak melakukan apa pun secara diplomatis untuk memajukan perdamaian abadi atau memberikan kontribusi yang berarti terhadap upaya tanggap kemanusiaan,” katanya kepada dewan setelah pemungutan suara.
Duta Besar Rusia untuk PBB, Vassily Nebenzia, buka suara terkait keputusan menggunakan hak veto. Vassily mengatakan keputusan itu diambil usai Rusia menilai resolusi yang diajukan Amerika berbau politis.
Rusia memandang resolusi gencatan senjata di Gaza yang diajukan Amerika hanya akan membuka jalan bagi Israel untuk melakukan serangan ke daerah Rafah.
“Ini akan membebaskan tangan Israel dan mengakibatkan seluruh Gaza dan seluruh penduduknya harus menghadapi kehancuran, kehancuran, atau pengusiran,” kata Nebenzia dalam pertemuan tersebut.
Presiden Prancis Emmanuel Macron mengatakan negaranya akan bekerja sama dengan Yordania dan Uni Emirat Arab dalam mengajukan resolusi gencatan senjata. Macron mengatakan pihaknya juga berusaha untuk membujuk Rusia dan Tiongkok agar mendukung resolusi alternatif lain di PBB untuk gencatan senjata di Gaza. (VAN)