TANGERANG, khatulistiwaonline.com
Mencari nafkah untuk keluarga adalah menjadi tanggung jawab seorang kepala keluarga. Demikian halnya dengan Sofian Silalahi. Tanpa mengnenal lelah dan rasa takut menghadapi kencangnya angin dan ombak laut, demi keluarga tercintanya dia siap menjadi Anak Buah Kapal (ABK) di sebuah kapal penganggkut CPO atau kapal chargo.
Sofian Silalahi memang salah satu ABK terbaik di perusahaan tempatnya bekerja, sehingga dia disekolahkan hingga lulus dan mendapatkan berbagai sertifikat dari sekolah tempat menuntut ilmu kelautan yang dibiayai oleh perusahaan. Alhasil, pria asal Sumatera Utara itu menempati karir di level yang lebih tinggi, dan sudah barang tentu penghasilannya atau gajinya pun naik.
Namun, rencana memang manusia yang membuat, tapi Tuhan yang menentukan. Di saat menanti kelahiran anak ke empat yang sudah di prediksi dalam waktu dekat istrinya akan melahirkan pada awal bulan Agustus 2017. Nasib na’as menimpa Sofian Silalahi, karena disaat kapal yang mereka jadikan tempat mencari nafkah hendak bersandar di Pelabuhan Pangkal Pinang, dia dinyatakan meninggal di atas kapal.Kabar meninggalnya Sofian Silalahi diberitahukan kepada keluarga oleh salah seorang ABK di kapal tersebut.
Harapan Risma sang istri yang sedang hamil tua dan tinggal menunggu bilangan hari akan didampingi Sopian suaminya saat persalinan pupus sudah. Dalam bincang-bincang dengan Khatulistiwa, Risma menyebutkan ada beberapa kejanggalan yang dirasakan dan dialami pihak keluarga atas kematian almarhum suaminya. Pertama, pada saat diberitahukan bahwa Sofian Silalahi meninggal, pihak pe-rusahaan tidak mengundang keluarga ke tempat suaminya menghembuskan napas yang terakhir. Bahkan, ketika pihak keluarga minta difoto atau dibuat vidio pada saat kejadian kepada kapten kapal itupun tidak diberikan dan hasil visum dari rumah sakit tidak diketahui.
Selain itu, masih menurut Risma, pengiriman jenazah tidak didampingi oleh pihak perusahaan dan keluarga. “Saat almarhum dimandikan di rumah, keluar darah dari hidung, mulut dan mata. Selain itu ada luka memar di dada, ujar Risma terbata-bata. Ironisnya lagi, kata Risma, gaji almarhum suaminya tidak diberikan oleh perusahaan.
Demikian juga santunan almarhum tidak diberikan oleh perusahaan, dan menurut pengurus kapal, almarhum Sopian Silalahi tidak memiliki BPJS Ketenagakerjaan serta tidak adanya asuransi. Putusan dari perusahaan tersebut. “Sebagai istri dan ahli waris, saya meminta agar pihak pihak perusahaan membayar semua apa yang menjadi hak almarhum suami saya, dan tidak menutup-nutupi penyebab kematian suami saya,” kata Risma. (ANTO)