JAKARTA,KHATULISTIWAONLINE.COM
Habib Rizieq Syihab (HRS) buka-bukaan soal peristiwa yang membuat dia diperiksa oleh aparat keamanan Arab Saudi. Imam Besar FPI itu merasa sebagai korban.
Pernyataan itu disampaikan Habib Rizieq lewat video yang ditayangkan Youtube Front TV. Dia didampingi oleh istri dan anak-anaknya.
HRS juga menjelaskan insiden terpasangnya bendera mirip milik ISIS di depan rumahnya di Arab Saudi dan penyebaran fotonya saat ditanyai seorang perwira polisi setempat. Habib Rizieq menyebut penyebaran foto itu membuat marah pihak Saudi, bukan hal lain.
“Nah yang membuat pemerintah Saudi atau aparat kepolisian itu marah, kecewa karena ada penyebarluasan foto secara masif di negara kita Indonesia, yaitu di mana ada seorang perwira dari kepolisian sedang menanyai saya di tengah jalan, dan itu menjadi viral,” ujarnya, Jumat (9/11/2018).
Berikut pernyataan lengkap Habib Rizieq soal pemeriksaan oleh aparat Saudi:
Assalammu’alaikum warahmatullahi wabarokatuh, kepada segenap saudara seiman dan seakidah, saudara sebangsa dan setanah air, alhamdulillahirobbil alamin, pada saat ini, saya bersama istri saya tercinta, begitu juga putri-putri saya tersayang, alhamdulillah kami dalam keadaan sehat wal afiat.
Nah pada kesempatan ini, sehubungan dengan adanya kesimpangsiuran berita tentang apa yang baru-baru saja terjadi yaitu di tempat tinggal kami, kami sekeluarga merasa perlu untuk menyampaikan beberapa hal agar tidak lagi terjadi kesimpangsiuran agar publik mendapatkan informasi yang benar, bukan infornasi-informasi dusta, palsu yang penuh fitnah.
Perlu kita sampaikan yang pertama adalah bahwa ya, memang ada satu pihak, entah seseorang atau mgkn lebih dari satu orang, telah menempelkan dengan double stip, yaitu suatu poster yang terbuat dari plastik, di dinding rumah saya atau tempat tinggal saya atau kami semua, bagian sebelah luar, yaitu di wilayah belakang rumah.
Sehingga rumah kediaman kami didatangi oleh aparat keamanan Saudi Arabia, mereka datang dengan santun, dengan sopan, kemudian meminta saya selaku penghuni rumah untuk menemui mereka di lapangan parkir di belakang rumah saya, maka saya segera menemui mereka.
Pada saat saya keluar dari rumah, poster yang saya sebutkan tadi itu sudah tidak ada, sudah dicabut oleh aparat keamanan Saudi. Jadi saya tidak pernah liat poster yang dipasang tersebut. Nah kemudian dalam pertemuan saya bersama dengan para aparat keamanan Saudi tadi, mereka meminta kesediaan saya untuk ikut ke kantor polisi dalam rangka untuk dimintai keterangan.
Nah karena itu saya tidak ingin menjadi perhatian tetangga atau perhatian orang, adanya aparat keamanan yang datang, saya setuju dan saya berangkat yaitu bersama mereka. Jadi tidak betul kalau ada berita saya ditangkap, saya ditahan, rumah saya disergap kemudian digeledah, itu semua bohong. Jadi tidak ada penggeledahan, tidak ada penyergapan. Yang ada mereka datang, mereka turunkan poster, mereka meminta saya menemui mereka, dan mereka minta kesediaan saya untuk memberi keterangan di kantor kepolisian.
Pada saat dimintai keterangan di kantor kepolisian ada tiga pertanyaan utama yang diberikan kepada saya. Pertama, apakah saya yang menempelkan poster tersebut? Maka dengan tegas dan singkat saya katakan, bukan.
Kemudian yang kedua pertanyaannya apakah saya tau, siapa orang atau pihak yang menempelkan poster tersebut? Maka saya jawab juga dengan singkat dan tegas, saya tidak tahu.
Kemudian pertanyaan yang ketiga, pertanyaannya adalah adakah saya menduga atau mencurigai pihak-pihak tertentu yang ingin mencelakai saya? Sehingga menempatkan poster tersebut agar saya bermasalah dengan pihak keamanan di Saudi. Nah di bagian ketiga ini saya bercerita cukup panjang, saya ceritakan tentang posisi saya, tentang apa yang saya hadapi selama ini, tentang adanya berbagai macam upaya-upaya jahat yang dilakukan oleh sementara pihak untuk mencelakakan kami sekeluarga, nah kemudian pihak kepolisian Saudi Arabia menggali informasi lebih banyak berkaitan dengan pertanyaan yang nomor tiga tersebut.
