BABEL, khatulistiwaonline.com
Puluhan nelayan Pesisir Kota Sungailiat belum lama ini mendatangi Kantor Camat Sungailiat, Kabupaten Bangka,
Propinsi Bangka Belitung (Babel). Kedatangan mereka menanyakan perihal uang kompensasi dari pihak Kapal Isap Produksi (KIP) kepada Camat Kota Sungailiat Drs. Suhardi. Wajar saja kalau para nelayan mempertanyakan kepada Pak Camat,karena selama ini pihak kecamatanlah yang memfasilitasi acara Pemilihan Ketua Dana Kompensasi KIP PT. Timah, dan mitranya yang telah diselenggarakan pada tanggal 28/08/2017 di Aula Kantor Kecamatan Sungailiat.
Meski ketika itu acara yang diselenggarakan oleh pihak kecamatan terkesan sarat dengan kecurangan serta diduga cacat hukum alias tidak sah. Para nelayan yang mendatangi kantor Camat mewakili lebih 3.500 anggota nelayan Kota Sungailiat. Kepada Camat Sungailiat Drs. Suhardi, perwakilan nelayan meminta agar segera memanggil Ratno selaku Ketua Panitia Dana Kompensasi untuk segera membagikan hak mereka yang belum dibayar. Di hadapan awak media, para nelayan inimeminta agar Dana Kompensasi segera dibagikan oleh Ratno.
Para nelayan mengancam akan segera mengadakan aksi demo besar-besaran untuk menurunkan Ratno.Karena menurut pengakuan mereka, mereka sudah menanyakan langsung kepada Ratno mengenai kapan Dana Kompensasi yang menjadi hak mereka dibayarkan, namun Ratno menjawab singkat, “nanti tunggu bila dananya sudah mencapai Rp 2 milyar baru dibagikan”. Jawaban dari Ratno tersebut jelas telah mengundang rasa kecewa dan amarah para nelayan. “Kapal isap sudah pada berhenti produksi dikarenakan gelombang laut mulai besar. Kapan dana kompensasi itu bisa mencapai Rp 2
milyar, dan baru mau dibagikan,” ujar sejumlah nelayan.
Menurut nelayan, di masa kepemimpinan Ratno sungguh sangat jauh berbeda dibandingkan dengan kepemimpinan ketua yang lama H. Zainal Abidin. Ketika H. Zainal Abidin menjadi, dana Kompensasi dari KIP biasanya dibagikan setiap 6 bulan sekali, yaitu pada bulan Juni dan Desember, pada tanggal 20 di akhir tahun tanpa harus menunggu dana tersebut mencapai Rp 2 milyar. Seberapa pun dana yang ada, itulah yang dibagikan kepada para nelayan karena pada saat bulan Desember hingga Februari kondisi Laut China Selatan sedang musim angin yang menyebabkan ombak laut meninggi hingga 3-4 meter yang dikenal dengan musim angin utara.
Musim ini merupakan musim paceklik bagi para nelayan karena mereka tidak akan berani melaut untuk mempertaruhkan nyawanya. Jadi dana kompensasi ini sungguh sangat diharapkan oleh para nelayan walau nominal jumlahnya tak seberapa, namun sangat berarti bagi mereka. Pemimpin yang bijaksana adalah pemimpin yang bisa mengerti serta memahami orang-orang yang ia pimpin, karena jabatan itu merupakan amanah. Tetapi ketua yang baru, yaitu Ratno justru malah sebaliknya. Wajar saja kalau ia tidak bisa memimpin para nelayan dan tak memahaminya karena ia berasal dari PNS yang bukan berprofesi sebagai nelayan. Bahkan kepengurusan atau kepanitiaan yang telah dibentuk oleh Ratno kebanyakan bukan dari nelayan, seperti sekretaris Ratno yang bernama Alim. Alim mengaku kepada awak media bahwa dia telah ditunjuk oleh Ratno sebagai Pengawas KIP dan SK-nya sudah dibuat oleh Camat Sungailiat Drs.Suhardi.
Namun saat dikonfirmasikan wartawan Khatulistiwa kepada Suhardi, beliau membantah keras dan berkata “tidak ada Pak, saya tidak pernahmembuat SK-nya”. Camat Sungailiat tersebut malah mendukung penuh jika nelayan mau menggelar aksi demo besar-besaran seperti yang disampaikan dalam pertemuan itu. “Ratno kalau ada perlunya saja ke saya,” kata Suhardi dengan raut muka penuh rasa kecewa serta penyesalan yang mendalam terhadap Ratno. Padahal, sepanjang pantauan wartawan Khatulistiwa, Pak Camat ini begitu menggebu-gebu membela Ratno secara habis-habisan untuk mempertahankan kemenangan Ratno sebagai Ketua Dana Kompensasi KIP. Meskipun Ratno ini sama sekali tidak memenuhi syarat untuk menjadi ketua (cacat hukum), serta tidak sesuai dengan kriteria untuk mengajukan diri sebagai Ketua Dana Kompensasi untuk nelayan. Sungguh aneh tapi nyata, “ibarat seorang masinis kereta api tiba-tiba diangkat menjadi pilot pesawat terbang” apa jadinya. (WAN)