Washington –
Menteri Luar Negeri (Menlu) Amerika Serikat Rex Tillerson menyebut bahwa serangan rudal AS ke pangkalan udara Suriah harus dianggap sebagai pesan bagi Korea Utara (Korut) ataupun negara lain yang melanggar norma-norma internasional.
“Pesan yang bisa diterima setiap negara adalah, ‘Jika Anda melanggar norma internasional, jika Anda melanggar kesepakatan internasional, jika Anda gagal memenuhi komitmen, jika Anda menjadi ancaman bagi yang lain, maka pada suatu ketika sebuah respons mungkin akan dilakukan,” ujar Tillerson pada acara “This Week” di stasiun televisi ABC seperti dilansir NBC News, Senin (10/4/2017).
Lewat serangan rudal AS ke Suriah tersebut, Tillerson pun mengancam Korut.
“Mengenai Korut, kami telah sangat jelas bahwa tujuan kami adalah denuklirisasi semenanjung Korea,” tutur Tillerson.
Sebelumnya dalam serangannya pada Jumat (7/4) subuh waktu Suriah, militer AS menembakkan 59 rudal Tomahawk dari dua kapal perang AS, USS Porter dan USS Ross, yang siaga di Laut Mediterania bagian timur. Rudal-rudal itu ditembakkan secara terarah pada pesawat tempur, landasan udara dan pusat pengisian bahan bakar di pangkalan udara Shayrat, dekat kota Homs, Suriah.
Kepada Reuters, seorang pejabat Pertahanan AS menyebut serangan itu jenis ‘one-off’, yang artinya hanya serangan tunggal tanpa rencana lanjutan.
Serangan rudal tersebut dilancarkan menyusul serangan gas beracun di kota Khan Shaykhun, provinsi Idlib, Suriah pada Selasa (4/4) yang menewaskan setidaknya 86 orang, termasuk puluhan anak-anak. Pemerintah AS dan negara-negara Barat lainnya menuduh rezim Presiden Bashar al-Assad sebagai dalang serangan kimia tersebut. Namun Suriah dan sekutu utamanya, Rusia membantah keras tuduhan tersebut.
Berdalih untuk merespons serangan kimia tersebut, Presiden AS Donald Trump memerintahkan serangan rudal ke pangkalan udara Shayrat. Washington menyebut dari pangkalan udara Suriah itulah serangan kimia dilancarkan.(RIF)