Seoul –
Seperti dilansir Reuters, Senin (17/7/2023), hujan terus mengguyur wilayah tengah dan selatan Korsel sejak Kamis (13/7) pekan lalu saat musim penghujan yang dimulai akhir Juni mencapai puncaknya. Kementerian Dalam Negeri juga melaporkan sembilan orang hilang dan 34 orang lainnya mengalami luka-luka.
Sekitar 12 kematian, termasuk tiga jenazah yang ditemukan semalam, terjadi di sebuah terowongan di pusat kota Cheongju, di mana 16 kendaraan, termasuk sebuah bus, terendam banjir bandang pada Sabtu (15/7) lalu setelah tanggul sungai runtuh. Sembilan orang lainnya mengalami luka-luka.
Insiden tersebut memicu pertanyaan atas upaya Korsel dalam mencegah dan menanggapi kerusakan yang terjadi akibat banjir. Sejumlah pengemudi yang sering menggunakan jalan tersebut menyalahkan pemerintah karena gagal melarang akses ke underpass tersebut meskipun banjir telah diperkirakan secara luas.
Banjir telah merenggut puluhan nyawa selama musim penghujan baru-baru ini karena pola cuaca yang menjadi lebih ekstrem.
Pemerintah Korsel, tahun lalu, berjanji untuk mengambil langkah-langkah untuk mengatasi lebih baik bencana akibat perubahan iklim setelah hujan paling lebat dalam 115 tahun terakhir mengguyur Seoul, termasuk distrik mewah Gangnam yang menyebabkan 14 orang tewas dan menggenangi rel kereta bawah tanah, ruas jalanan dan rumah-rumah.
Presiden Korsel Yoon Suk-yeol yang baru saja kembali dari perjalanan luar negeri, pada Senin (17/7) waktu setempat menggelar rapat antar-lembaga membahas tanggap bencana dan menyatakan situasinya menjadi lebih buruk karena penanggulangan yang buruk di daerah-daerah yang rentan.
“Kami telah berulang kali menekankan kontrol akses ke area berbahaya dan evakuasi pencegahan sejak tahun lalu, tetap jika prinsip dasar tanggap bencana tidak dipertahankan, sulit untuk memastikan keamanan publik,” ucap Yoon dalam rapat tersebut. (VAN)