JAKARTA, KHATULISTIWAONLINE.COM
Aksi penolakan demo reuni PA 212 sudah masif dan menjalar di beberapa kota besar di pulau Jawa.Gerakan penolakan ini akan semakin meluas sejalan rencana aksi PA 212 yang juga sedang masif dikampanyekan.
Salah satu ancaman aksi tersebut adalah mengepung Istana Merdeka menuntut Jokowi mundur.
Ketua Umum Pejuang Nusantara Indonesia Bersatu (PNIB), AR Waluyo Wasis Nugroho atau Gus Wal merespons PA 212, dan menegaskan dengan pernyataannya kepada awak media, Senin (21/11/2022).
“Rencana PA 212 mengadakan reuni dalam bentuk demo tidak ada gunanya untuk bangsa dan negara,” ujarnya.Menurutnya, ini hanya berujung kepentingan kelompok anti pemerintah.”Caranya dengan memanfaatkan politik identitas mengatasnamakan umat Islam,” kata Gus Wal.
|
“Pertanyaannya umat Islam mana yang menginginkan kudeta menurunkan Presiden yang sah?,” kata dia.
“Sudah pasti hanya sekelompok kecil umat Islam yang secara tidak sadar dibiayai dan sedang dimanfaatkan untuk memecah belah situasi” papar Gus Wal.
“Kemenangan Anies Baswedan menjadi luka paling dalam demokrasi di Indonesia,” ungkapnya.”Diperlakukan upaya adu domba antar umat hanya untuk memenangkan jabatan Gubernur DKI, PA 212 sebagai otak dibalik politik identitas ternyata belum puas dengan kesuksesan memenangkan Gubernur DKI Anies Baswedan,” imbuhnya.
“Mereka kini sedang merencanakan agenda yang lebih besar lagi yaitu Pilpres 2024 dengan cara yang sama dilakukan saat sukses memenangkan Pilkada DKI 2017,” kata Gus Wal.
“Semakin keras mereka bersikukuh beraktivitas, PNIB akan semakin keras juga melakukan perlawanan, bahkan akan lebih keras,” tandasnya.
Setelah Jakarta, Yogyakarta, Bandung dan Jombang, menyusul daerah lain yang sepakat menolak acara PA 212.”Aparat penegak hukum seharusnya melihat ini sebagai aspirasi murni kegelisahan masyarakat, tidak hanya umat Islam tapi segenap keharmonisan hidup besar bhineka tunggal ika merasa terusik,” lanjut Gus Wal. (JRS)
PNIB: Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Jombang Menolak Tegas Aksi Unfaedah Reuni PA 212 Mengepung Istana
