Canberra –
Menurut data yang dimiliki Biro Statistik Australia (ABS) semakin banyak warga Australia yang harus memiliki lebih dari satu pekerjaan untuk mencukupi kebutuhan hidup mereka.
Masalah ini ditekankan dalam laporan terbaru dari ABS berjudul Labour Account.
Diperkirakan ada 763 ribu warga Australia yang memiliki pekerjaan kedua, naik 9 persen dalam enam tahun terakhi sampai bulan Juni 2016.
Laporan ini memberikan gambaran luas mengenai jumlah lapangan kerja yang ada dalam perekonomian Australia, yaitu adanya 13,2 juta lapangan kerja sampai Juni 2016.
Namun menemukan bahwa jumlah orang yang bekerja hanya 12,5 juta orang, dan itu berarti semakin banyak orang yang memiliki dua pekerjaan.
Angka ini naik 3,7 persen dari tahun sebelumnya, dan naik keseluruhan 9,2 persen selama enam tahun.
Ekonom kepala ABS Bruce Hockman mengatakan laporan “Labour Account” ini adalah cara ‘baru melihat data lama’, dengan melihat data statistik yang ada dari tahun 2010/2011 sampai 2015/2016.
“Jadi kami mencoba melihat perubahan keseluruhan dalam pasar kita, dibandingkan sekedar melihat satu titik tertentu.” katanya.
Professor John Buchanan dari University of Sydney Business School mengatakan laporan ini sangat berguna karena kemampuannya menggambarkan bagaimana penyebaran lapangan kerja secara menyeluruh.
“Dan bagaimana mereka yang memiliki dua pekerjaan itu terkonsentrasi di dua sektor.”
“Di sini kita menemukan bahwa mereka yang merangkap kerja itu pada dasarnya ada di dua industri yaitu bidang administrasi, dan bidang bantuan kesehatan dan sosial.”
Buchanan mengatakan dia berharap pemerintah menyadari kecenderungan dari data yang begitu jelas yang disampaikan ABS tersebut.
“Hal ini sudah banyak diketahui oleh peneliti di bidang lapangan kerja, namun selama ini tidak menjadi bahan perdebatan di tingkat pembuat kebijakan.” kata Professor Buchanan .
“Ada masalah pengangguran, dan itu semakin memburuk, dan ada juga masalah orang harus merangkap banyak pekerjaan dan itu juga semakin memburuk.”
‘Tiga hari seminggu saya tidak pulang ke rumah’
Sophie Watkins, seorang warga berusia 29 tahun dari Hobart di Tasmania harus membayar cicilan untuk dua rumah, dan dengan pasangannya bermimpi di satu saat nanti memiliki rumah yang lebih besar.
“Tetapi untuk kami untuk bisa mencapai semua ini, saya harus bekerja lebih banyak.” katanya.
Watkins mengatakan dia sudah bekerja selama 38 jam seminggu sebagai pegawai pemerintah Tasmania.
Dan walau harga rumah di negara bagian tersebut relatif rendah dibandingkan di negara bagian lain, Watkins merasa dia harus tetap melanjutkan kerja kedua selama tiga malam bekerja di rumah penampungan para perempuan muda.
“Sehari-harinya saya bangun pagi, dan pergi ke tempat kerja saya, dimana saya mulai bekerja jam 8:30 pagi dan berakhir jam 5 sore.” katanya.
“Dan kemudian saya pergi ke tempat kerja saya yang kedua yang dimulai jam 5:30 sore dan saya kerja semalaman, dan selesai jam 8:30 keesokan harinya, dan kemudian saya langsung ke kantor lagi.”
“Jadi selama tiga hari saya tidak pulang ke rumah, dan kerja terus menerus.”
Watkins mengatakan dia senang untuk mengurangi jam kerjanya, namun merasa harus bekerja karena tingginya biaya hidup dan perumahan saat ini.
Dan dia mengatakan bukan satu-satunya yang bekerja seperti ini.
“Banyak teman saya dan rekan kerja saya yang memiliki pekerjaan penuh, juga memiliki pekerjaan kedua atau bekerja untuk menambah penghasilan.” katanya.
“Jadi gaji kami dari pekerjaan utama tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan yang kami inginkan.”
‘Kita tidak bisa bekerja sampai mati’
Valeria Rodrigo tinggal di negara bagian New South Wales, dan bekerja penuh di real estate di siang hari dan bekerja di restoran tiga malam dalam seminggu.
“Ini benar-benar perjuangan, dan kami tidak sendirian, ada banyak orang lain yang melakukan hal yang sama.” katanya.
“Hal paling buruk adalah kita melakukannya untuk anak-anak, dan gaya hidup lebih baik bagi keluarga, dan karenanya kita tidak bertemu dengan anak-anak sebanyak yang kita inginkan.”
Perempuan berusia 31 tahun tersebut mengatakan meningkatnya biaya hidup dan sewa rumah berada di balik masalah keuangan yang dihadapinya.
“Sesuatu yang lain harus terjadi, ini tidak bisa berlangsung terus seperti ini.” katanya.
“Biaya hidup semakin tinggi, dan semakin mustahil bagi generasi kami untuk membeli rumah atau membeli mobil.”
“Jadi saya kira pemerintah harus melakukan sesuatu, karena kita tidak bekerja sampai kita mati.”(ADI)