Sehingga pemeriksaan atau upaya meminta keterangan tadi berlangsung hingga tengah malam. Nah karena sudah lewat tengah malam, maka pihak kepolisian minta saya istirahat, dan untuk menginap saja disana, karena ada beberapa bagian yang harus dirapikan terkait daripada administrasi di kantor polisi. Saya setuju, saya menginap disana, keesokan harinya kemudian dilanjutkan yaitu satu dua pertanyaan, selesai itu kemudian mereka rapikan administrasinya.
Nah, pada saat saya menunggu proses daripada keadministrasian, karena kepolisian menyatakan saya sebagai korban, jadi saya bukan sebagai pelaku kejahatan, saya sebagai korban, bahkan polisi memahami betul ada pihak-pihak yang sampai saat ini masih dicari, ingin memfitnah saya terkait dengan organisasi ISIS, terkait dengan tindak terorisme dan lain sebagainya, untuk membuat saya menjadi bermasalah di Saudi Arabia.
Tapi alhamdulilah pihak keamanan Saudi Arabia ini mereka cukup cermat cukup teliti, cukup cerdas, cukup santun dan kooperatif, dan mereka cukup jeli di dalam menggali daripada keterangan-keterangan tersebut, sehingga mereka memutuskan saya ini sebagai korban. Dan saya dipersilahkan untuk kembali. Nah pada saat saya ingin kembali, tentu harus ada administrasi yang diselesaikan dulu tanda tangan, kemudian cap jempol, identitas dan lain sebagainya, saat itu Kafil saya datang didampingi oleh utusan dari pak Konjen, yaitu kepala daripada Konsulat Jendral Republik Indonesia di Jeddah. Jadi ada seorang utusan yang diutus oleh pak Konjen, datang untuk pendampingan kekonsuleran. Tetapi memang saat itu masalah sudah selesai. Saya hanya tinggal pulang.
Kemudian saya pulang, utusan dari Konjen pun ikut bersama saya ke rumah saya, sehingga saya bisa bercerita apa-apa yang saya dimintai keterangan, dan saya berikan keterangan tersebut kepada pihak konsulat.
Singkat cerita besoknya saya kembali dipanggil oleh pihak kepolisian, semula saya berfikir panggilan ini mungkin ada pertanyaan-pertanyaan tambahan, ada pemeriksaan lanjutan, saya kembali yaitu besok siangnya ke kantor kepolisian dan didampingi oleh utusan dari KJRI, dari Konsulat Jendral Republik Indonesia, jadi ada pendampingan kekonsuleran. Nah begitu sampai disana ternyata saya tidak ada pemeriksaan lanjutan, kasus saya sudah selesai, karena saya hanya sebagai korban, tetapi pihak kepolisian Saudi meminta kesediaan saya untuk melaporkan kejadian, karena ada hal yang membuat mereka tersinggung, dimana ada seseorang yang meletakkan poster di tembok rumah saya, kemudian memfotonya, kemudian setelah itu mereka diduga bersembunyi di salah satu gedung di sekitar gedung-gedung yang ada di sekitar tempat tinggal kami, kemudian pada saat saya ini berdialog dengan pihak kepolisian, mereka mengambil gambar dengan kamera jarak jauh, dan sangat fokus sekali, kemudian foto tersebut di sebarkan di Indonesia, disiarkan di berbagai televisi, ini membuat kepolisian Saudi Arabia sangat marah, mereka tersinggung dan mereka kecewa, karena sebetulnya menurut mereka apa yang mereka lakukan terhadap saya hanya rutinitas biasa, ada poster dipasang di sebuah rumah, kemudian dia panggil penghuni rumah, ditanya, itu merupakan rutinitas standar yang biasa dilakukan oleh kepolisian Saudi Arabia.
Karena poster apapun, saya berikan catatan, poster apapun tidak boleh dipasang di rumah-rumah tinggal di Saudi Arabia. Itu peraturan negara. Bukan hanya itu, andaikata saya cinta Bendera Merah Putih, kemudian Bendera Merah Putih saya tempel di dinding tembok rumah saya, rumah pribadi, itu tidak boleh.
Bendera Merah Putih itu hanya boleh dikibarkan di KBRI, di KJRI atau di kantor-kantor khusus memang milik pemerintah Indonesia, Kalau di rumah-rumah tinggal, di perkampungan, itu tidak boleh. Jadi itu memang peraturan.
Jadi pemeriksaan saya, dimintai keterangan itu rutinitas biasa. Nah yang membuat pemerintah Saudi atau aparat kepolisian itu marah, kecewa karena ada penyebarluasan foto secara masif di negara kita Indonesia, yaitu dimana ada seorang perwira dari kepolisian sedang menanyai saya di tengah jalan, dan itu menjadi viral.
