SURABAYA,KHATULISTIWAONLINE.COM
Tim PS Tira Persikabo sempat tersulut emosinya saat bertandang ke markas Persebaya Surabaya. Pelatih Rahmad Darwamawan minta maaf.
Kemarahan tim PS Tira Persikabo dipicu oleh ketidakpuasan dengan kepemimpinan wasit Handri Kristanto, yang memimpin laga perempatfinal Piala Presiden 2019 antara Persebaya Surabaya vs PS Tira Persikabo, Jumat (29/3), di Stadion Gelora Bung Tomo.
Suasana mulai memanas sejak Persebaya mendapat ‘hadiah’ penalti. Situasi diperparah setelah wasit mengesahkan gol Amido Balde yang sebelumnya diklaim telah terjadi pelanggaran lebih dulu.
Dua pemain PS Tira pun diganjar kartu merah. Pertama, Rifad Marasabessy diusir karena mendorong wasit sementara Manahati Lestusen dikartu merah akibat menanduk lawan.
“Mungkin pada hari ini kami semua tahu tadi, ada beberapa insiden-insiden. Kalau memang di luar kepatutan saya pribadi sebagai pelatih mohon maaf yang terjadi di lapangan dan di luar lapangan tadi, yang melibatkan pemain dan ofisial kami,” kata Rahmad.
“Saya rasa tentunya kami tahu asal muasalnya, wajar kalau kemudian ada yang terlalu emosi, tapi tentu semuanya akan selesai, dan insya Allah bisa mengatasi masalah ini. Sekali lagi mohon maaf apabila ada sesuatu yang kurang berkenan,” sambungnya.
Rahmad pun ditanya terkait hal apa yang menjadi awal pemicu timnya marah. Menurut mantan pelatih Sriwijaya FC itu, semua terjadi setelah penalti.
“Sebelum ada penalti tidak ada emosi. Anda lihat berjalan dengan baik. Sampai dengan pinalti semua situasi bisa teratasi. Tapi bagaimana terjadi gol kedua (babak kedua) tadi. Jelas-jelas pelanggaran. Tapi wasit membiarkan pelanggaran itu. Kemudian membiarkan bola mengarah ke gawang kami tanpa menghentikan pertandingan,” Rahmad menjelaskan.
RD juga mengaku punya pengalaman pahit dengan kepemimpinan wasit Handri Kristano. Tepatnya pada 2012 pada lawa Pelita Jaya vs Arema Malang.
“Semuanya harus dikoreksi. Saya tahu persis kepemimpinan sejarah dengan dia. Waktu itu di Malang melawan Arema Saya ingat sekali. Wasit ini sama. Wasit asal Semarang, namanya Kristianto sama. Waktu itu saya lari, tidak marah. Cuman menanyakan kenapa ndak kapok melakukan seperti ini. Cuman itu sebenarnya yang mau saya tanyakan,” sesalnya.
“Kami ingin adanya kontrol terhadap oknum-oknum, maaf. Mungkin dia baik, hari ini dia salah, tapi dari koreksi harusnya dia istirahat.”
“Kami sekarang lagi ribut dengan mafia pengaturan skor. Konotasi kami lagi sensitif. Mungkin itu yang membuat anak-anak terbawah emosi,” tegasnya.(MAD)