Oleh : A.Marulitua Siahaan
Jakarta 3 Agustus 2021
Danau Toba itu terbentuk sejak terjadinya letusan Gunung Gajah (gunung Toba 75.000 tahun yang silam.
Konon peristiwa ini tercatat sebagai salah satu ledakan gunung vulkanik terbesar di dunia dan potensi bahayanya lebih dahsyat daripada ledakan Gunung Yellowstone di Amerika Serikat.
Hal ini dikarenakan Gunung Gajah (Gunung Toba), merupakan suatu kaldera gunung berapi yang sangat super tingginya juga dikenal sebagai gunung Gajah di Alam semesta.
Semua, ahli tentu tahu di era tahun 1990-an, seperti mereka ahli vulkanologi Eropa Barat termasuk Inggris konon masih menemukan endapan abu besar dari Toba di sedimen laut yang tersebar di Samudra Hindia.
Abunya, mengandung tanda kimia yang dapat ditelusuri kembali dan diteliti ternyata berasal dari 75.000 tahun yang silam.
Studi lain juga menemukan abu serupa, seperti di Laut Cina Selatan, Laut Arab dan bahkan di Danau Malawi, sekitar 7.000 km ternyata berasal dari Toba.
Bahkan, menurut ahli vulkanologi Clive Oppenheimer dari Cambridge University menyebutkan dalam penelitiannya di Asia Tenggara pada tahun 2002, bahwa “Letusan Toba sejujurnya terbesar dalam puluhan juta tahun terakhir.”
Pernyataan ini memang realistis, hal ini didasari dengan fakta-fakta bahwa Danau Toba sebelumnya ialah suatu Gunung Berapi raksasa bernama Gunung Toba dan atau zaman dahulu disebut gunung “Gajah” dengan lavanya yang dalam bahasa Inggris disebut Toba Magma.
Karena, wilayah sekitaran danau Toba jelas merupakan salah satu pusaran bumi yang memiliki erat keterkaitan-Nya dengan jalur Sirkum Mediterrania yang perlu disadari manusia (Sirkum ini merupakan salah satu jalur keberadaan gunung berapi yang masih aktif sampai sekarang bersamaan dengan Sirkum Pasifik di lautan Pasifik), dan itu fakta.
Adanya fenomena alam yang nyata ini tentu bisa saja keberadaannya akan mengakibatkan Danau Toba, dapat menjadi ancaman bagi beberapa wilayah di dunia, terutama untuk 2 benua sekaligus. Dikenal, yaitu benua Asia dan Afrika.
Dan, wilayah yang paling berdampak tersebut jika diurutkan dari Afrika maka akan meliputi :
1.Madagaskar,
2 Kenya,
3. Djibouti,
4. Ethiopia,
5. Saudi
6. Arabia,
7. Irak,Iran,
8. India (Pulau Andaman dan Nikobar serta Tamil Nadu),
9. Srilanka,
10. Bangladesh,
11. Burma,
12. Thailand,
13. Kamboja,
14. Semenanjung Malaya,
15. Pulau Sumatera/Sumatera Island (dahulu kian bernama Andalas),
16. Jawa dan pesisirnya,
17. Sunda Kecil,
18. Sulawesi,
19. Papua,
20. Filipina (Mindanao) hingga terhubung ke Pasifik.
Tentu semuanya ini merupakan jangkauan mendalam dari rentetan gunung vulkanik aktif.
Jika Gunung Toba aktif kembali seperti 75.000 tahun lalu, akibat kurangnya keseimbangan Alam hutan tanah Batak yang mana Air habis disedot oleh Eucalyptus PT.TPL, tentu akan berdampak pula ke daerah terdekatnya, seperti Gunung Sinabung di Karo yang akan mengalami dampaknya juga.
Jika ia meletus maka getarannya akan sampai bagian bumi Asia dan Afrika serta Samudera Hindia.
Ancaman bahaya kurangnya debit Air Danau Toba inilah yang sampai sekarang masih kembali ditinjau oleh para ahli vulkanologi dari AS dan Eropa Barat ke wilayah Nusantara, menelisik jejak tano toba disebalik tabir, yakni Indonesia di abad ke-21 untuk dimasukkan dalam referensi “The Most Dangerous of Super Volcano Erruption in the World.” *