YOGYAKARTA, KHATULISTIWAONLINE.COM
Bulan Agustus menjadi momentum setiap tahun untuk merenungkan bangsa dalam perjalanan menjadi sebuah Negara. 80 tahun usia NKRI tidak hanya sebuah simbol angka, tetapi beraneka simpul peristiwa bersejarah, peralihan kekuasaan hingga dinamika pembangunan yang melibatkan seluruh elemen masyarakat.
“PNIB menjadi salah satu organisasi pelaku sejarah perlawanan kepada aksi intoleransi, khilafah Radikalisme Terorisme, Perjuangan kami seringkali dianggap absurd, karena yang kami lawan adalah sikap, perbuatan sekelompok orang yang sudah terpapar virus kesukuan, merasa mayoritas dan merasa paling benar. Namun apa yang kami lakukan hanya efektif untuk mengurangi pelaku baru agar tidak terjerumus oleh paham anti sosial tersebut” jelas Ketua Umum PNIB, AR Waluyo Wasis Nugroho atau yang akrab disapa Gus Wa kepada awak media yang mewawancarainya Minggu 3/08.
Persoalan bangsa tidak hanya intoleransi Khilafah radikalisme terorisme, menurut Gus Wal yang paling fundamental adalah ekonomi, kesetaraan dan kesejahteraan yang masih belum adil dan merata.
“Kesenjangan sosial, kesetaraan dan ekonomi masih besar. Contohnya di sebuah ibukota propinsi, orang menghamburkan kekayaan menjadi sebuah gaya hidup, sementara tidak jauh dari rumah tinggalnya ada keluarga yang makan menjadi kegiatan bertahan untuk hidup. Mereka masih bisa makan, namun jauh dari kelayakan. Mengapa itu masih terjadi, untuk itulah pada momentum bulan Kemerdekaan mari kita merenung. Apakah kita sudah benar-benar merdeka atau kita sesungguhnya sedang dijajah oleh segelintir golongan dari bangsa sendiri” lanjut Gus Wal.
Gus Wal juga menyebut korupsi dan narkoba menjadi agenda tiap tahun yang masih belum bisa diberantas tuntas, yang perlu perhatian khusus dari pemerintah.
“Data dan fakta menjukkan pelaku korupsi setiap bangsa ini bertambah usia bukan semakin menurun, namun semakin ikut bertambah. Kerugian yang ditimbulkan sudah bernilai ratusan bahkan ribuan triliunan dan itu semua adalah uang rakyat. Ditambah lagi peredaran narkoba semakin bertambah bahkan menjadi bisnis ekspor impor barang terlarang. Barang bukti yang diungkap sudah seukuran ton, bukan lagi kilogram. Ini menjadi ancaman serius bagi generasi muda yang terancam kecerdasan, kepribadian hingga masa depannya karena kecanduan narkoba” imbuh Gus Wal.
Dari berbagai persoalan bangsa di atas, Gus Wal dan PNIB masih bisa bersyukur bahwa negara ini masih utuh dan kesatuan masih terjaga.
“Sesulit apapun kondisi bangsa, kita bersyukur bendera kita masih merah putih yang menjadi aktivitas sakral PNIB dalam setiap acara kirab diberbagai daerah. Kemerdekaan kita adalah perjuangan anak bangsa, bukan hadiah dari bangsa lain. Atau atas kiprah warga asing yang numpang hidup di Indonesia namun sok berkuasa. Semoga di bulan kemerdekaan Agustus ini kesadaran jati diri bangsa tidak luntur, mencintai Indonesia tidak selalu berharap imbalan jabatan. Dan menolak paham asing bukan ingin terkenal. Itu semua menjadi alasan mengapa PNIB masih ada dalam kondisi sesulit apapun. Mari kita bergandengan tangan menjaga bangsa hingga Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa memanggil kita pulang. Karena itu juga termasuk salah satu ibadah. Tanggung jawab sebagai anak bangsa ya menjaga bangsa, apapun kondisi dan keadaanya jangan pernah lelah dan letih mencintai Indonesia, bukan merusak bangsa” ujar Gus Wal.
Momentum 80 tahun kemerdekaan Indonesia menjadi lecutan kita bersama agar Sudah Saatnya 2025 ini Indonesia Merdeka dari Intoleransi, Khilafah Radikalisme Terorisme dan Narkoba, pungkas Gus Wal. (JRS )