Hong Kong –
Kepolisian Hong Kong menahan enam pria terkait serangan brutal terhadap para demonstran antipemerintah di stasiun kereta bawah tanah setempat yang melukai puluhan orang. Beberapa pria yang ditahan memiliki keterkaitan dengan triad, sebutan untuk geng kriminal di Hong Kong.
Seperti dilansir kantor berita Associated Press, Selasa (23/7/2019), pejabat senior kepolisian setempat, Chan Tin-chu, menyebut enam pria itu ditahan atas dugaan menggelar ‘pertemuan yang melanggar hukum’.
Keenam pria, sebut Chan, juga sedang diselidiki atas keterlibatan dalam serangan brutal di stasiun MRT di Yuen Long, pada Minggu (21/7) tengah malam waktu setempat.
Keenam pria yang ditahan itu berusia antara 24 tahun hingga 54 tahun. Chan menyebut keenam pria yang ditahan merupakan warga desa setempat, dengan profesi yang beragam mulai dari penyelam, pedagang kaki lima hingga pekerja renovasi.
“Beberapa dari mereka memiliki latar belakang triad,” sebut Chan. “Saya meyakini lebih banyak lagi…akan ditahan segera. Polisi tidak membenarkan segala bentuk kekerasan,” tegasnya.
Lebih lanjut, Chan menambahkan bahwa pihak kepolisian masih menyelidiki motif penyerangan brutal itu. Dia tidak menjelaskan lebih lanjut soal keterkaitan dengan triad atau geng kriminal tersebut.
Diketahui bahwa sekelompok pria berpakaian putih yang membawa tongkat besi dan tongkat kayu memukuli para demonstran antipemerintah — yang berpakaian serba hitam — dan orang-orang yang ada di dalam stasiun MRT Yuen Long pada Minggu (21/7) malam.
Sedikitnya 45 orang luka-luka akibat serangan brutal itu. Satu orang di antaranya, berjenis kelamin laki-laki, dilaporkan dalam kondisi kritis hingga kini.
Serangan terjadi saat para demonstran baru saja kembali dari unjuk rasa terbaru memprotes pemerintah Hong Kong terkait rancangan undang-undang (RUU) ekstradisi yang kontroversial. RUU itu memperbolehkan ekstradisi ke China, bagi siapa saja yang ada di Hong Kong dan terjerat kasus pidana di China.
Unjuk rasa terbaru pada Minggu (21/7) itu dilaporkan diikuti oleh lebih dari 100 ribu orang. Para demonstran menuntut penegakan demokrasi dan penyelidikan terhadap penggunaan kekerasan oleh polisi saat membubarkan para demonstran dalam aksi-aksi protes sebelumnya. Beberapa demonstran melampiaskan kemarahan terhadap otoritas China, yakni dengan melempari kantor perwakilan China di Hong Kong dengan telur dan mencoret-coret temboknya pada Minggu (21/7) malam.
Serangan brutal itu terjadi saat para demonstran pulang ke rumah masing-masing. Sejumlah rekaman video menunjukkan gerombolan pria berpakaian putih menyerbu ke dalam gerbong kereta bawah tanah di stasiun MRT Yuen Long dan memukuli orang-orang yang berusaha melindungi diri dengan payung. Serangan semacam ini memicu kekhawatiran bahwa China, khususnya Tentara Pembebasan Rakyat China, telah mengintervensi.
Kepolisian Hong Kong dihujani kecaman karena dianggap lambat dalam merespons tindak kekerasan terhadap para demonstran. Pemimpin Hong Kong, Carrie Lam, yang pro-China menyatakan kekuatan polisi menjadi terbatas karena terlalu banyak massa yang turun ke jalanan saat unjuk rasa. Dia juga menyangkal tuduhan bahwa pemerintahannya berkolusi dengan para penyerang.(ARF)