JAKARTA,khatulistiwaonline.com
Pemerintah memproyeksikan pertumbuhan ekonomi pada kuartal III – 2016 (Juli-September) lebih rendah dari realisasi pada kuartal II-2016 yang sebesar 5,18%. Meskipun dalam beberapa sisi, ada kecenderungan tren yang positif.
“Pada kuartal II-2016 memang ekonomi kita tumbuh cukup tinggi, tapi kemungkinan kuartal III akan lebih rendah,” ungkap Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dalam konferensi pers di Gedung Djuanda, Kemenkeu, Jakarta, Senin (24/10/2016).
Secara umum, Sri Mulyani menjelaskan bahwa kondisi sekarang memang masih dipengaruhi oleh perlambatan ekonomi global dan penurunan harga komoditas. Kuartal sebelumnya, ekonomi bisa tumbuh tinggi karena ada momen lebaran.
“Kondisi global memang memberikan risiko pelemahan di beberapa sektor, tapi ada yg perlu didukung agar bisa meminimalkan dampak pelemahan global,” ujarnya.
Sektor yang terkena dampak paling signifikan adalah pertambangan dan perkebunan. Sementara bila dibagi antar wilayah, maka ekonomi yang masih lemah adalah Kalimantan dan Papua.
“Maka itu kita perlu lebih dalam mengidentifikasi sektor usaha. Kita melakukan dan menjamin proses intermediasi berjalan baik,” tegas Sri Mulyani.
Pemerintah terus berkoordinasi dengan Bank Indonesia, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan LPS agar bisa melahirkan kebijakan yang tepat untuk menghadapi berbagai persoalan tersebut.
“Koordinasi kebijakan sangat penting untuk saling komunikasi bertukar informasi dan bagaimana mengelola pereekonomi agar langkah OJK, Kemenkeu BI LPS itu bisa konsisten saling memperkuat dan saling memberikan singal kepada pelaku ekonomi bahwa kita semua sungguh untuk membuat perekonomian terjaga,” tandasnya.(RED)