CILEGON, KHATULISTIWA – Luas areal pertanian di Kota Cilegon terus menyusut. Bahkan setiap tahun, diperkirakan seluas 100 hektare areal pertanian beralih fungsi menjadi pemukiman dan industri. Kondisi itu bukan tanpa sebab. Tapi seiring dengan pemetaan area tata ruang secara nasional, yang menjadikan Kota Cilegon sebagai area berkembangnya lokasi industri.“Rata-rata setiap tahunnya terdapat 100 hektare lahan pesawahan yang beralih fungsi, menjadi lokasi pemukiman atau industri,” ujar Kepala Dinas Pertanian dan Keluatan Kota Cilegon, Andi Affandi, Selasa (24/11/2015).
Andi menyebut, dalam sepuluh tahun terakhir, tercatat sudah seluas 2.900 hektare lahan pesawahan yang beralih fungsi. Dan, kini hanya tersisa 1.800 hektare lahan pertanian di wilayah ujung Barat Laut Pulau Jawa itu.Kondisi itu pun tak pelak pemenuhan kebutuhan pangan, khususnya beras, semakin berkurang di wilayah berjuluk Kota Santri dan Agamis itu.
“Setiap tahunnya, Kota Cilegon harus mendatangkan sebanyak 30.000 ton beras dari luar daerah. Itu sebagai imbas dari tingginya kebutuhan beras dan menyusutnya lahan pertanian yang ada,” ujar Andi lagi. Menurutnya, kebutuhan beras di wilayah itu sudah mencapai 39.000 ton per tahun. Sedangkan dari areal pertanian yang digarap petani lokal cuma mampu menghasilkan 9.000 ton per tahun.(ANDI)