Saya setuju, saya sepakat, saya buat laporan, dan mereka senang, kita bekerjasama dengan baik, dan kemudian dari laporan yang kita buat, maka pihak aparat keamanan Saudi akan mengejar mereka, yaitu mereka melakukan perbuatan tidak menyenangkan terhadap penghuni rumah tanpa izin penghuni rumah, membuat poster membuat masalah.
Kemudian kedua mereka juga dituntut UU ITE yang ada di Saudi Arabia karena ancaman 15 tahun penjara dan denda 2 juta Riyal, itu setara dengan 8 milyar Rupiah.
Tidak sampai disitu karena ini bisa dikenakan UU Spionase. Karena kalau terbukti mereka nanti tertangkap melakukan gerakan intelijen asing di dalam wilayah hukum negara Saudi Arabia, mereka bisa dikenakan hukuman pancung. Jadi ini tidak main-main, karena itu saya sepakat, saya setuju, kita bekerjasama, kita kejar mereka.
Jadi laporan sudah dibuat dan pihak kepolisian Saudi juga sudah olah TKP untuk menentukan sudut dari gedung mana, mereka akan melakukan penggeledahan, mereka akan melakukan pencarian, kita doakan saja semoga pelakunya akan tertangkap.
Karena itu kepada semua pihak, saya ingatkan jangan bermain-main untuk melakukan suatu gerakan intelijen di negara lain, karena itu satu pelanggaran yang sangat serius dan hukumannya juga sangat-sangat serius.
Sementara itu saya juga diminta untuk membuat daftar orang-orang yang saya kenal yang saya tau, yang saya curigai melakukan gerakan memata-matai kegiatan saya selama di Saudi Arabia ini, saya sedang membuat yaitu daftar tersebut, dan saya tau betul siapa-siapa yang bermain baik yang datang dari Indonesia ataupun WNI yang mukum yaitu berada di negara Saudi Arabia ini yang direkrut oleh pihak tertentu untuk melakukan gerakan memata-matai.
Jadi daftar ini sedang kita buat dan sedang kita pertimbangkan, untuk mana nama yang akan kita serahkan, mana nama yang sementara untuk tidak kita serahkan dulu. Tapi saya ingatkan untuk semua pihak, jangan coba-coba anda bermain api, maka anda akan terbakar sendiri.
Selain itu tentunya dalam kesempatan ini saya atas nama pribadi maupun atas nama keluarga semua mengucapkan terima kasih kepada KJRI dalam hal ini bapak Konjen yang telah mengutus secara resmi seorang utusannya untuk melakukan pendampingan kekonsuleran.
Nah sementara saya juga ingin mengingatkan kepada KBRI yang ada di Riyadh, KBRI yang ada di Riyadh, supaya tidak membuat kronologis atau pernyataan-pernyataan yang terlalu didramatisir. Hati-hati, karena apa-apa yang dijadikan pernyataan resmi yang keluar dari KBRI banyak yang tidak sesuai dengan kenyataan di lapangan.
Jadi sekali lagi, saya dilepas oleh kepolisian Saudi karena memang saya sebagai korban, jadi saya dilepas tanpa jaminan apapun, sekali lagi tanpa jaminan apapun, jadi kalau ada yang mengatakan dengan jaminan ini, jaminan itu, itu semua bohong, dan itu semua adalah berita palsu.
Begitu juga saya ingatkan kepada mereka jangan lagi bercerita adanya pasukan khusus diplomatik, yang disiapkan dengan metode seperti ini, sistem seperti itu, jangan di dramatisirlah. Kita bicara yang normal saja, yang wajar saja, saya berterima kasih atas bantuan yang sudah diberikan oleh KJRI di Jeddah, tetapi saya minta KBRI yang ada di Riyadh jangan terlalu berlebihan di dalam menberikan keterangan persnya. Jadi jangan melakukan pencitraan yang tidak perlu. Sekali lagi jangan melakukan pencitraan yang tidak perlu karena akan mengantarkan kepada fitnah yang akan merugikan kita sendiri semua.
Kemudian kepada saudara Kapitra, saya ingin ingatkan dari kota suci Makkah Almukarromah ini, anda jangan memberikan keterangan apapun atas nama saya, anda bukan lagi pengacara saya.
Team pengacara saya yang resmi dipimpin oleh saudara Sugito SH, dan saya sudah instruksikan kepada saudara Sugito sejak lama, siapapun dari barisan pengacara saya yang sudah berubah haluan, yang tidak lagi sejalan di dalam memperjuangkan prinsip-prinsip keadilan maka saya minta kepada pak Sugito untuk mencoret nya dari daftar pengacara saya pribadi di dalam mengurus segala hal yang berkenaan dengan hukum di NKRI.
Jadi sekali lagi saudara Kapitra anda kawan saya, saya tetap menghormati anda walaupun kita sudah berbeda pilihan, kita sudah berbeda jalan saat ini, anda tidak ada lagi di kapal perjuangan saya dan kawan-kawan, saya hormati itu semua akan tetapi ingat anda tidak boleh lagi berbicara atas nama saya.
Dan keterangan anda juga ngawur, mengatakan ada penggeledahan di rumah saya, tidak ada, jangan melakukan fitnah terhadap kepolisian Saudi Arabia, kepolisian Saudi Arabia jangankan menggeledah rumah saya, masuk ke melewati pintu rumah saya pun tidak, bahkan berjarak jauh 30 meter dari pintu belakang rumah saya. Jadi sekali lagi jangan melakukan fitnah terhadap kepolisian Saudi Arabia, karena kepolisian Saudi Arabia tidak pernah menggeledah rumah saya sampai saat ini. Apalagi saya dinyatakan oleh mereka hanya sebagai korban, bukan sebagai pelaku kejahatan.
Nah karena itu saya ingatkan dan kepada bapak Sugito saya sampaikan terima kasih atas keterangan-keterangan persnya selama ini, begitu juga kepada DPP FPI di Indonesia, terus tegakkan keadilan.
Dan kepada seluruh bangsa Indonesia, ayo kita lawan berita-berita bohong, ayo kita lawan berita hoax dengan hak, mari kita lawan berita fitnah dengan fakta, jadi sekali lagi jangan ada yang menyebar segala bentuk berita-berita bohong.
Saya pikir itu yang ingin saya sampaikan pada kesempatan ini, kita doakan saja semoga pelakunya akan tertangkap dalam waktu dekat, dan doakan kami sekeluarga agar kami sekeluarga selalu dilindungi oleh Allah SWT dari makar musuh-musuh Allah SWT.
Dan kami tidak akan pernah takut, kami ingatkan kepada musuh-musuh kami, demi Allah kami tidak akan pernah takut, anda melakukan makar dalam bentuk apapun, anda melakukan operasi intelijen dalam bentuk apapun untuk mentarget kami. Saya, istri dan anak-anak semua, kami tidak akan pernah takut, yang kami takut hanya Allah SWT. Dan kami tidak akan pernah mundur selangkahpun juga, untuk tetap menyuarakan yang hak.
Nah akhirnya, kepada bapak Presiden Republik Indonesia yaitu kepada bapak Jokowi, saya dari kota suci Makkah Almukarromah, memperingatkan kepada anda untuk memperhatikan betul aparat-aparat anda para pejabat yang ada dibawah anda, baik di dalam maupun di luar negeri.
Jangan biarkan keadilan itu dilanggar, jangan biarkan hukum itu dikangkangi, anda sebagai Presiden anda punya tanggung jawab yang sangat luar biasa, tegakkan keadilan, tegakkan keadilan, tegakkan keadilan, jangan selalu anda hanya fokus kepada pencitraan. Sepertinya anda ini menegakkan keadilan, anda melakukan segala bentuk tanggung jawab dengan baik, saya ingatkan anda sebagai seorang Presiden tunjukkan wibawa sebagai seorang pemimpin, tunjukkan tanggung jawab anda sebagai seorang pemimpin, jadi jangan biarkan keadilan itu diinjak-injak, anda harus segera mengerahkan semua kekuatan hukum, dari mulai kepolisian, kejaksaan menyelesaikan segala bentuk pelanggaran hukum, seperti penyiram air keras yang dialami oleh Novel Baswedan, harus ditangkap harus dikejar dan jika disana ada pejabat-pejabat keamanan tertentu yang terlibat, harus diproses dan dijebloskan ke penjara.
Begitu juga penyerang dan penghadang dari pada saksi IT dalam kasus saya yaitu Hermansyah yang ditusuk-tusuk di tengah jalan. Walaupun pelakunya sudah ditangkap, diadili, dipenjara, tapi aktor intelektualnya yang membayar mereka, yang mendorong mereka sampai hari ini tetap dibiarkan. Oleh karena itu tegakkan hukum jangan dipilih-pilih.
Jadi sekali lagi kepada seluruh rakyat Indonesia, ayo kita tegakkan keadilan, ayo kita tegakkan keadilan dan jangan pernah mundur di dalam menegakkan keadilan.
Itu saja yang bisa saya sampaikan, kita tanya semua kepada saya punya istri, saya punya anak-anak tersayang semua, tetap semangat berjuang?
Semangaaat. (Jawab anak dan istri Habib Rizieq)
Tetap semangat menegakkan keadilan?
Semangaaat. (Jawab anak dan istri Habib Rizieq)
Apa takut kita untuk melawan kedzaliman?
Tidak! Allahu Akbar. (jawab anak dan istri Habib Rizieq)
Itu saja. Terima kasih. Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarokatuh.
(NGO)